Perbedaan Haji Plus dan Reguler, Jangan Sampai Salah Pilih!

Bagi umat Islam di Indonesia, menunaikan ibadah haji adalah impian yang ingin diwujudkan setidaknya sekali seumur hidup. Pemerintah menyediakan dua jenis layanan haji resmi, yaitu haji reguler dan haji plus. Keduanya sah secara hukum dan pelaksanaan, tetapi memiliki sejumlah perbedaan signifikan yang perlu dipahami sejak awal.
Mulai dari penyelenggara, fasilitas, biaya, hingga masa tunggu, masing-masing punya keunggulan dan tantangan tersendiri. Sebelum memilih, yuk pahami perbedaan haji plus dan reguler berikut ini agar tidak salah langkah!
1. Haji reguler dikelola pemerintah, haji plus oleh swasta

Salah satu hal yang membedakan keduanya adalah siapa yang menyelenggarakan. Haji reguler merupakan program resmi dari pemerintah dan dilaksanakan melalui Kementerian Agama Republik Indonesia. Semua kebutuhan jemaah, mulai dari pendaftaran hingga kepulangan, dikoordinasi langsung oleh negara.
Berbeda dengan haji plus yang diatur oleh biro travel swasta yang telah mengantongi izin dari pemerintah. Meskipun dikelola secara privat, proses verifikasi dan pengawasan tetap berada di bawah naungan Kemenag. Sistem ini memberi fleksibilitas lebih kepada penyelenggara dalam memberikan layanan kepada jemaah.
2. Haji plus menawarkan fasilitas lebih eksklusif

Soal kenyamanan, haji plus memberikan keunggulan dengan penginapan yang umumnya lebih dekat ke Masjidil Haram dan lebih nyaman. Jumlah orang dalam satu kamar biasanya lebih sedikit, memberikan ruang istirahat yang lebih leluasa. Beberapa penyelenggara bahkan menawarkan hotel bintang lima sebagai bagian dari paket.
Sementara itu, fasilitas pada program haji reguler lebih terbatas karena mengikuti standar umum yang ditetapkan pemerintah. Lokasi penginapan relatif lebih jauh, dengan kapasitas kamar yang lebih banyak. Hal ini berdampak pada kenyamanan jemaah selama menjalankan rangkaian ibadah.
3. Masa tunggu haji reguler lebih panjang

Antrian panjang menjadi tantangan utama bagi peserta haji reguler. Dengan banyaknya pendaftar dan kuota yang terbatas per wilayah, calon jemaah bisa menunggu belasan hingga puluhan tahun sebelum diberangkatkan. Hal ini membuat banyak orang mempertimbangkan pilihan lain.
Haji plus memberikan opsi dengan masa tunggu yang jauh lebih singkat, rata-rata sekitar lima hingga enam tahun. Bahkan, untuk jalur non-kuota tertentu, jemaah bisa berangkat di tahun yang sama atau tahun berikutnya. Tentu, hal ini menjadi daya tarik utama meskipun biayanya lebih tinggi.
4. Perbedaan biaya cukup signifikan

Soal anggaran, haji reguler memang lebih terjangkau. Biaya penyelenggaraannya sudah ditetapkan oleh pemerintah dan mengalami penyesuaian tiap tahun. Pada 2024, biaya haji reguler dipatok sekitar Rp56 juta.
Sebaliknya, haji plus membutuhkan dana yang jauh lebih besar. Kisaran biayanya bisa mencapai ratusan juta rupiah, tergantung dari fasilitas dan layanan yang ditawarkan. Namun, bagi yang menginginkan kenyamanan dan keberangkatan cepat, harga ini dinilai sebanding.
5. Jadwal keberangkatan haji plus lebih fleksibel

Program haji plus biasanya memberikan keleluasaan dalam pemilihan jadwal keberangkatan. Jemaah bisa mendapatkan penerbangan langsung menuju Arab Saudi tanpa perlu transit, terutama karena diberangkatkan saat musim haji sedang ramai (peak season). Hal ini membuat perjalanan lebih cepat dan minim hambatan, sangat cocok untuk jemaah yang mengutamakan efisiensi waktu dan kenyamanan.
Sebaliknya, jemaah haji reguler mengikuti jadwal penerbangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tidak jarang, mereka harus berangkat lebih awal atau pulang lebih lambat karena menyesuaikan dengan kuota dan ketersediaan maskapai. Selain itu, penerbangan reguler sering kali melibatkan transit yang dapat memperpanjang durasi dan menambah kelelahan selama perjalanan.
6. Lama perjalanan berbeda antara keduanya

Haji reguler umumnya memiliki durasi pelaksanaan yang lebih panjang, berkisar antara 37 hingga 40 hari. Jangka waktu ini mencakup keberangkatan lebih awal dan kepulangan lebih lambat untuk menghindari kepadatan transportasi dan menyesuaikan logistik. Durasi ini memberi waktu lebih banyak bagi jemaah untuk beradaptasi, tetapi juga bisa menambah beban fisik, terutama bagi lansia.
Di sisi lain, haji plus dirancang untuk efisiensi, dengan lama perjalanan sekitar 20 hingga 26 hari. Jadwal yang lebih singkat ini memungkinkan jemaah menjalankan ibadah inti secara langsung tanpa harus menunggu terlalu lama. Meski lebih padat, banyak jemaah merasa terbantu karena bisa kembali ke aktivitas sehari-hari lebih cepat setelah menunaikan haji.
7. Skala manasik lebih kecil di program haji plus

Kegiatan manasik adalah salah satu tahapan penting sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. Dalam program haji reguler, manasik biasanya dilakukan secara massal dengan peserta dalam jumlah besar, sehingga interaksi antara pembimbing dan jemaah bisa terbatas. Karena itu, proses pendalaman materi ibadah kadang terasa kurang optimal bagi sebagian peserta.
Sementara itu, manasik haji plus umumnya dilakukan dalam kelompok kecil dan lebih eksklusif. Hal ini memungkinkan pembimbing memberikan perhatian lebih kepada masing-masing jemaah. Dengan suasana yang lebih intim dan interaktif, peserta cenderung lebih mudah memahami setiap tata cara ibadah haji yang akan dijalankan.
Memilih antara haji reguler dan haji plus bukan soal mana yang lebih baik, tetapi mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan masing-masing individu. Bila kamu lebih mengutamakan biaya dan siap menunggu lama, haji reguler bisa jadi pilihan tepat. Namun jika ingin berangkat lebih cepat dan nyaman, haji plus layak dipertimbangkan. Apa pun pilihanmu, semoga ibadah hajimu diberkahi dan diterima.