Polisi Saudi Bakal Cegah Jemaah Haji Keliaran di Luar Tenda Armuzna

- Menteri Agama Nasaruddin Umar mengimbau agar jemaah haji tidak keluar tenda saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
- Arab Saudi akan mengawasi jemaah haji yang berkeliaran di luar tenda, terutama pada saat di Arafah, agar mereka tetap berada di dalam tenda selama di Armuzna.
- Kementerian Kesehatan Saudi mempertanyakan jumlah dokter yang dibawa oleh jemaah Indonesia serta kesulitan komunikasi dengan tim medis Saudi.
Makkah, IDN Times - Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengatakan ada beberapa hasil pertemuan dengan Menteri Kesehatan Arab Saudi, Minggu (1/5/2025). Di antaranya terkait imbauan agar jemaah haji tidak keluar tenda pada saat puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
"Kami baru saja mengikuti simposium bersama dengan Menteri Haji, lalu dilanjutkan lagi dengan Menteri Kesehatan. Poin-poin yang bisa sampaikan dari hasil pertemuan kami tadi ya, pertama, bahwa kita diingatkan kembali apa yang pernah disampaikan juga, agar jemaah haji, terutama Indonesia, jangan terlalu banyak keluar, karena cuaca sangat panas, 50 derajat, bahkan bisa lebih," kata Menag di Makkah, Arab Saudi, Minggu.
"Dianjurkan di siang hari itu tinggal di hotel, bahkan salat Jumat kemarin itu disarankan tidak usah ke Masjidil Haram, salat saja di dekat-dekat situ, ini kan ada yang uzur ya," sambungnya.
1. Polisi bakal awasi jemaah haji yang keliaran di luar tenda

Menag menjelaskan aparat keamanan Arab Saudi akan mengawasi jemaah haji yang berkeliaran di luar tenda, khususnya pada saat di Arafah, agar mereka tetap berada di dalam tenda selama di Armuzna.
"Di kemah nanti pada saat hari H diharapkan seluruhnya itu jangan ada yang keluar kemah, dan jangan ada yang pergi ke Jabal Rahmah, karena itu sangat berbahaya, karena panasnya sangat tinggi, dan itu juga nanti polisi akan mencegah untuk berkeliaran di luar kemah, terutama pada siang hari," kata dia.
Ketiga, Menag melanjutkan, agar jemaah jangan terlalu banyak memaksakan diri mengejar ibadah sunah berkali-kali seperti umrah sunah, supaya energinya tidak terkuras sebelum puncak haji, yang akhirnya menyebabkan persoalan bagi jemaah.
"Dan yang yang paling penting juga dari Menteri Haji, mereka menganjurkan kepada seluruh pimpinan-pimpinan tertinggi sampai unit-unit lokal pada setiap rombongannya itu, mengarahkan jemaahnya untuk mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Saudi Arabia, khususnya Menteri Haji. Selanjutnya setelah itu kami juga rapat dengan Menteri Kesehatan," kata dia.
Selain itu, kata Menag, Menteri Kesehatan Arab Saudi juga menyampaikan rasa prihatin lantaran banyaknya jumlah jemaah Indonesia yang wafat. Kementerian Kesehatan Saudi juga mempertanyakan bagaimana dan berapa jumlah dokter yang dibawa.
"Kemudian juga bagaimana sistem penyeleksian kesehatannya, sebelum berangkat apakah sedisiplin dengan tahun lalu," kata Menag.
2. KKHI kini bisa merawat jemaah haji

Selain itu, Menag melanjutkan, pihaknya sudah melobi Menteri Kesehatan Saudi agar KKHI tak hanya bisa melakukan observasi jemaah yang sakit, tetapi juga bisa merawat jemaah. Karena banyak jemaah yang merasa takut dirawat di rumah sakit Saudi, selain kendala dalam berkomunikasi dengan tim medis Saudi.
"Pertama, ada kesulitan bahasa, jangankan bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Indonesia pun sebagian mereka itu tidak paham, harus menggunakan bahasa lokal. Nah, di sana itu kan sulit. Jadi mereka menahan penyakitnya untuk tidak pergi ke rumah sakit, nah itu menimbulkan persoalan," kata dia.
"Nah, jadi kami tadi minta supaya diberikan kesempatan kepada kami untuk merawat di dalam klinik kami, jangan langsung mau dibawa ke sana, itu banyak orang yang stres di situ ya. Menahan rasa sakitnya, mereka takut pergi ke rumah sakit karena tidak ada pendampingnya di situ, dan mereka lebih nyaman diobati oleh dokter-dokternya," sambung Menag.
Hasil pembahasan dengan Menteri Kesehatan Saudi, mereka mengizinkan KKHI merawat jemaah haji yang sakit. Kecuali jika memang ada jemaah yang sudah tidak bisa ditangani tim medis di KKHI.
"Alhamdulillah tadi terjadi kesepakatan. Menteri Kesehatan telah memberikan kewenangan tertentu terhadap jemaah haji Indonesia, untuk melibatkan dokternya itu melakukan pengobatan di kliniknya. Tetapi kalau ada yang gawat itu memang tidak ada cara lain, harus segera dibawa ke rumah sakit dengan caranya," kata Menag.
3. Masalah haji tahun ini jadi catatan evaluasi

Masalah-masalah kesehatan, kata Menag, juga akan menjadi bahan evaluasi dan catatan penyelenggaraan ibadah haji tahun mendatang.
"Jadi saya melihat bahwa Menteri Kesehatan ini sangat kooperatif dengan kita ya. Cuma juga kita harus mengintrospeksi diri, apa yang harus kita lakukan untuk masa haji ini dan juga akan datang, itu kita diberikan semacam direction," ujar dia.
Menag pun berharap catatan-catatan haji pada tahun ini menjadi pembelajaran penyelenggaraan haji tahun depan.
"Nah, jadi saya berharap nanti insyaallah catatan-catatan yang diberikan kepada kita ini akan menjadi pembelajaran untuk tahun-tahun akan datang. Saya kira itu yang sangat penting pada hari ini. Terima kasih," kata Menag.