PSI DKI Tunggu Solusi Konkret Anies Tangani Polusi Udara Jakarta
Jakarta, IDN Times - Langit Jakarta beberapa pekan terakhir tampak Gelap. Bukan mendung, gelapnya langit Jakarta disebabkan polusi udara. Kondisi itu direkam dan diunggah Wakil Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta, Rian Ernest ke akun media sosial pribadinya.
“Ini pemandangan Jakarta dari apartemen saya di daerah Senayan. Gak kelihatan sama sekali, ini seperti kabut, padahal ini jam empat sore, betul-betul luar biasa sih polusinya,” ucap Rian dalam video tersebut.
Menurut Rian, ini bukan masalah baru di DKI Jakarta. Ia pun ingin melihat rencana detail Pemprov DKI Jakarta dalam menangani polusi di dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah 2020 dan APBD 2020.
1.PSI DKI Jakarta tunggu penjelasan lengkap
Rian menjelaskan PSI DKI Jakarta telah mengetahui sejumlah rencana Pemprov DKI dalam menanggulangi polusi udara di Jakarta, karena hal itu merupakan ide yang sudah bertahun-tahun didengar. PSI DKI Jakarta menunggu peran eksekutif sebagai eksekutor untuk memaparkan ide secara rinci.
“Kami menunggu solusi konkret dan mendetail. Kalau hanya di tataran ide, ya kami anggap itu hanya lip service saja,” ujar Rian.
2.Rian mengajukan sejumlah pertanyaan untuk Pemprov DKI
Mantan Staff Magang Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (BTP) atau Ahok ini mempertanyakan penjelasan gamblang, apa yang akan dilakukan Pemprov DKI Jakarta. Beberapa di antaranya adalah rencana DKI menertibkan bus kota knalpot hitam.
Terkait bus knalpot hitam ada beberapa yang hal yang menjadi pertanyaan. Misalnya berapa bus yang sudah dikandangkan dan dicabut izinnya? Berapa banyak park and ride sekitar titik strategis komuter? Apa yang ada sudah cukup?
“Ini semua pertanyaan yang membutuhkan jawaban mendetail, yang kami harap akan terlihat di Rencana Kerja Pemerintah Daerah dan juga RAPBD 2020,” ujar Rian kepada IDN Times.
3.Bukan masalah baru di Jakarta
Menurut Rian, polusi udara bukan masalah baru di Jakarta. Seharusnya, Anies tak lagi memberikan gagasan normatif dan mengawang, karena sudah bertahun-tahun memimpin Jakarta.
“Sudah dua tahun bekerja, sudah tidak pas lagi diberikan normatif dan gagasan mengawang,” kata dia.
