Kontribusi Positif Industri Sawit bagi Perekonomian Nasional

Berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi

Jakarta, IDN Times - Sebagai industri padat karya, industri perkebunan kelapa sawit terus memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional. 

Hal ini dijelaskan oleh Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Achmad Maulizal Sutawijaya.

Menurutnya, industri kelapa sawit berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan ekspor, dan neraca perdagangan Indonesia. 

“Kelapa sawit juga mengurangi inflasi dan mengganti bahan bakar fosil dengan energi terbarukan untuk memperkuat ketahanan energi,” ujarnya di Jakarta, Jumat (25/8).

Maulizal pun menambahkan, sejak 2000 sektor ini telah membantu 10 juta orang keluar dari kemiskinan. Setidaknya 1,3 juta orang di pedesaan terangkat dari garis kemiskinan karena industri kelapa sawit.

“Daerah dengan perkebunan kelapa sawit memiliki penurunan tingkat kemiskinan yang lebih signifikan dibandingkan dengan daerah lain,” tegas Maulizal.

1. Buka banyak lapangan kerja

Kontribusi Positif Industri Sawit bagi Perekonomian NasionalKebun sawit (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Sektor sawit di Indonesia yang melibatkan 2,4 juta petani swadaya dan 16 juta tenaga kerja, dapat terus mendorong PDB di sektor perkebunan pada angka yang positif, sehingga PDB Indonesia di Triwulan I 2023 bertumbuh di angka 5,03 persen.

Menurut Maulizal, kehadiran sawit menguntungkan masyarakat berpenghasilan rendah karena harganya yang lebih kompetitif dan pasokan yang besar serta stabil sepanjang tahun.

Ia menilai, industri kelapa sawit dapat menyerap banyak tenaga kerja baik di pedesaan maupun perkotaan. Studi empiris menunjukkan bahwa tingkat kepuasan kerja karyawan perkebunan kelapa sawit relatif tinggi.

“Artinya, perlindungan dan pemenuhan hak-hak pekerja di perkebunan sawit sudah berada pada jalur yang benar dengan regulasi ketenagakerjaan dan standar ISPO,” papar Maulizal.

Sebagai negara penghasil minyak sawit, Indonesia dapat mengembangkan hilirisasi minyak sawit yang pastinya menyerap tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dunia.

Baca Juga: Ngobrol Seru BPDPKS, Kupas Tuntas Mitos dan Fakta Seputar Kelapa Sawit

2. Beberapa isu yang melingkupi industri sawit

Kontribusi Positif Industri Sawit bagi Perekonomian Nasionalilustrasi perkebunan kelapa sawit (forestsnews.cifor.org)

Maulizal mengatakan, terdapat beberapa isu yang melingkupi kelapa sawit di antaranya perihal isu nutrisi dan kesehatan. Katanya, minyak kelapa sawit memiliki kandungan vitamin A yang lebih banyak dibandingkan bahan pangan lainnya, sehingga dapat menjadi obat berbagai penyakit. 

Selain itu, minyak kelapa sawit juga mengandung vitamin E yang lebih tinggi dengan kemampuan antioksidan yang kuat dibandingkan minyak nabati lainnya.

Terkait isu lingkungan, Maulizal menegaskan bahwa Indonesia bukan negara penghasil emisi gas rumah kaca (GRK) terbesar dunia. Indonesia hanya memberikan kontribusi sekitar 2,1 persen dari emisi GRK dunia pada 2020. Beberapa negara yang berkontribusi besar terhadap emisi GRK adalah Uni Eropa, Amerika Serikat, China dan India.

Jika dielaborasi, kontributor utama GRK dari sektor pertanian dunia adalah peternakan (fermentasi enterik, pengelolaan pupuk kandang, pupuk sisa di padang rumput, pupuk yang diaplikasikan ke tanah) dan budidaya padi. 

“Bukan perkebunan kelapa sawit. Justru minyak sawit paling efisien dari sisi penurunan karbon karena produksinya menghasilkan emisi paling rendah dibandingkan minyak nabati lainnya,” tegas Maulizal.

Adapun isu negatif lainnya menyatakan bahwa kelapa sawit merupakan tanaman boros air sehingga menyebabkan kekeringan. Berdasarkan studi yang dilakukan FAO (2013), kelapa sawit justru menggunakan air paling sedikit untuk menghasilkan minyak nabati. 

“Bunga matahari, kedelai, dan rapeseed justru yang paling banyak menggunakan air. Sebaliknya, kelapa sawit adalah tanaman yang hemat air serta memiliki fungsi konservasi tanah dan air yang berperan penting dalam pelestarian daur hidrologi sehingga dapat mencegah kekeringan,” tambahnya.

3. Indonesia mampu turunkan laju forest loss

Kontribusi Positif Industri Sawit bagi Perekonomian Nasionalilustrasi perkebunan kelapa sawit (chainreactionresearch.com)

Terkait isu deforestasi, Maulizal menjelaskan bahwa deforestasi adalah fenomena normal dari proses pembangunan yang terjadi di setiap negara dan periode, dan tidak secara khusus terkait dengan komoditas tertentu. Perkebunan kelapa sawit Indonesia tidak berasal dari konversi hutan primer atau deforestasi tetapi dari konversi lahan terdegradasi dan lahan pertanian/perkebunan. 

Kehadiran perkebunan kelapa sawit, kata Maulizal, dapat memulihkan lahan bekas tebangan di daerah terpencil, terbelakang, terisolir, dan terdegradasi secara ekonomi, sosial, dan ekologi. “Sehingga daerah tersebut berkembang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru yang lebih sejahtera secara sosial dan lebih berkelanjutan,” katanya.

Berdasarkan data yang diterbitkan baru-baru ini oleh World Research Institute (WRI), Indonesia sebagai negara penghasil minyak sawit terbesar,  yang menghadapi pengawasan dan tekanan yang signifikan untuk menurunkan laju forest loss, sebagaimana terlihat dari penerapan EUDR, telah mampu menjaga laju deforestasi terendah. “Primary forest loss Indonesia turun 64 persen pada 2022,” sebutnya.

Maulizal mengatakan, perkebunan kelapa sawit lebih unggul dari hutan tropis dalam menghasilkan energi dengan lebih efisien, menyerap lebih banyak karbondioksida, dan menghasilkan lebih banyak oksigen. 

“Gerakan dan kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan minyak sawit menyebabkan kerusakan lingkungan global yang lebih besar dengan meningkatnya deforestasi, hilangnya keanekaragaman hayati, emisi, dan polusi tanah/air,” tegasnya. (WEB)

Baca Juga: Dukung Sawit Go International, BPDPKS Gelar Gebyar UKMK Berbasis Sawit

Topik:

  • Ridho Fauzan

Berita Terkini Lainnya