MPR Gandeng GMKI Gelar Pancasila Fest 2023, Dimulai di Ende 10 Mei

Kegagalan kelola kemajemukan potensi terjadi gejolak sosial

Jakarta, IDN Times - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bambang Soesatyo, bersama Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) berencana menyelenggarakan Pancasila Fest 2023: Ekspresi Pancasila, Satu Indonesia.

Pria yang akrab disapa Bamsoet menjelaskan Pancasila Fest 2023 merupakan terobosan dalam menanamkan ideologi Pancasila kepada generasi muda Tanah Air, melalui berbagai bentuk kegiatan menarik.

"Selain seminar dan workshop tematis Pancasila, akan ada penanaman pohon dan mewujudkan bank sampah, pergelaran seni dan budaya, mimbar kebangsaan dan deklarasi kebangsaan 'Ekspresi Pancasila, Satu Indonesia', dialog dan doa bersama pemuda dan mahasiswa lintas agama, serta pembubuhan prasasti Pancasila," kata dia.

Baca Juga: KPK: Tingkat Kepatuhan Wajib Lapor LHKPN di MPR Cuma 60 Persen

1. Pancasila Fest 2023 dimulai di Kabupaten Ende pada 10 Mei 2023

MPR Gandeng GMKI Gelar Pancasila Fest 2023, Dimulai di Ende 10 MeiKetua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bambang Soesatyo (IDN Times/Marisa Safitri)

Penyelenggaraan Pancasila Fest 2023 dimulai di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada 10 Mei 2023. Berlanjut ke Riau, Sulawesi Selatan, Papua, Aceh, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Sumatra Selatan, hingga puncaknya digelar di Gedung MPR RI pada Agustus 2023.

Bamsoet mengatakan, penanaman ideologi Pancasila merupakan hal penting. Sebab, kebhinekaan dalam negara yang kaya akan keberagaman, hanya bisa diwujudkan dengan komitmen untuk mengelola kemajemukan dengan baik dan benar.

2. Kegagalan mengelola kemajemukan berpotensi terjadi gejolak sosial

MPR Gandeng GMKI Gelar Pancasila Fest 2023, Dimulai di Ende 10 MeiIlustrasi keberagaman (IMR 2022/IDN Times)

Kegagalan dalam mengelola dan ketidaksiapan masyarakat untuk menerima kemajemukan tersebut, kata Bamsoet, berpotensi mengakibatkan terjadinya gejolak sosial yang dapat mereduksi semangat persatuan dan kesatuan bangsa, menumbuhkan radikalisme, serta menimbulkan konflik horizontal.

"Kita dapat belajar dari referensi global bahwa pada masanya, Uni Soviet dan Yugoslavia adalah representasi negara besar dan maju di kawasan Eropa Timur. Namun, kegagalan dalam membangun semangat kebersamaan dan kelalaian dalam merawat soliditas ikatan kebangsaan, telah menyebabkan kedua negara besar tersebut terpecah-belah dan tercerai-berai," jelas dia.

Baca Juga: Plt Wali Kota Bekasi Lupa Bunyi Pancasila, Ini Kata Pakar Komunikasi

3. Tantangan menjaga dan merawat Pancasila kian bertambah

MPR Gandeng GMKI Gelar Pancasila Fest 2023, Dimulai di Ende 10 MeiIlustrasi Burung Garuda (ANTARA FOTO)

Bamsoet mengingatkan, tantangan untuk menjaga dan merawat Pancasila kian bertambah, terlebih setelah melewati tiga perempat abad usia kemerdekaan RI dan di tengah modernitas zaman saat ini.

Kehidupan kebangsaan juga dihadapkan pada berbagai paradigma yang menjadi antitesis dari nilai-nilai luhur Pancasila. Hal itu, kata dia, dapat dilihat dari masih adanya indikasi upaya menggoyahkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, khususnya melalui gerakan radikalisme.

"Meskipun hasil survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan indeks potensi radikalisme di Indonesia cenderung mengalami penurunan, tetapi perlu dicatat bahwa indeks potensi radikalisme pada 2020 masih berada pada kisaran 12 persen, di mana mayoritasnya didominasi oleh generasi muda," papar dia.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya