Rocky Gerung: Millennial Mau Lihat Capres Ribut Akademis, Bukan Ocehan

Rocky sebut millennial ingin lihat debat akademis

Jakarta, IDN Times - Sejumlah nama masuk dalam bursa Capres 2024. Pengamat politik, Rocky Gerung, mengatakan Pemilu 2024 harus diisi capres intelektual, atau bukan yang memiliki elektabilitas.

"Kita mesti katakan secara jernih bahwa nanti elektoral politik harus berbasis pada intellectuality. Dan di dalam intellectuality ada equality, ada integrity. Jadi harusnya intelektualitas mendahului elektabilitas. Itu yang mestinya," kata Rocky, pada agenda Memprediksi Kemunculan Capres Ala Pembagian Wilayah Penanganan COVID (Jawa Bali - Non Jawa Bali), ditayangkan oleh YouTube Survei KedaiKopi, Jumat (15/10/2021).

Baca Juga: Ketimbang Ikut Pilpres 2024, AHY Disarankan Jadi Menteri Dulu

1. Rocky Gerung sebut millennial ingin melihat debat akademis, bukan ocehan yang tak ada isinya

Rocky Gerung: Millennial Mau Lihat Capres Ribut Akademis, Bukan OcehanRocky Gerung di agenda Memprediksi Kemunculan Capres Ala Pembagian Wilayah Penanganan COVID (Jawa Bali - Non Jawa Bali) pada Jumat (15/10/2021). (youtube.com/Survei KedaiKOPI)

Rocky menjelaskan, dirinya pernah berdiskusi dengan millennial di luar negeri. Dia bercerita, para millennial ini bingung dengan tokoh-tokoh politik Indonesia yang berpotensi menjadi capres 2024.

Sebab, katanya, para tokoh politik Indonesia tak ada yang membicarakan isu-isu akademis seperti human rights (hak asasi manusia), gender equality (kesetaraan gender), dan lainnya.

"Lalu mereka mendengar kekonyolan-kekonyolan dalam politik kita, (contohnya) banteng vs celeng. Dia bingung, mereka panggil saya Om Rocky, 'om Rocky apa yang terjadi di Indonesia? Padahal kami millennial yang 2024 nanti yang sekarang umurnya 16, berarti 2 tahun lagi memilih itu, mau lihat pertengkaran akademis di dunia politik Indonesia sama seperti pertengkaran akademis di luar negeri itu'," beber Rocky.

Rocky menambahkan, para millennial di luar ini menganggap politisi Indonesia hanya membicarakan topik yang tidak ada poinnya. Baliho-baliho tokoh politik di sejumlah daerah, sambungnya, tidak memiliki arti apapun.

"Nanti dianggap ngapain ikut dengerin, Ganjar ngoceh, atau siapa ngoceh, karena gak ada poin. Cuma lihat itu ada Airlangga taruh di baliho. Apa itu, isinya apa, itu barusan dengar Airlangga tersangkut dalam Pandora Papers. Lalu masih ada badannya, gambarnya, menggantung-gantung di jalan raya, ngapain gitu," ucap Rocky Gerung.

2. Rocky sebut millennial tak bisa promosikan Indonesia ke luar negeri

Rocky Gerung: Millennial Mau Lihat Capres Ribut Akademis, Bukan OcehanRocky Gerung (IDN Times/Fitang Budhi)

Lebih lanjut, Rocky mengatakan paradigma Indonesia harus diubah. Paradigma 'pembohong', sambung dia, harus dihilangkan.

"Mereka (millennial) anggap bahwa gak ada satu pun ide yang bisa mereka promosikan ke teman-teman mereka di luar negeri, bahwa Indonesia maju," kata dia.

Baca Juga: PKB Buka Peluang Duet Prabowo-Cak Imin, Begini Respons PPP   

3. Beberapa nama capres potensial dari Jawa dan luar Jawa

Rocky Gerung: Millennial Mau Lihat Capres Ribut Akademis, Bukan OcehanPasangan calon presiden dan wakil presiden Pilpres 2019 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Di forum yang sama, Pendiri Lembaga Survei KedaiKopi, Hendri Satrio menambahkan tokoh-tokoh politik dari luar Jawa kurang memiliki elektabilitas bila dibandingkan politisi dari Jawa.

Politikus asal Jawa yang memiliki elektabilitas tinggi yakni Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Khofifah Indar Parawansa, dan Ridwan kamil.

"Sementara yang non-Jawa beredar tapi memang tidak sekuat orang-orang atau tokoh-tokoh di Jawa seperti Erick Thohir, Sandiaga Uno, Boy Rafli Amar, terus ada nama Sri Mulyani itu adalah nama-nama yang muncul dari luar Jawa," kata Hendri Satrio.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya