17 Potret Wisma Yaso, Peristirahatan Terakhir Sukarno yang Jadi Museum
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Tidak banyak yang tahu saksi bisu momen terakhir proklamator Indonesia, Sukarno, terletak di jantung ibu kota. Saksi bisu itu berdiri di atas lahan seluas 5,6 hektare yang dinamakan Wisma Yasoo atau Yaso.
Di sini, Sukarno tercatat menghabiskan 17 bulan terakhir hidupnya lantaran menjadi tahanan rumah. Mengutip situs resmi pusat sejarah TNI, 7 Oktober 2021, Wisma Yaso dulunya adalah bekas rumah Ratna Sari Dewi Sukarno, istri Bung Karno.
Bapak pendiri bangsa itu memberikan rumah seluas 56.670 meter persegi tersebut kepada Dewi. Ia kemudian menamakan bangunan itu sesuai dengan nama adik laki-lakinya, Yaso.
Menurut ajudan Bung Karno, Sidarto Danusubroto, Presiden pertama RI itu terpaksa menghabiskan waktu di sana lantaran oleh rezim Orde Baru, Sukarno dilarang masuk ke Istana Merdeka.
Sidarto mengatakan semua ajudan Sukarno sebelum 1966 telah ditahan. Istana Merdeka pun sudah dijaga pasukan keamanan yang sama sekali tak dikenal Sukarno.
Sidarto mulai bertugas menjadi ajudan Sukarno pada 6 Februari 1967 hingga Mei 1968. Ia mengaku menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri betapa rezim Orde Baru tak memberikan perawatan medis yang layak untuk Sukarno selama jadi tahanan rumah.
"Jadi, ini adalah pembiaran dan (Sukarno) tidak dirawat dengan proper. Maka, kondisi kesehatannya cepat memburuk," kata Sidarto.
Ia turut menyebut selama dirawat di sana, Sukarno tidak diberikan obat-obat medis yang dibutuhkan untuk mengobati penyakit ginjalnya. Dokter yang merawat Sukarno di momen terakhirnya adalah dokter umum dan bukan bagian dari tim dokter kepresidenan. Lantaran hal itu, cucu sang proklamator, Didi Mahardika sempat melontarkan pernyataan sang kakek dibunuh di Wisma Yaso.
Di sisi lain, Sidarto mengaku kecewa bangunan yang menjadi saksi bisu momen terakhir Sukarno hidup malah direnovasi menjadi museum TNI. Renovasi juga mengubah area kamar yang dihuni Sukarno selama berada di Wisma Yaso. Bangunan dua lantai itu kini diisi benda-benda yang menjadi saksi pembentukan Indonesia sebagai negara dan alutsista yang pernah digunakan TNI.
Museum yang dinamai Satriamandala itu diresmikan Presiden Soeharto pada 1972. Publik pun masih bisa mengakses museum ini. IDN Times yang berkunjung ke museum itu pada Kamis, 7 Oktober 2021 bertemu rombongan siswa SMA sedang study tour.
Bagi kamu yang ingin berkunjung ke sini, jam buka museum mulai pukul 09.00 - 14.00 WIB pada Selasa hingga Minggu. Museum tutup tiap Senin. Setiap pengunjung dikenakan tiket masuk Rp5.000.
Bangunan museum terlihat masih dalam kondisi cukup baik dan terawat, meski kini diapit gedung pencakar langit dan restoran Jepang di dalam kompleks museum.
Berikut beberapa foto yang menggambarkan suasana Museum Satriamandala:
1. Selamat datang. Ini bagian depan dan pintu masuk menuju ke Museum Satriamandala
Baca Juga: Akhir Hidup Sukarno di Wisma Yasoo, Tanpa Uang dan Perawatan Layak
2. Pengunjung Museum Satriamandala langsung disambut salinan tulisan naskah Proklamasi
3. Kalimat yang disampaikan Kepala Staf Umum TNI pertama Oerip Soemohardjo yang bermakna aneh satu negara tanpa tentara. Pernyataan itu ditujukan bagi Indonesia saat baru deklarasikan kemerdekaan
4. Koleksi meja dan kursi yang berada di kediaman Letjen Oerip Soemohardjo
5. Area untuk memamerkan peninggalan Jenderal Sudirman, yang disebut-sebut dulu bekas kamar Sukarno beristirahat dan dirawat
6. Tandu yang digunakan Jenderal Sudirman ketika memimpin perang gerilya
Editor’s picks
7. Surat kematian Jenderal Sudirman yang wafat pada usia 38 tahun. Di surat kematian tertulis, Sudirman wafat saat bertugas.
8. Benda-benda peninggalan bersejarah, termasuk pedang dan penghargaan milik Jenderal Sudirman
9. Dokumentasi yang menunjukkan Ketua MPRS Jenderal TNI AH Nasution melantik Soeharto jadi presiden pada Maret 1967
10. Area khusus yang menggambarkan sepak terjang Soeharto, termasuk terdapat patungnya. Namun, patung Sukarno dan Hatta tidak ada di museum ini.
11. Baju dinas Soeharto ketika masih bertugas di TNI Angkatan Darat
12. Salah satu dokumentasi Soeharto yang kerap dijuluki "The Smiling General" yang disimpan di Museum Satriamandala
13. Dokumentasi yang menggambarkan Presiden Sukarno memberikan tanda jabatan Menpangad Mayjen Soeharto
14. Keakraban Presiden Sukarno bersama Mayjen Soeharto juga terdokumentasikan di museum ini.
15. Koleksi senjata yang berhasil direbut militer Indonesia dari tentara Belanda pada 1945-1947.
16. Alat komunikasi yang digunakan personel TNI AD pada 1970-an untuk pengamanan VIP dan operasi militer.
17. Torpedo yang digunakan di kapal selam Indonesia buatan Rusia, yang memiliki berat 1.750 kilogram.
Baca Juga: Ada Jejak Sukarno dalam Kedekatan Indonesia dan Rusia
Itulah 17 potret sisa-sisa sejarah Wisma Yaso yang kini menjadi Museum Satriamandala. Semoga bermanfaat dan menambah cakrawala wawasan kita.