Ada Jejak Sukarno dalam Kedekatan Indonesia dan Rusia

Sebuah masjid di St Petersburg diberi nama Masjid Sukarno

Jakarta, IDN Times - Selalu ada nama Sukarno bila membicarakan kedekatan Indonesia dan Rusia. Persahabatan kedua negara sudah dirintis sejak 1956 lalu ketika Sukarno mengunjungi Rusia yang masa itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet.

Mengutip laman Russia Beyond the Headline (RBTH) 10 Agustus 2018 lalu, Perdana Menteri Uni Soviet ketika itu, Nikita Khrushchev, sudah terkesan dengan kualitas Sukarno sebagai seorang pemimpin. Semua itu bermula dari ketika Indonesia sukses menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955 di Bandung. Sejak itu, nama Presiden Sukarno mulai sering muncul di surat kabar-surat kabar Soviet. 

RBTH yang mengutip dari buku “Memoirs of Nikita Khrushchev: Volume 3, Statesman (1953–1964)” menggambarkan betapa Khrushchev mengagumi Sukarno. Dalam persepsinya, Sukarno adalah sosok yang terdidik dan cerdas. 

"Padahal, tingkat pendidikan dan kecerdasan tidak selalu sejalan. Saya telah bertemu banyak orang berpendidikan tapi sangat tidak cerdas dan sebaliknya orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan di sisi lain bisa berotak encer. Tapi, Sukarno memiliki keduanya," kenang Khrushchev dalam bukunya tersebut. 

Kedekatan Sukarno dengan Khrushchev turut diamini oleh Duta Besar Indonesia untuk Republik Federasi Rusia, Wahid Supriyadi ketika berbincang dalam program "Ambassador's Talk" by IDN Times yang tayang di YouTube pada 30 Juli 2020. 

"Memang di bawah kepemimpinan Nikita Khrushchev dan Sukarno, hubungan kedua negara ini romantis sekali. Sukarno bahkan berkunjung ke Uni Soviet sampai empat kali," ungkap Wahid. 

Bahkan, kata Wahid, komunitas Muslim di Rusia merasa berutang budi kepada Sukarno. Lho, mengapa?

1. Sukarno meminta kepada PM Khrushchev agar mengembalikan fungsi Masjid Biru

Ada Jejak Sukarno dalam Kedekatan Indonesia dan RusiaIlustrasi Masjid Sukarno di Kota St Petersburg (www.pwmu.co)

Wahid menjelaskan dalam kunjungan Sukarno ke Uni Soviet pada September 1956 lalu, ia sempat terkesima terhadap sebuah bangunan megah berwarna biru di Kota Leningrad yang kini berubah menjadi St. Petersburg. Sukarno tak sengaja menemukan bangunan dengan kubah cantik itu saat meninjau beberapa pabrik di Leningrad. 

Namun, ia sempat merasa sedih karena bangunan tersebut tidak dirawat dan difungsikan menjadi gudang. Selama pendudukan Uni Soviet, masjid itu ditutup dan tak boleh digunakan. Akhirnya, ia mengutarakan kesedihan itu kepada Khrushchev. Ia meminta agar bangunan tersebut kembali difungsikan sebagai masjid. 

"Saya kemarin sempat bertemu dengan Mufthi ke-3 dan Beliau mengakui dibukanya lagi masjid ini karena jasanya Bung Karno. Sebab, dulu bangunan itu sempat dijadikan gudang medis," kata Wahid. 

Uni Soviet menghormati Bung Karno dan mengabulkan permintaan itu. 10 hari usai kunjungan Bung Karno ke Uni Soviet, utusan Kremlin datang ke masjid dan mengabarkan bangunan itu difungsikan kembali sebagai tempat ibadah. Nama masjid memang tidak diubah, tetapi oleh komunitas Muslim di Rusia, mereka kerap menyebutnya sebagai Masjid Sukarno. Kini Masjid Sukarno bisa menampung hingga 7.000 umat Muslim untuk beribadah. 

Baca Juga: Vladimir Putin Jadi Presiden untuk Keempat Kalinya

2. Bung Karno terinspirasi merancang GBK usai melihat kemegahan Stadion Luzhniki di Moskow

Ada Jejak Sukarno dalam Kedekatan Indonesia dan RusiaIlustrasi Stadion Luzhniki di Moskow yang jadi inspirasi pembuatan GBK (TASS/Museum of Moscow)

Hal lain yang membuat dua negara dekat yakni pembangunan stadion Gelora Bung Karno (GBK) karena Sukarno terinspirasi melihat kemegahan stadion Luzhniki di ibu kota Moskow. Stadion yang sempat digunakan sebagai salah satu venue Piala Dunia 2018 lalu itu dibangun kali pertama pada 1956. 

"Sukarno ketika itu sempat berpidato di hadapan puluhan ribu pemuda Soviet di stadion itu. Kemudian, Sukarno meminta agar dibangun bangunan yang sama untuk persiapan Asian Games keempat di Jakarta pada tahun 1962," tutur Wahid. 

Ia melanjutkan Uni Soviet juga ikut membantu Indonesia merebut Irian Barat dari penjajah Belanda. Indonesia, kata Wahid, bahkan sempat menjadi negara dengan kekuatan militer terbesar di kawasan selatan. 

"Belanda kan ketika itu sempet jiper (takut) melihat persiapan kita waktu itu saat merebut Irian Jaya," ujarnya lagi. 

3. PM Nikita Khrushchev membalas kunjungan Sukarno dengan melawat ke Indonesia

Ada Jejak Sukarno dalam Kedekatan Indonesia dan RusiaPresiden Sukarno terlihat akrab berbincang dengan PM Nikita Khrushchev saat ke Bogor (Dokumentasi Yayasan N.S Khruschev)

Usai dua kali Sukarno menyambangi Uni Soviet, kini giliran PM Nikita Khrushchev yang datang ke Indonesia pada Februari 1960. Momen itu bersejarah karena untuk kali pertama, pemimpin dari negara komunis terbesar di dunia tersebut berada di Indonesia selama dua pekan. Khrushchev diajak oleh Sukarno menyambangi beberapa kota antara lain Bandung, Bogor, Surabaya, Yogyakarta dan Bali. 

Di dalam buku memoarnya, Khrushchev mengenang betapa ia terpesona melihat kemegahan Istana Bogor. Ia menggambarkan Istana Bogor sebagai bangunan yang dibangun dengan bebatuan putih. 

Dikutip dari RBTH, ruang-ruang di dalamnya tak jauh berbeda dengan seperti Istana pada umumnya. Khrushchev mengenang Istana Bogor terletak di tepi hutan belantara. 

"Saya berjalan-jalan ke dalam meski tidak pergi terlalu jauh. Hutan itu memberi kesan suram pada saya. Matahari tidak bisa menembus kanopi (cabang-cabang dan dedaunan pohon-pohon hutan hujan yang saling tumpang tindih). Permukaan tanahnya lembab, batang-batang pohon ditutupi lumut, dan embun menetes dari daun," kata Khrushchev dalam memoarnya. 

Momen lainnya yang mengesankan dan tertulis di buku memoar itu yakni ketika ia diajak 'blusukan' menggunakan mobil oleh Sukarno. Proklamator Indonesia itu ingin menunjukkan kepada Khrushchev kondisi rakyat dan kebiasaan tradisional Indonesia. 

Sayangnya, Sukarno ngaret dari waktu yang sudah ditentukan. Namun, ia memahami mengapa Sukarno terlambat. Rupanya, ia menginginkan banyak orang berkerumun untuk menyambut kedua pemimpin tersebut. 

"Karena itu, perjalanan diundur, sementara orang-orangnya Sukarno mengumpulkan massa," tutur Khrushchev. 

4. Hubungan Indonesia-Rusia kembali dekat di bawah kepemimpinan Megawati dan SBY

Ada Jejak Sukarno dalam Kedekatan Indonesia dan RusiaNaik turun hubungan Indonesia - Rusia (IDN Times/Sukma Shakti)

Hubungan Indonesia-Rusia sempat padam di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Namun, hubungan kedua negara mulai harmonis lagi ketika Megawati berkunjung ke Rusia pada 2003 dan menandatangani deklarasi dasar hubungan persahabatan RI-Rusia. 

Kedua negara semakin mesra, ketika pada 2012 lalu, Presiden Vladimir Putin mengucapkan salam selamat ulang tahun kepada SBY di sela pertemuan puncak KTT APEC di Vladivostok. SBY kemudian membalasnya ketika Bali menjadi tuan rumah KTT APEC pada Oktober 2013 lalu. 

Presiden SBY memetik gitar secara khusus dan mendendangkan lagu "Happy Birthday" bagi Putin. Momen tersebut semakin spesial, sebab, pemimpin dari kawasan Asia Pasifik lainnya, minus Presiden Barack Obama, turut merayakan ultah Putin. 

Kini, di bawah kepemimpinan Presiden Joko "Jokowi" Widodo, Indonesia-Rusia tengah siap membawa hubungan diplomatik keduanya ke tingkat kemitraan strategis. Menurut Wahid, seharusnya dokumen kemitraan strategis diteken ketika Jokowi berkunjung ke Moskow atau sebaliknya Putin melawat ke Jakarta. 

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalaman unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

https://www.youtube.com/embed/NBCSiRmgdFw

Baca Juga: Menang Referendum, Vladimir Putin akan Pimpin Rusia Hingga Tahun 2036

Topik:

  • Anata Siregar
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya