Akui Pernah Kontak Sekjen KPU, Mahfud Bantah Intervensi Pemilu

Rapat dengan komisi II beralih tertutup saat sebut Istana

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD mengakui ia pernah mengontak Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Umum (KPU), Bernard Dermawan Sutrisno. Ia mengklaim, komunikasi yang terjalin pada 10 November 2022 lalu tidak untuk intervensi proses pemilu 2024. 

Nama Mahfud ikut terseret dalam dugaan kecurangan penyelenggaraan pemilu lantaran sejumlah LSM yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Kawal Pemilu Bersih menunjukkan bukti adanya komunikasi pihak Istana dan Kemenko Polhukam ke KPU. Hal itu terjadi ketika Koalisi Masyarakat Kawal Pemilu Bersih melakukan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan komisi II DPR pada Rabu, (11/1/2023). 

"Tanggal 10 November 2022, saya menelepon Sekjen KPU, Pak Bernard. Bukan untuk minta meloloskan atau tak meloloskan partai tertentu. Tetapi, saya mengingatkan agar KPU berlaku profesional karena sudah beredar isu bahwa di KPU ada pesan-pesan dari kekuatan luar," ungkap Mahfud di dalam keterangan tertulis pada Jumat, (13/1/2023). 

Pesan-pesan itu kata Mahfud, mulai dari permintaan agar ada partai tertentu yang diloloskan. Namun, ada juga permintaan agar partai tertentu sengaja diganjal agar tak lolos peserta pemilu. 

"Jadi, saya mengingatkan KPU agar berlaku profesional. Jangan menerima pesanan dari (pihak) luar," tutur dia lagi. 

Mahfud pun meminta kepada publik untuk menanyakan secara langsung kepada Ketua dan Sekjen KPU soal komunikasi yang ia lakukan. Ia juga tak menampik setelah telepon Sekjen KPU, pihaknya menerima data hasil verifikasi. 

Apa saja temuan dari koalisi masyarakat kawal pemilu bersih ketika menghadiri rapat pada Rabu lalu?

Baca Juga: Ketua KPU Minta Maaf soal Pernyataan Proporsional Tertutup

1. Kawal pemilu bersih beberkan bukti Ketua KPU beri instruksi agar Partai Gelora diloloskan

Akui Pernah Kontak Sekjen KPU, Mahfud Bantah Intervensi PemiluTangkapan layar pesan teks Ketua KPU Hasyim Asyari ke KPUD yang meminta bantuan terkait verifikasi Partai Gelora. (Dok/Kawal Pemilu Bersih)

Perwakilan Koalisi Masyarakat Sipil Kawal Pemilu Bersih, Hadar Nafis Gumay, turut membeberkan sejumlah bukti di RDPU soal dugaan kecurangan di tahapan proses pemilu. Salah satunya terjadi pada tahapan verifikasi partai politik calon peserta 2024. 

Di ruang rapat itu, Hadar menunjukkan sejumlah pesan singkat dari Ketua KPU Pusat, Hasyim Asy'ari kepada KPU Daerah. Isinya meminta agar Partai Gelora memenuhi syarat (MS) dalam verifikasi administrasi dan verifikasi faktual.

Padahal, kata Hadar, Partai Gelora sebelumnya tidak memenuhi beberapa persyaratan sebagai parpol peserta pemilu.

"Kami dapatkan adanya dugaan atau intruksi dari KPU pusat untuk melakukan perubahan data dari hasil verifikasi faktual tersebut yang selanjutnya mengakibatkan kesimpulannya menjadi berubah. Jadi, data hasil verifikasi faktual itu diubah dan kemudian dilakukan lagi pembuatan berita acara dan lampiran yang memuat hasil verifikasi faktual dari setiap partai dari setiap kabupaten atau kota," kata Hadar. 

Hadar menambahkan KPUD sempat mengadakan rapat pleno setelah menerima instruksi dari KPU pusat yang meminta Partai Gelora 'dibantu' untuk diloloskan. Menurutnya, ada empat orang anggota KPUD di satu kabupaten/kota yang tidak disebutkan namanya, setuju untuk mengikuti instruksi Hasyim itu. 

"Orang yang setuju karena ini ada hierarki, karena instruksi KPU pusat," tutur dia. 

Baca Juga: Kawal Pemilu Beberkan Bukti Kecurangan KPU ke DPR, Rapat Jadi Tertutup

2. Kawal pemilu bersih beberkan dugaan keterkaitan Istana dan Kemenko Polhukam, rapat berubah tertutup

Akui Pernah Kontak Sekjen KPU, Mahfud Bantah Intervensi PemiluKetua Komisi II DPR Ahmad Doli Kurnia saat melakukan rapat kerja bersama Komisi II DPR, Mendagri Tito Karnavian, Bawaslu, dan DKPP, Kamis (16/9/2021). (youtube.com/Komisi II DPR RI Channel)

Sementara, ketika Kawal Pemilu Bersih menyinggung adanya dugaan keterlibatan Istana dan Kementerian Polhukam, komisi II tiba-tiba meminta agar rapat digelar secara tertutup. Hadar sempat protes dengan keinginan Doli mengubah rapat jadi tertutup. Sebab, menurut Hadar, temuan dugaan manipulasi data ini merupakan informasi publik sehingga rapat sebaiknya tetap terbuka. 

Namun, Doli bergeming. Doli beralasan rapat harus digelar tertutup karena temuan koalisi menyebut nama sejumlah institusi. 

"Soalnya ini menyebut-nyebut nama institusi, nanti khawatir ini kan harus dikonfirmasi. Berita ini harus kita konfirmasi. Nanti menyebar luas ke mana-mana, jadi saya minta persetujuan teman-teman pimpinan kita alihkan ke (rapat) tertutup," tutur dia lagi. 

3. Kawal pemilu bersih berharap dengan dibeberkan dugaan kecurangan, komisi II berhentikan anggota KPU

Akui Pernah Kontak Sekjen KPU, Mahfud Bantah Intervensi Pemilu(Hadar Nafis Gumay, Komisioner KPU 2012-2017) IDN Times/Aldzah Fatimah Aditya

Lebih lanjut, Hadar menjelaskan alasan pihaknya menyampaikan dugaan kecurangan KPU beserta bukti-buktinya itu bertujuan untuk mendesak Komisi II DPR bergerak. Sesuai UU Pemilu, kata dia, DPR dapat merekomendasikan pemberhentian terharadap anggota KPU RI yang terbukti terlibat dalam dugaan kecurangan ini. 

"Kami tidak sama sekali bermaksud untuk melakukan penundaan pemilu. Jstru kami ingin memastikan penyelenggaraan pemilu tepat waktu tetapi dengan kualitas yang baik," ujar mantan Komisioner KPU RI itu. 

Baca Juga: Kawal Pemilu Bersih Beber Bukti KPU Curang Loloskan Partai Gelora

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya