Anies: Anak Muda Jangan Golput, karena Suaranya Jadi Tak Dihitung

Bila yang memilih 40 persen, pemilu ditentukan hasil itu

Jakarta, IDN Times - Calon presiden dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan kembali mengingatkan pemilih muda untuk menggunakan hak suaranya di Pemilu 2024. Sebab, bila mereka absen datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), suaranya tidak dihitung. 

"Jadi, kalau sebuah pemilu yang datang hanya 40 persen, sisa 60 persennya tidak memilih, maka bukan berarti pemilunya batal. Keputusannya ditentukan oleh (pemilih) 40 persen. Sekarang, pilihannya kita mau menjadi yang menentukan atau hanya yang menonton keputusan. Menurut saya, pilih yang menentukan," ujar Anies ketika berbicara di program Mata Najwa dan dikutip dari akun media sosialnya pada Selasa (21/11/2023). 

Ia menambahkan bila pemilih golput dihitung maka baru dapat diperhitungkan. Atau bila pemilunya dibatalkan karena lebih banyak yang bersikap golput, maka tidak memilih dapat dipertimbangkan untuk menjadi opsi. 

"Tapi, kalau itu tidak jadi pilihan, maka untuk apa kita jadi penonton? Apalagi anak muda. Ada begitu banyak isu, mulai dari pengangguran, biaya sekolah mahal, biaya pendidikan yang tinggi, kenapa kita mendiamkan?" tanya mantan Gubernur DKI Jakarta itu. 

Ia kemudian mengajak pemilih muda untuk mencermati visi dan misi calon presiden yang membawa ide dan solusi terhadap tantangan tersebut. "Siapa yang punya kaitan dengan anak muda lalu ambil pilihannya. Jangan jadi penonton dan golput! Karena tidak dihitung suaranya," kata dia lagi. 

Anies juga mengambil contoh tingkat partisipasi di sejumlah pilkada. Angka tingkat partisipasi pemilihnya hanya 40 persen. Tetapi, bukan berarti pilkada tersebut dibatalkan. 

"Cara penghitungannya kan siapapun yang paling tinggi dari 40 persen (jumlah pemilih), itu lah yang menentukan masa depan kita. Jadi, daripada menonton, ambil sikap, memilih dan ikut menentukan masa depan," tutur dia. 

1. Cak Imin wanti-wanti bila ditemukan satu kecurangan maka dapat merusak pemilu

Anies: Anak Muda Jangan Golput, karena Suaranya Jadi Tak DihitungDeklarasi seniman dukung Cak Imin jadi Capres 2024 (dok. PKB)

Sementara, calon wakil presiden dari Koalisi Perubahan, Muhaimin Iskandar justru mengingatkan bahwa bila pemilu diibaratkan pertandingan sepak bola, maka komentator dan wasit harus bersikap obyektif serta netral. "Sekali ditemukan kecurangan, maka pertandingan, pemilu ini menjadi rusak. Penonton akan turun ke lapangan, rusak semua pertandingan," ujar pria yang akrab disapa Cak Imin itu. 

"Jadi, jangan sampai terjadi pemain-pemain bola ini mengundang penonton turun ke lapangan dan kemudian kita memulai pembangunan kembali dari titik nol. Itu berbahaya bagi Indonesia raya," tutur dia lagi. 

Baca Juga: Anies: Tekanan yang Kami Hadapi Belum Apa-Apa Dibanding Derita Rakyat

2. Prabowo dan Mahfud saling puji di depan publik

Anies: Anak Muda Jangan Golput, karena Suaranya Jadi Tak DihitungMenteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD. (www.instagram.com/@mohmahfudmd)

Sementara, calon presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto juga mengingatkan bahwa dalam pemilu yang dikedepankan bukan caci maki, curiga atau saling memecah belah. Ia pun mendorong agar Indonesia belajar dari negara lain yang justru terpecah pasca-pemilu. 

"Terima kasih, karena memang ini suasana yang kita inginkan. Kita ini semua di sini, itu sahabat. Kalau Pak Mahfud itu, bos aku," ujar Prabowo sambil memandang ke arah Mahfud. 

Pernyataan itu langsung ditimpali Mahfud. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu mengakui bahwa dulu menjadi ketua tim sukses Prabowo di tahun 2014. Ketika itu, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa. 

"Saya dulu ketua tim sukses bapak. Dari dulu sudah bersahabat," tutur dia sambil tertawa. 

3. Gibran sebut elite di atas bergandengan tangan, di bawah malah gaduh

Anies: Anak Muda Jangan Golput, karena Suaranya Jadi Tak DihitungCalon Wakil Presiden Gibran Rakabuming dan Calon Presiden Prabowo Subianto (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Sementara, menurut calon wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), Gibran Rakabuming Raka, situasi elite di atas dengan rakyat di akar rumput diakui sangat berbeda. Para elite justru bergandengan tangan di atas. Sedangkan, akar rumput justru saling bertengkar. Apalagi bila sudah menyentuh media sosial. 

"Oleh sebab itu, politik itu sebaiknya dibuat asyik dan riang gembira. Anak-anak muda jangan diberi tontonan yang buruk-buruk, nanti semakin apatis (ke politik) dan ingin golput. Kalau bisa di media sosial jangan ada aksi bully," ujar Gibran seperti dikutip dari YouTube Najwa Shihab. 

Ia menambahkan ingin lebih banyak melibatkan anak muda untuk berpartisipasi di dunia politik. Di program itu, Gibran mengakui dulu merupakan bagian dari kelompok orang-orang yang apatis ke politik. Namun, menurutnya, setelah dijalani, politik tidak seburuk itu. 

"Setelah saya ikut terjun, saya bisa punya banyak teman, koneksi, jejaring saya jadi sangat luas. Kalau dulu, saya hanya bisa menyentuh 100 orang, sekarang bisa menyentuh ribuan orang," tutur dia. 

Putra sulung Presiden Joko "Jokowi" Widodo itu pun bahkan mengakui menikmati ketika blusukan ke luar Pulau Jawa. Meskipun banyak menerima keluhan dan cibiran tetapi ia tampung. 

https://www.youtube.com/embed/IWO6QlwpdJU

Baca Juga: Galaunya Cak Imin Sebelum Tidur: Acara Ramai tapi Hasil Survei Buruk

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya