Dilema PMI di Hong Kong, Batal Pulang karena Omicron, Isoman di Tenda

Rumah sakit dan isoter di Hong Kong penuh karena Omicron

Jakarta, IDN Times - Pekerja domestik di Hong Kong kini tengah mengalami dilema saat kasus COVID-19 varian Omicron melonjak. Sejumlah pekerja domestik yang ingin kembali ke negara asal tiba-tiba tak bisa terbang karena mereka dinyatakan positif COVID-19.

Sementara, para pekerja migran tak bisa memperpanjang visa bekerja lantaran telah terpapar COVID-19. Para pekerja migran ini tak bisa melakukan isolasi mandiri di fasilitas isolasi terpusat milik pemerintah karena penuh. Hong Kong kini tengah 'dihajar' gelombang kelima COVID-19 dan galur Omicron. 

Dikutip dari laman VOA News edisi Sabtu (19/2/2022), pada Kamis 17 Februari 2022 lalu, kasus harian COVID-19 di Hong Kong mencapai rekor baru yakni 6.116. Sedangkan kasus harian pada Jumat 18 Februari 2022, mencapai 3.629 dan 10 pasien meninggal dunia. 

Maka, sejumlah pekerja migran terlihat melakukan isoman di dalam tenda dan tidur di taman. Laman Hongkong FP mengabadikan momen sejumlah taman di Hong Kong dipenuhi tenda yang diisi oleh pekerja migran. 

Seorang pekerja migran asal Filipina berinisial J mengaku telah menjalani isoman di tenda yang dibangun di area Yau Ma Tei, Hong Kong. Ia sudah mulai kemping di sana sejak Selasa, 15 Februari 2022. 

Semula, pekerja migran berusia 35 tahun itu ingin kembali ke Filipina pada Rabu keesokan harinya. Namun, ia batal pulang karena hasil tes swab PCR menunjukkan ia positif tertular COVID-19. 

Pihak rumah sakit menyarankan J untuk melakukan isoman di rumah. Namun, lantaran ia tak lagi bekerja di rumah majikan, maka J tak punya tempat untuk isoman.

Ia kemudian menghubungi Serikat Federasi Pekerja Domestik Asia di Hong Kong (FADWU). Tetapi, serikat federasi memberikannya sejumlah peralatan seperti tenda, masker, sleeping bag, alat-alat untuk membersihkan diri, dan sejumlah makanan. 

"Saya sangat kedinginan karena cuacanya sangat dingin. Saya tidak tahu harus melakukan apa," ungkap J. 

Situasi diprediksi bakal memburuk karena akhir pekan ini suhu di Hong Kong akan mencapai di bawah 10 derajat celcius. Situasi yang dialami oleh pekerja migran asal Filipina itu turut dirasakan oleh PMI. 

Lalu, apa yang dilakukan oleh KJRI Hong Kong untuk membantu PMI yang tak bisa kembali ke Indonesia karena hasil tes swab PCR dinyatakan positif COVID-19?

1. KJRI Hong Kong mencatat ada 8 PMI yang dibantu dapatkan lokasi isoman

Dilema PMI di Hong Kong, Batal Pulang karena Omicron, Isoman di TendaAktivis buruh migran di Hong Kong asal Indonesia, Eni Lestari, menggambarkan pekerja migran yang isoman di tenda di taman Hong Kong (www.hongkongfp.com)

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengakui kasus COVID-19 di Hong Kong tengah melonjak. Kenaikan kasus yang didominasi varian Omicron meningkat hingga 450 persen. Alhasil, hal itu menyebabkan fasilitas perawatan dan tempat untuk menjalani isoman penuh. 

"KJRI Hong Kong telah membantu memfasilitasi 8 PMI yang kesulitan mendapatkan lokasi untuk isoman. KJRI Hong Kong juga terus memonitor kasus-kasus COVID-19 yang menimpa WNI, khususnya PMI," ungkap Judha melalui keterangan tertulis pada Jumat, 18 Februari 2022. 

Sementara, ketika IDN Times mengonfirmasi kepada Pelaksana Fungsi Protokol dan Konsuler di KJRI Hong Kong, Hernawan Bagaskoro, 8 PMI itu kini melakukan isoman di fasilitas guest house. "Sambil menunggu antrean untuk dibawa ke pusat karantina milik Pemerintah Hong Kong," ungkap Hernawan melalui pesan pendek kemarin. 

Ia menyebut, warga Hong Kong dan WNA yang terinfeksi COVID-19 tanpa gejala atau gejala ringan tidak bisa langsung mendatangi lokasi fasilitas isolasi terpusat. Mereka tengah kewalahan karena banyaknya warga yang harus menjalani isolasi mandiri. Sehingga, harus tunggu untuk dijemput. 

"Di sini waktu isoman selama 14 hari," kata dia lagi. 

Baca Juga: Kasus COVID-19 Melonjak, 90 Persen Rumah Sakit di Hong Kong Penuh

2. Isolasi mandiri di Hong Kong adalah kebijakan baru karena rumah sakit penuh

Dilema PMI di Hong Kong, Batal Pulang karena Omicron, Isoman di TendaANTARA FOTO/REUTERS/Tyrone Siu

Menurut Hernawan, semula di Hong Kong tidak mengenal kebijakan isolasi mandiri di rumah. Dulu, setiap ada warga yang terpapar COVID-19 maka wajib dirawat di fasilitas isolasi terpusat. 

"Karena ada Omicron ini mereka mengalami overcapacity sehingga menyesuaikan kebijakan penanganan (pandemik)," kata Hernawan. 

Ia memastikan, pekerja domestik yang menjalani isoman di fasilitas isolasi terpusat tidak dikenai biaya apapun dari Pemerintah Hong Kong. Semua ditanggung oleh pemerintah.

Sementara, berdasarkan data resmi yang disampaikan oleh Kemlu, hingga 18 Februari 2022, jumlah WNI di Hong Kong yang terpapar COVID-19 mencapai 366. Sebanyak 364 di antaranya sembuh. Dua di antaranya dalam kondisi stabil. 

Data itu bisa saja lebih tinggi di lapangan. Sebab, ada yang belum melapor ke KJRI Hong Kong. 

Sementara, Judha memastikan, pemerintah melalui KJRI telah melakukan berbagai langkah pelindungan bagi WNI di Hong Kong yang terpapar COVID-19, antara lain memfasilitasi tempat tinggal untuk karantina mandiri, memberikan bantuan logistik, memastikan akses layanan kesehatan bagi PMI dengan cara berkoordinasi dengan otoritas kesehatan di Hong Kong, hingga memastikan kepada majikan serta agen untuk memenuhi hak-hak ketenagakerjaan PMI.

3. Pasien COVID-19 di Hong Kong terlihat antre di halaman rumah sakit untuk dirawat

Dilema PMI di Hong Kong, Batal Pulang karena Omicron, Isoman di TendaPasien COVID-19 di Hong Kong terpaksa antre di luar rumah sakit untuk dirawat pada 15 Februari 2022 (EPA-EFE)

Situasi gelombang kelima COVID-19 yang melanda Hong Kong mengingatkan apa yang terjadi di Indonesia ketika 'dihajar' varian Delta Juli 2021. Pada pekan ini, banyak pasien yang terbaring di luar rumah sakit dan antre untuk bisa dirawat. Fasilitas kesehatan di Hong Kong sudah mulai kewalahan melihat banyaknya pasien yang terinfeksi Omicron. 

Alhasil, pada 14 Februari 2022 lalu, Caritas Medical Centre di Distrik Sam Shui Po mulai mendirikan tenda isolasi di luar rumah sakit. Per tenda dibatasi hanya boleh diisi satu pasien. 

Dikutip dari harian The Straits Times, situasi itu berubah pada malam hari. Lantaran suhu makin dingin, maka keluarga pasien pun ikut berdesakan di tenda-tenda tersebut. 

"Beberapa kolega saya mengatakan, kita saat ini sedang dalam mode di medan peperangan. Kami khawatir kondisi pasien makin memburuk pada akhir pekan ini," ungkap David Chan, perawat di ruang gawat darurat Caritas Medical Centre, Hong Kong. 

Hong Kong sendiri sejak awal mengikuti kebijakan dari China yakni strategi nol COVID-19. Artinya, tidak boleh ada satu virus Sars-CoV-2 di kota administratif itu. Kebijakan tersebut dibayar mahal karena Hong Kong terpaksa sering kali melakukan pengetatan pergerakan masyarakat.

Namun, lonjakan kasus akhir-akhir ini menyebabkan otoritas setempat harus memutar otak dan mencari alternatif rumah sakit sebagai tempat perawatan pasien COVID-19. Ahli kesehatan memprediksi, akumulasi kasus COVID-19 di Hong Kong akan melonjak hingga 28 ribu di bulan Maret. 

Situasi pandemik di Hong Kong berpotensi makin memburuk lantaran kaum lansia di sana, rata-rata enggan divaksinasi COVID-19. 

Baca Juga: Hong Kong Tolak Semua Penerbangan dari Indonesia, TKI Kena Dampak

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya