Epidemiolog UI Ragu Bakal Terjadi Lonjakan COVID Akhir Tahun, Kenapa?

Saat ini belum ditemukan varian yang lebih hebat dari Delta

Jakarta, IDN Times - Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengaku ragu bakal terjadi lonjakan kasus COVID-19 pada akhir tahun 2021. Sebab, sebagian besar warga di Tanah Air telah memiliki kekebalan terhadap COVID-19, baik yang diperoleh secara alami atau buatan.

Kekebalan alami diperoleh karena warga berhasil bertahan usai terinfeksi varian 1.617.2 atau Delta. Sedangkan, kekebalan buatan diperoleh karena menerima vaksin COVID-19 dua dosis. 

"Kondisi sekarang (jelang memasuki Natal dan Tahun Baru) berbeda dibandingkan dengan tahun 2020. Tahun lalu, Indonesia belum memiliki program vaksinasi. Sedangkan, ketika mudik Lebaran 2021 dilarang, warga yang sudah divaksinasi masih sedikit dan saat itu varian Delta sudah keburu masuk ke Indonesia," ujar Pandu ketika dihubungi IDN Times melalui telepon, Kamis (25/11/2021).

Varian Delta resmi ditemukan di Indonesia pada Juni 2021 lalu lewat pelabuhan di Kudus, Jawa Tengah. Dampaknya ketika itu sangat fatal lantaran selama berhari-hari menimbulkan rekor kasus harian COVID-19.

Data resmi dari Satgas Penanganan COVID-19 menunjukkan kasus harian COVID-19 pernah mencapai rekor tertinggi yakni 56.757. Diprediksi yang tidak tercatat lebih tinggi dari itu. Namun, angka tersebut pelan-pelan menurun drastis di bulan September 2021 dan konsisten melandai seperti sekarang ini.

"Kita sudah punya pengalaman (menghadapi) varian Delta di bulan Juli kemudian berhasil diturunkan drastis hingga seperti saat ini, kok gak percaya diri sih (menghadapi prediksi gelombang ketiga)? Kan, kita sudah berhasil menghadapi varian virus Sars-CoV-2 yang paling jago," kata dia. 

Di sisi lain, kata Pandu, varian lain yang lebih hebat dari Delta belum ditemukan atau diumumkan secara resmi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Varian Delta AY 4.2 atau Delta Plus hingga kini masih ditelusuri lebih jauh oleh WHO. 

Ia pun menjelaskan kenaikan kasus COVID-19 di beberapa negara Eropa dan Singapura, lantaran virus Sars-CoV-2 menginfeksi warga lansia dan belum divaksinasi. Pandu pun mengusulkan agar pemerintah tidak memberlakukan PPKM Level 3 saat libur Natal dan tahun baru 2022 mendatang. Loh, kenapa?

1. Epidemiolog nilai PPKM Level 3 kebijakan untuk atasi lonjakan bukan mencegah terjadinya penularan COVID-19

Epidemiolog UI Ragu Bakal Terjadi Lonjakan COVID Akhir Tahun, Kenapa?Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Dr. Pandu Riono (Tangkapan layar Zoom Indikator Politik Indonesia)

Pandu mengkritisi kebijakan PPKM Level 3 yang dipilih pemerintah untuk mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19. Ia menilai kebijakan yang dimotori Kementerian Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) itu tak sesuai untuk mencegah terjadinya COVID-19. 

"PPKM Level 3 itu (kebijakan) yang berbeda. Itu kan respons bila ditemukan lonjakan kasus. Kemudian, malah digunakan untuk mencegah terjadinya kemunculan COVID-19, ya gak nyambung kebijakannya," kata Pandu. 

Alih-alih memberlakukan PPKM Level 3 untuk seluruh wilayah di Indonesia, Pandu mengusulkan agar selama perayaan Natal dan malam pergantian tahun penerapan PPKM sesuai dengan level di masing-masing daerah. Bila Jakarta dan Bali saat ini berstatus PPKM level satu, maka biarkan daerah tersebut ada di level tersebut. 

"Sedangkan, untuk libur Nataru ada aturan tambahan yang saya usulkan. Semula kan syarat bagi warga yang boleh bepergian hanya menerima satu dosis vaksin COVID-19, sekarang wajib dua kali dosis. Ditambah tes untuk keperluan skrining, minimal swab antigen," tutur dia. 

Bila warga menggunakan tes swab PCR maka durasi waktu berlakunya menjadi tiga hari. Di sisi lain, menurut Pandu, mau berapa pun level PPKM yang diterapkan tidak akan berpengaruh terhadap perilaku penduduk. Sebab, penerapan kebijakan PPKM sulit dilakukan. 

"Apalagi kebijakan yang ini hanya berlaku 24 Desember 2021 hingga 2 Januari 2022. Siapa yang bakal mengawasinya di lapangan, gak mungkin," katanya pesimistis. 

Dalam prediksinya, meski akhir tahun nanti tidak diberlakukan PPKM Level 3, lonjakan COVID-19 kemungkinan kecil akan terjadi. 

Baca Juga: Masyarakat Diizinkan Pergi ke Luar Kota Selama Nataru, Ini Syaratnya

2. Lonjakan tidak akan terjadi bila tak ditemukan varian baru virus Sars-CoV-2

Epidemiolog UI Ragu Bakal Terjadi Lonjakan COVID Akhir Tahun, Kenapa?Deretan aturan PPKM level 3 saat libur Natal 2021 dan pergantian tahun baru 2022 (IDN Times/Aditya Pratama)

Pandu juga menyebut warga boleh saja beraktivitas seperti melakukan ibadah, menggelar pesta pergantian tahun hingga mudik ke kampung halaman. Asalkan, melakukan tiga hal mematuhi protokol kesehatan, sudah divaksinasi dua dosis dan harus menjalani tes COVID-19 lebih dulu. 

"Penggunaan aplikasi PeduliLindungi juga harus benar-benar diterapkan. Jangan hanya menjadi pajangan barcode," kata Pandu. 

Ia menyebut bila semua warga akhirnya telah divaksinasi maka otomatis menyebabkan penularan antarwarga berkurang. Kemunculan varian baru Sars-CoV-2 pun menjadi lebih lambat.

"Kemungkinan munculnya varian baru tiga tahun sekali, dua tahun sekali. Tidak secepat ini (yang muncul tiap tahun). Varian baru itu sangat bergantung kepada replikasi (virus Sars-CoV-2)," ungkapnya. 

Pandu pun tak yakin varian baru B.1.1.529 yang kini tengah menyebar pesat di Afrika Selatan akan menimbulkan lonjakan kasus COVID-19 di Tanah Air. Para ahli kesehatan di WHO mengaku khawatir dan mengadakan rapat darurat. 

"Varian itu kan belum masuk variant of concern (VOC). Diduga lebih mudah menular tetapi lebih mudah loyo. Tingkat imunitas penduduk Indonesia masih dapat menangkalnya," kata Pandu melalui pesan pendek ke IDN Times, Jumat (26/11/2021). 

3. Satgas penanganan COVID-19 sebut RI bisa saja lolos dari gelombang ketiga pandemik

Epidemiolog UI Ragu Bakal Terjadi Lonjakan COVID Akhir Tahun, Kenapa?Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito ketika memberikan keterangan pers secara daring pada Kamis, 4 Agustus 2021 (Tangkapan layar YouTube BNPB Indonesia)

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 memprediksi Indonesia bisa saja lolos dari ancaman gelombang ketiga virus Sars-CoV-2 yang diproyeksi sejumlah ahli kesehatan dan epidemiolog terjadi pada akhir atau awal tahun saat Nataru. Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, menyebut harapan itu dapat terwujud hanya dengan berbagai syarat, salah satunya adalah dengan kedisiplinan warga dalam menjalankan protokol kesehatan COVID-19. 

"Selain itu, cakupan vaksinasi harus terus ditingkatkan," ujar Wiku seperti dikutip dari kanal YouTube BNPB, Kamis (25/11/2021). 

Wiku mendorong masyarakat agar tetap memakai masker dan menjaga jarak, meski sejumlah kegiatan sosial-ekonomi telah dibuka. Wiku juga melaporkan, masih banyak warga khususnya di area publik seperti terminal dan pasar yang tidak memakai masker lantaran monitoring petugas kurang optimal. 

"Kunci kesuksesan kita menghadapi Nataru ada dua. Yang pertama, kesadaran masyarakat untuk tetap memakai masker dan menjaga jarak serta tidak menunda-nunda untuk divaksinasi. Kedua, keseriusan pemerintah dalam pengawasan prokes dan distribusi vaksin pada wilayah-wilayah yang cakupannya masih rendah," ujarnya. 

Baca Juga: Tempat Wisata Tetap Boleh Buka Selama Libur Nataru, Kapasitas Dibatasi

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya