Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Warga berburu ikan di Bengawan Solo. IDN Times/Imron

Lamongan, IDN Times - Ratusan warga Desa Durikulon, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan memiliki tradisi unik. Mereka berburu ikan ngumbo atau mabuk di Sungai Bengawan Solo. Kondisi ini terjadi karena setiap tahun saat air sungai Bengawan Solo berubah menjadi keruh.

1. Iwak ngumbo terjadi pada saat pergantian musim

Warga berburu ikan di Bengawan Solo. IDN Times/Imron

Tradisi berburu ikan mabuk yang sudah ada sejak puluhan tahun tersebut hanya bisa dilakukan setahun satu kali. Sungai Bengawan Solo akan berubah menjadi keruh saat pergantian musim kemarau ke penghujan.

"Sangat senang sekali mas, apa lagi ikan ngumbo itu hanya terjadi sekali dalam setahun," kata seorang warga bernama Tupa kepada IDN Times di lokasi, Senin (2/11/2020). Adapun jenis ikan yang mereka tangkap antara lain, bader, kongkong, mujair, udang dan wagal.

2. Tidak perlu menggunakan alat tangkap ikan

Warga berburu ikan di Bengawan Solo. IDN Times/Imron

Lantaran kondisi ikan sedang mabuk, warga pun cukup mudah menangkapnya. Mereka tak perlu susah payah membawa alat tangkap ikan, seperti jala, jaring atau lainnya. Warga cukup menangkap ikan tersebut dengan tangan kosong.

Alat hanya digunakan jika mereka ingin mendapatkan hasil yang lebih banyak. "Mudah sekali kok mas menangkap ikannya. Kita tinggal turun ke sungai dan mencarinya mengunakan tangan," jelasnya

3. Hasil tangkapan ikan dibagikan tetangga dan warga sekitar

Warga berburu ikan di Bengawan Solo. IDN Times/Imron

Ikan hasil tangkapan itu, biasanya oleh warga sekitar akan dijadikan sebagai lauk pauk saja. Namun jika tangkapan ikan mereka memperoleh banyak akan dijual dan dibagikan kepada warga yang membutuhkan.

"Karena di sepanjang sungai Bengawan Solo ini orang-orangnya pada mengambil ikan semua, maka harga jual ikan pun terbilang murah, tapi lumayan meskipun hasilnya tidak seberapa tapi hal ini lumayan bisa," lanjut Tupa.

Namun, tahun ini tangkapan ikan yang didapat Yupa tidak sebanyak tahun sebelumnya, hal itu disebabkan karena perubahan warna air sungai tidak begitu keruh. Meski demikian pihaknya tetap senang dengan adanya kegiatan tersebut. "Lumayan mas bisa dibuat hiburan, apa lagi di masa pandemik COVID-19 saat ini," pungkas pria tersebut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team