Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri PPPA Arifah Fauzi menyambangi kembaran AMK anak korban kekerasan dan penelantaran di Kebayoran Lama yakni S di Jawa Timur (Dok. KemenPPPA)
Menteri PPPA Arifah Fauzi menyambangi kembaran AMK anak korban kekerasan dan penelantaran di Kebayoran Lama yakni S di Jawa Timur (Dok. KemenPPPA)

Intinya sih...

  • Kronologi kasus, perundungan yang direkam

  • Perilaku remaja yang patut menjadi perhatian bersama

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, mengecam kasus perundungan siswi MTs di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Dia menyoroti fenomena fear of missing out (FOMO) yang ada di kalangan anak.

Menurut dia, remaja yang belum paham etika dalam bermedia sosial tanpa sadar meninggalkan jejak digital yang merugikan bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Hal ini menyusul kasus seorang siswi MTs, AL, yang menjadi korban perundungan teman sekelasnya. Aksi itu terekam dalam video yang beredar di media sosial. Total, ada tujuh orang yang terlibat.

"Fear of Missing Out (FOMO) di kalangan remaja yang aktif bermedia sosial sering menyebabkan anak-anak bertindak gegabah, melupakan aspek caring before sharing,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Senin (22/9/2025).

1. Kronologi kasus, perundungan yang direkam

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi melakukan kunjungan ke rumah orang tua seorang ibu berinisial EN (34) yang mengakhiri hidup dan juga dua anaknya yakni AA (9) dan AAP (11 bulan) di Jawa Barat (Dok. KemenPPPA)

Kasus ini bermula saat korbanmelaporkan teman-temannya yang membolos untuk bertemu teman laki-laki pada 9 September 2025. Perundungan terjadi sehari setelahnya, direkam, lalu tersebar di media sosial. Pihak sekolah sempat melakukan pembinaan pada 13 September, sedangkan mediasi berlangsung di Polsek Sindue pada 14 September 2025.

Arifah mengatakan, dari peristiwa ini, ada dua hal penting dalam perilaku remaja yang patut menjadi perhatian bersama dan disikapi tepat oleh semua pihak, khususnya orangtua.

Pertama, anak yang jujur tidak disukai teman-temannya. Fakta ini, kata dia, harus dibarengi dengan dukungan psikologis bagi anak agar anak tetap berani bersikap jujur

2. Dorong anak-anak mengutamakan prinsip caring before sharing

Ilustrasi media sosial yang digunakan anak muda. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dia mengingatkan anak-anak untuk tidak menyebarkan konten kekerasan di media sosial dan mengutamakan prinsip caring before sharing.

Menurut dia, konten semacam ini hanya memperburuk kondisi korban maupun pelaku. Dia mengapresiasi masyarakat yang melaporkan video tersebut sehingga bisa segera ditangani.

3. Perundungan di Donggala menjadi alarm bagi keluarga dan lingkungan

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi melakukan kunjungan ke rumah orang tua seorang ibu berinisial EN (34) yang mengakhiri hidup dan juga dua anaknya yakni AA (9) dan AAP (11 bulan) di Jawa Barat (Dok. KemenPPPA)

Dia mengatakan, perundungan di Donggala menjadi alarm bagi keluarga dan lingkungan sekitar agar lebih peka. Dengan begitu, dibutuhkan asesmen terhadap kondisi lingkungan agar dilakukan upaya sosialisasi pencegahan kondisi serupa.

Termasuk deteksi dini terhadap potensi-potensi perilaku berisiko dengan pengawasan yang bersifat komprehensif.

"Siapa saja yang mengalami, mendengar, melihat, atau mengetahui kasus kekerasan dapat melapor melalui hotline Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) 129 atau WhatsApp 08111-129-129,” kata dia.

Editorial Team