Jakarta, IDN Times - Politikus muda Tsamara Amany Alatas, menjadi sasaran isu SARA belum lama ini, usai keputusannya keluar dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Tsamara lantas menyolek akun Twitter @Div_HumasPolri, dengan menyertakan screencapture warganet yang menyebutkan dirinya kadrun, agar ditindak secara hukum.
"Halo, tolong @Div_HumasPolri. Ini keterlaluan. Bukan nasionalisme. Jelas Fasisme," cuit Tsamara, dikutip IDN Times, Sabtu (23/4/2022).
Isu SARA ini muncul lantaran adanya unggahan suami Tsamara menunjukkan kedekatannya dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Potongan-potongan video saat Anies menghadiri pernikahan Tsamara dan suami pun tersiar kembali di media sosial. Lantas, isu ini menjadi berkembang liar.
Suami Tsamara, Ismail Fajri Alatas, juga ikut buka suara terkait serangan SARA yang menyeret istri dan namanya ini.
"The latest in the barrage of racist hate speech directed against @TsamaraDKI and I (aka his scheming mastermind husband) by the so-called "nationalist" fascists," cuit dosen yang mengajar di New York Univeristy itu.
Ketua DPW PSI Jakarta, Michael Victor Sianipar, menanggapi serangan bermuatan SARA pada eks politikus PSI, Tsamara Amany. Menurutnya, keputusan Tsamara mundur dari kepengurusan PSI harus dihormati.
“Kita harus hormati keputusan Tsamara. Perjuangannya harus dilanjutkan di tempat lain, tidak usah ditarik ke mana-mana. Menurut kami, penghinaan terhadap Tsamara tidak boleh dilakukan atas alasan apapun. Ini kami tidak setuju,” kata Michael.
Menurutnya, simpati yang ditunjukan suami Tsamara Amany kepada Anies Baswedan merupakan sebuah ekspresi kebebasan. Michael meminta tidak ada pihak yang memancing keributan.
“Saya kira kita sudah kebablasan, mengaitkan dengan ras. Kalaupun iya, suaminya dukung Pak Anies, ya tidak ada masalah juga. Setiap orang otonom kok menentukan pilihan. Saya harap jangan kita memperburuk situasi. Kita butuh persatuan buat bangkit dari pandemi,” kata Michael.
Michael berharap semua pihak, termasuk simpatisan PSI di Jakarta agar tidak terlibat tindak penghinaan rasial. Menurutnya, tindakan tersebut sangat tidak layak dipertunjukan di ruang publik.
“Saya imbau agar kader dan simpatisan PSI di DKI Jakarta tidak ikut-ikutan. Masalah rasial ini bahaya. Polarisasi kita makin parah dan buruk, apalagi kita akan memasuki tahun politik, polarisasi makin buruk. Jangan juga ada pihak yang terlalu cepat dan mudah melabeli dan mencap orang, bahkan mengkadrunkan orang. Bahaya ini, memecah bangsa. Kami akan tindak tegas kalau ada kader yang terlibat,” tutup Michael.