Prabowo: Saat Reformasi, Saya Harus Pilih antara Soeharto atau Rakyat

Prabowo akui sarankan Soeharto untuk mundur pada 1998 lalu

Jakarta, IDN Times - Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, menghadiri acara Gerakan Elaborasi Rektor Akademisi Alumni dan Aktivis Kampus Indonesia, di Balai Kartini, Jumat (5/4). Dalam acara tersebut, Prabowo mendapatkan deklarasi dukungan dari para rektor akademis di berbagai macam perguruan tinggi.

Prabowo pun diberikan kesempatan untuk menyampaikan sambutannya. Di hadapan para rektor akademisi, Prabowo sempat menceritakan keterlibatan dirinya dalam pelengseran Presiden RI ke-2 Soeharto saat masa Orde Baru.

1. Prabowo sebut dia pernah menjadi elite dalam rezim Soeharto

Prabowo: Saat Reformasi, Saya Harus Pilih antara Soeharto atau RakyatIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Awalnya, Prabowo mengatakan bahwa elite di Indonesia sudah gagal dalam menjaga kekayaan Indonesia. Prabowo lalu mengaku dirinya ikut dalam bagian elite yang gagal.

"Kita harus koreksi diri. Ini adalah kegagalan elite Indonesia. Saya ikut karena saya bagian dari elite. Saya elite tentara dulu. Saya bagian dari suatu rezim yang berkuasa," kata Prabowo di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Jumat (5/4).

Baca Juga: TKN: Kepemimpinan Jokowi Memikat Keluarga Prabowo

2. Prabowo mendukung gerakan reformasi 1998

Prabowo: Saat Reformasi, Saya Harus Pilih antara Soeharto atau RakyatIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Prabowo melanjutkan, saat itu, ia tengah mengoreksi apa yang terjadi pada masa kepemimpinan Soeharto. Setelah ia mengoreksi, akhirnya ia dan teman-teman di angkatannya memutuskan untuk turut mendukung dan melancarkan aksi reformasi.

"Saya berusha mengoreksi rezim itu dari dalam dengan kawan-kawan, kami melancarkan dan mendukung gerakan reformasi saat itu," terang Prabowo.

3. Prabowo sebut harus memilih antara Soeharto atau rakyat

Prabowo: Saat Reformasi, Saya Harus Pilih antara Soeharto atau RakyatIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Selanjutnya, Prabowo bercerita saat itu mengambil keputusan yang cukup berat. Di sisi lain, Soeharto adalah ayah mertuanya kala itu. Namun, di sisi lain, ia mengaku tengah memikirkan nasib rakyat Indonesia.

"Walaupun pemimpin dari rezim yang berkuasa saat itu adalah mertua saya sendiri, pada saatnya, saya harus ambil keputusan apakah membela keluarga atau membela suatu kesetiaan yang lebih tinggi dari keluarga, yaitu kepada rakyat dan bangsa Indonesia," Prabowo mengungkapkan.

4. Prabowo sebut keputusannya adalah bentuk loyalitas kepada Soeharto

Prabowo: Saat Reformasi, Saya Harus Pilih antara Soeharto atau RakyatIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Terkait keputusannya untuk mendukung gerakan reformasi, bukan berarti dirinya tak loyal kepada Seoharto. Kendati demikian, Prabowo mengaku keputusannya justru menggambarkan bahwa dirinya cinta kepada Soeharto.

"Waktu itu saya ikut menyarankan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri. Bukan saya gak loyal pada Pak Harto, justru saya loyal dan cinta sama Pak Harto," kata Prabowo.

"Ibarat kita lihat orang tua sudah dalam fisik dan kapasitas usia, sudah saatnya istirahat. Daripada duduk mengemudi di depan, lebih baik serahkan kepada yang lebih muda," katanya lagi.

Baca Juga: Hadir di Acara Elaborasi Rektor, Prabowo Disambut Yel-yel Kemenangan 

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya