Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret Kakbah di Pahlawan Street Center Madiun (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)
Potret Kakbah di Pahlawan Street Center Madiun (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Intinya sih...

  • Penerapan standar kesehatan jemaah haji harus konsisten

  • Perhimpunan Dokter Haji Indonesia sudah beri 16 rekomendasi

  • Vaksin influenza diberikan satu bulan sebelum jemaah berangkat

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah berkomitmen menurunkan angka kematian jemaah haji Indonesia yang tahun ini mencapai 447 orang, atau setara dengan 50 persen dari total jemaah haji dunia. Persiapan khusus mulai dilakukan agar penyelenggaraan haji 2026 lebih berfokus pada aspek kesehatan.

Kepala Badan Penyelenggara Haji (BP Haji), Mochammad Irfan Yusuf atau Gus Irfan menegaskan, kesehatan jemaah menjadi prioritas utama. Menurutnya, pembenahan sistem kesehatan haji mutlak diperlukan agar pelaksanaan ibadah dapat berjalan aman dan nyaman.

BP Haji tengah merancang program manasik kesehatan sebagai bagian dari pemenuhan Istitha'ah kesehatan haji. Program ini akan menekankan pada kesiapan fisik dan mental jemaah yang diukur lewat pemeriksaan menyeluruh sebelum keberangkatan.

Istitha'ah kesehatan haji sendiri dipahami sebagai kemampuan jemaah menjalankan ibadah sesuai syariat dengan kondisi kesehatan yang terjamin. Pemeriksaan sejak awal akan memastikan hanya jemaah yang benar-benar siap yang diberangkatkan.

"Kita berharap tahun ini kita benar-benar memaksimalkan SOP kesehatan kita. Bukan berarti kita tidak punya standar, tapi standar kita yang selama ini mungkin belum kita terapkan secara maksimal," kata Gus Irfan pada Evaluasi Nasional Kesehatan Haji Bersama Perdokhi dan BPH-2025 di Auditorium HM Rasjidi, Kementerian Agama, Jakarta, Sabtu (23/8/2025).

1. Penerapan standar kesehatan jemaah haji harus konsisten

Ilustrasi Ka'bah dan Masjidil Haram (IDN Times/Uni Lubis)

Ia menambahkan, penerapan standar kesehatan yang konsisten penting untuk menekan angka kematian. Terlebih, kesehatan jemaah menjadi perhatian internasional dan mencerminkan kualitas penyelenggaraan haji Indonesia.

"Kesehatan jemaah haji ini adalah proses yang dilihat seluruh dunia. Kami tidak ingin haji ini dilihat sebagai ladang kematian oleh dunia," kata dia.

Wakil Kepala BPH, Dahnil Anzar Simajuntak menuturkan, manasik kesehatan akan mencakup pemeriksaan menyeluruh sejak dini. Mekanisme ini dilakukan berlapis, mulai dari setelah pengumuman keberangkatan hingga jelang keberangkatan ke tanah suci.

"Manasik kesehatan nantu mulai cek kesehatan di awal ketika dia mau berangkat, sebelum mau berangkat. Sudah diumumkan dia akan berangkat, dan sebelum nanti keberangkatan," kata Dahnil.

2. Perhimpunan Dokter Haji Indonesia sudah beri 16 rekomendasi

Ketua Dewan Pembina PP Perhimpunan Dokter Haji Indonesia (Perdokhi), Prof. Muchtaruddin Mansyur (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Pembina PP Perhimpunan Dokter Haji Indonesia (Perdokhi), Muchtaruddin Mansyur telah memberikan 16 rekomendasi transformasi kebijakan istitha'ah kesehatan haji. Salah satunya adalah penambahan vaksin influenza berbasis sel, vaksin pneumonia, serta pemberian imunomodulator asli Indonesia yang dikombinasikan dengan multivitamin.

"Rekomendasi lainnya adalah pemberian imunomodulator asli Indonesia seperti ekstrak phyllantus niruri yang dikombinasi dengan multivitamin dianjurkan setiap hari sejak dari Tanah Air untuk meningkatkan daya tahan tubuh menghadapi risiko infeksi yang meningkat pada kerumunan," ujar Muchtaruddin.

3. Vaksin influenza diberikan satu bulan sebelum jemaah berangkat

Ketua Umum PP Perdokhi, Syarief Hasan Lutfie (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Ketua Umum PP Perdokhi, Syarief Hasan Lutfie menambahkan, vaksin influenza idealnya diberikan satu bulan sebelum keberangkatan, sedangkan imunomodulator sebaiknya dikonsumsi rutin tiga bulan sebelumnya. Menurut dia, hal ini penting karena ibadah haji merupakan kegiatan massal yang rentan terhadap penyakit menular.

"Kalau yang berkaitan dengan di lapangan kan pasti viral infectious itu selalu ada, sehingga kasus-kasus modifikasi daripada virus-virus yang baru itu pasti muncul. Entah itu COVID, entah itu yang pneumonia, itu akan menjadi isu-isu yang selalu ada setiap tahun karena mass gathering itu infectious," ucap Syarief.

Editorial Team