Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pegawai BPJS Kesehatan (antaranews.com/M RISYAL HIDAYAT)
ilustrasi pegawai BPJS Kesehatan (antaranews.com/M RISYAL HIDAYAT)

Intinya sih...

  • Dokter mengatakan bahwa Tri mengalami kehamilan triplet, membuatnya dan suaminya merasa kaget. Kehamilan triplet memiliki risiko tinggi dan membutuhkan biaya tinggi.

  • Bayi-bayi lahir prematur dengan berat badan rendah, harus dirawat intensif di ruang NICU selama 25 hari dan perawatan lanjutan selama 30 hari di rumah sakit.

  • Tri bersyukur terdaftar sebagai peserta Program JKN, sehingga seluruh biaya persalinan dan perawatan bayi-bayinya yang lebih dari 200 juta rupiah dit

Jakarta, IDN Times - Air mata Tri Susanti (36) mengalir saat menceritakan kembali kisah perjuangannya melahirkan tiga buah hati tercintanya. Bagi Tri, kehamilannya merupakan anugerah besar, tetapi juga menjadi tantangan hidup yang luar biasa. 

Tri menceritakan, ia baru mengetahui kehamilannya triplet, saat usia kandungannya memasuki bulan keempat. Hamil triplet adalah suatu kondisi saat wanita mengandung tiga janin dalam satu kehamilan. 

Pada periode awal kehamilan, ia sempat memeriksakan dirinya di Puskesmas Kebumen 3, dan bidan yang memeriksa tidak mengatakan apa pun perihal kondisi kandungannya. Namun, sebagai seorang ibu yang pernah hamil sebelumnya, ia merasa ada yang tidak normal. Perutnya selalu merasa kencang, dan pada usia empat bulan kehamilan perutnya sudah sangat besar, melebihi ukuran ibu hamil pada umumnya.  

“Setiap jalan sedikit saja itu terasa begitu melelahkan. Berjalan ke dapur atau ke kamar mandi pun seperti mendaki gunung, terasa sesak. Karena hal itu, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk periksa ke dokter spesialis kandungan,” ungkap Tri di rumahnya di Desa Jemur, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen pada Rabu (23/7).

1. Kehamilan triplet yang penuh tantangan

Tri Susanti (36) menceritakan kembali kisah perjuangannya melahirkan saat tiga buah hati tercintanya. (dok. BPJS Kesehatan)

Tri mengungkapkan bahwa setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa ia mengalami kehamilan triplet. Mendengar hal tersebut, Tri dan suaminya merasa sangat kaget. Bukan tidak mau menerima kehamilan triplet, melainkan mereka merasa lebih khawatir dengan kondisi Tri dan ketiga bayinya. Kehamilan triplet memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding kehamilan tunggal atau bahkan kehamilan kembar dua.

“Saking shock-nya, kami belum mau memberi tahu keluarga bahkan orang tua perihal kondisi kehamilan ini. Saya tidak mau keluarga merasa khawatir,” ujarnya.

Tak pelak, bayang-bayang terkait biaya persalinan dan perawatan kehamilan tripletnya pun selalu menghantui dirinya dan suaminya di setiap hari-harinya. Diketahui, kehamilan triplet membutuhkan pemantauan dan penanganan medis yang intensif dan membutuhkan biaya tinggi. Padahal, sang suami hanya bekerja sebagai buruh harian dan ia sendiri tidak bekerja.

“Memang namanya mendapatkan anak itu rezeki yang luar biasa dari Tuhan. Saya dan suami, bersama-sama saling menguatkan satu sama lain,” kata Tri sembari mengusap-usap dengan lembut ketiga buah hatinya.

2. Lahir prematur, bayi dirawat intensif 53 hari

Tri Susanti (36) menceritakan kembali kisah perjuangannya melahirkan saat tiga buah hati tercintanya. (dok. BPJS Kesehatan)

Singkat cerita, saat kehamilannya memasuki usia 7 bulan, kondisi fisiknya makin menurun. Ia merasa napasnya mulai tersengal-sengal. Setibanya di RS Soedirman Kebumen, ia menjalani operasi caesar. Tak pernah terbayangkan oleh dirinya dan suaminya bahwa kelahiran anak-anak mereka akan menjadi begitu dramatis.

“Ketiganya lahir dalam kondisi prematur. Berat badan mereka masing-masing hanya 13 ons, 11 ons, dan 8 ons. Tangisan pertama dari bayi-bayi, kami sambut dengan penuh haru dan cemas. Haru karena mereka lahir dengan selamat, dan cemas karena mereka harus langsung dirawat intensif di ruang NICU,” ungkapnya.

Tri mengatakan bahwa selama 25 hari, bayi-bayi kecilnya berjuang di ruang NICU, ditemani alat bantu pernapasan, infus, dan pemantauan medis 24 jam. Setelah itu, mereka menjalani perawatan lanjutan selama 30 hari di ruang perawatan bayi. Total 53 hari mereka dirawat di rumah sakit. Sementara dirinya harus menjalani perawatan selama seminggu pasca operasi.

“Alhamdulillah, sekarang bayi kami menunjukkan perkembangan luar biasa. Berat mereka naik pesat. Yang semula hanya 13, 11, dan 8 ons, kini masing-masing sudah mencapai 2 kg, 1,7 kg, dan 1 kg. Mereka masih harus rutin kontrol ke rumah sakit untuk pemeriksaan penglihatan, pendengaran, hingga kondisi paru-parunya,” ungkapnya.

3. Semua biaya ditanggung penuh oleh BPJS Kesehatan

ilustrasi layanan BPJS Kesehatan (dok. bpjskesehatan.go.id)

Tri mengungkapkan bahwa di tengah perjuangan panjang itu, salah satu hal yang sangat ia syukuri adalah terdaftar sebagai peserta Program JKN. Untungnya, ia dan suaminya telah terdaftar sebagai peserta JKN segmen Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK). Dengan menjadi peserta JKN, seluruh biaya persalinan dan perawatan bayi-bayinya yang jumlahnya lebih dari 200 juta rupiah dijamin penuh oleh JKN. Menurutnya, mustahil keluarganya mampu menanggung biaya pengobatan yang begitu besar tanpa bantuan BPJS Kesehatan.

“Saya tidak tahu harus bagaimana kalau tidak ada BPJS Kesehatan. Kami hanya keluarga sederhana. Tapi berkat JKN, semua biaya operasi, perawatan bayi, NICU, sampai obat-obatan dijamin. Kami hanya bisa bersyukur dan terus mendoakan agar program ini terus ada dan membantu masyarakat kecil seperti kami,” ucap Tri lirih.

Tri juga turut mengungkapkan pengalamannya memanfaatkan JKN di RS Dr. Soedirman Kebumen. Ia merasa sangat dihargai sebagai pasien. Tidak ada diskriminasi pelayanan yang ia rasakan sebagai peserta JKN dengan pasien umum. Pelayanan prima yang diberikan oleh para tenaga medis, menjadikan dirinya dan suaminya semakin kuat dalam perjuangannya menghadapi persalinan triplet.

“Dari dokter, perawat, dan seluruh petugas di rumah sakit memberikan pelayanan dengan ramah dan optimal. Dukungan mereka terasa begitu nyata selama merawat saya dan buah hati saya,” ucapnya. (WEB)

Editorial Team