Serikat Pekerja: Sopir TransJakarta Kerja Lebih dari 8 Jam Sehari

Pembagian jadwal sopir bus TransJakarta dinilai amburadul

Jakarta, IDN Times - Ketua Serikat Pekerja Transjakarta, Jan Oratmangun, buka suara terkait beban kerja yang dialami para pengemudi bus milik perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi DKI Jakarta itu.

“Idealnya itu kan kerja delapan jam, tapi fakta yang terjadi di lapangan bahwa ada juga teman-teman pengemudi kita itu yang bekerja melebihi dari delapan jam kerja,” kata Jan kepada wartawan, Kamis (9/12/2021).

Jan menyampaikan, beban sopir bertambah lantaran mereka harus juga mengisi bahan bakar di SPBU setelah selesai menyelesaikan rute. Saat mengisi bahan bakar itu, para pengemudi mengantre panjang dengan kendaraan lainnya.

“Itu satu faktor juga yang memicu kelelahan buat pengemudi. Kan mereka harus antre berjam-jam di sitpu terus pulang ke Depo, kemudian mereka harus pulang juga ke rumah mereka,” kata dia.

Jan menuturkan, idealnya, pengisian bahan bakar bisa dilakukan di depo masing-masing. Namun, tidak semua depo memiliki fasilitas pengisian khusus bagi bus Transjakarta. Sehingga, mereka harus mengantre di SPBU bercampur dengan kendaraan lainnya.

Baca Juga: Selidiki Penyebab Transjakarta Sering Kecelakaan, KNKT Butuh 2 Pekan

1. Pembagian jadwal dinilai amburadul

Serikat Pekerja: Sopir TransJakarta Kerja Lebih dari 8 Jam SehariHalte Transjakarta Bundaran HI setelah diperbaiki pasca demo (Dok. Humas Transjakarta)

Beban kerja pengemudi ini, kata Jan, menjadi semakin berat lantaran tidak semua sopir bertempat tinggal dekat dengan depo mereka. 

Di sisi lain, pembagian jadwal kerja juga dinilai amburadul. Sebab, sopir yang baru saja selesai kerja pada malam hari, harus kembali bekerja pada pagi hari.

“Satu faktor lagi masalah pembagian jadwal, jam kerja pengemudi yang misalkan hari ini masuk siang, besok itu langsung jumping masuk pagi. Ini kan seharusnya jadi kontrol manajemen Transjakarta sendiri, selaku regulator bagaimana monitoring jam kerja pramudi di setiap operator,” tutur Jan.

2. Penyebab pengemudi lelah luar biasa

Serikat Pekerja: Sopir TransJakarta Kerja Lebih dari 8 Jam SehariInstagram/@pt_transjakarta

Pembagian jadwal seperti itu, kata Jan, tentu sangat memengaruhi kualitas kerja pengemudi, sehingga menyebabkan kelelahan yang luar biasa.

“Jangan sampai ada yang sistem jadwal jumping, hari ini masuk siang, besok dia harus masuk pagi lagi. Itu kira-kira yang jadi faktor pemicu kelelahan pengemudi,” kata dia.

PT Transjakarta menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir. Ini terjadi akibat adanya rentetan kecelakaan bus Transjakarta yang terjadi dalam waktu berdekatan. Bahkan, beberapa kecelakaan menelan korban jiwa.

3. KNKT sebut penyebab kecelakaan adalah pengemudi kelelahan

Serikat Pekerja: Sopir TransJakarta Kerja Lebih dari 8 Jam SehariUji coba bus listrik Transjakarta X Higer berpelanggan (dok. Transjakarta)

Komite Nasional Keselamatan Transpoortasi (KNKT) turun tangan untuk menginvestigasi penyebab beberapa kecelakaan bus Transjakarta. Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, menerangkan dugaan awal terjadinya rentetan kecelakaan itu adalah kelalaian pengemudi akibat kelelahan yang luar biasa.

“Yang di koridor (ada separatornya) itu yang efek kelelahan, efek memberikan fatigue yang cukup dominan. Kalau yang tidak ada koridornya, tidak ada pembatasnya, pengemudinya bisa agak rileks,” kata Soerjanto, baru-baru ini.

Di sisi lain, pengemudi juga terpecah konsentrasinya lantaran harus menggantikan petugas on-board dalam mengatur masuk dan keluarnya penumpang.

“Kalau di luar negeri bus yang berjalan di koridor artinya ada guidenya. Jadi pengemudinya cuma nge-rem nge-gas. Kalau ini kan juga harus kanan kirinya diperhatikan supaya tidak nyerempet,” tutur Soerjanto.

 

4. Manajemen Transjakarta diinvestigasi

Serikat Pekerja: Sopir TransJakarta Kerja Lebih dari 8 Jam SehariIDN Times

Selain itu, Soerjanto menerangkan, KNKT akan melakukan overview kepada PT Transjakarta secara keseluruhan dalam waktu dua pekan. Nantinya, ada empat area yang akan ditinjau secara menyeluruh. 

Di antaranya organisasi dan manajemen, pemastian kesiapan awak, terkait pemastian kelaikan kendaraan, dan keempat terkait rute hazard mapping.

“Jadi kita akan lebih mengintensifkan lagi dan kita rencanakan kurang lebih dua minggu,” kata Soerjanto.

Baca Juga: Ada Kelemahan SDM-Prosedur Transjakarta, Polisi Minta 3 Hal Dibenahi

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya