Menteri PPPA: Saya Pasti Nangis Melihat Perempuan di Daerah Tertinggal

Masih ada perempuan yang bahkan tidak bisa bermimpi

Manado, IDN Times - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenPPPA), Bintang Puspayoga, mengaku resah dengan budaya patriarki yang nuansanya masih sangat terasa di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T).

Menurut Bintang, budaya patriarki menyebabkan perempuan tidak merasa memiliki dirinya sendiri. Pada kesempatan yang sama, Bintang mengajak perempuan dan yang tinggal di perkotaan untuk bersyukur, karena memiliki akses yang sama dengan laki-laki.  

“Memang kalau bicara di daerah 3T sangat miris. Perempuan tidak punya mimpi untuk dirinya sendiri. Saya sudah 3 tahun di Kementerian PPPA, kalau melihat kondisi perempuan dan anak di daerah 3T pasti mengeluarkan air mata,” kata Bintang di Manado, Sulawesi Selatan, Sabtu (19/11/2022).

1. Regulasi sudah mendukung, tapi ada PR lain

Menteri PPPA: Saya Pasti Nangis Melihat Perempuan di Daerah TertinggalMenteri PPPA Bintang Puspayoga (IDN Times/Vanny El-Rahman)

Di atas kertas, Bintang yakin bahwa serangkaian regulasi yang dibuat pemerintah sudah sangat adil bagi perempuan, salah satunya adalah Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS).

Tapi, Bintang juga mengakui bahwa tantangan lainnya adalah sosialisasi dan implementasi regulasi tersebut di semua lini. “Kalau bicara regulasi sudah luar biasa, tapi mendaratnya di akar rumput yang jadi PR,” kata dia.

Baca Juga: Kekerasan Perempuan dan Anak Tidak Bisa Dihapus dengan Satu Kebijakan

2. Perempuan dan anak-anak harus selalu dilibatkan

Menteri PPPA: Saya Pasti Nangis Melihat Perempuan di Daerah TertinggalMenteri PPPA, Bintang Puspayoga (IDN Times/Vanny El-Rahman)

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan dan anak, Bintang mengingatkan perangkat desa untuk melibatkan mereka. Keterwakilannya beragam, bisa dari individu atau melalui organisasi perempuan dan anak di desa tersebut.

“Karena merekalah yang paling tahu masalah dan solusi terkait dirinya,” kata dia.

“77 tahun kita sudah merdeka, tapi kalau lihat data dan indeks pembangunan, gender, atau perlindungan, ini (kesejahteraan perempuan dan anak) masih jadi PR yang harus kita selesaikan,” tambah Bintang.

3. Trauma Bintang selama menjadi menteri

Menteri PPPA: Saya Pasti Nangis Melihat Perempuan di Daerah TertinggalMenteri PPPA Bintang Puspayoga (IDN Times/Vanny El-Rahman)

Sejak menjadi menteri, Bintang mengaku sempat trauma dengan WhatsApp, karena setiap hari selalu menerima laporan seputar kekerasan anak dan permpuan.

“Tiga tahun saya menjadi Menteri PPPA, saya sampai takut buka WhatsApp, sampai trauma. Ada yang melahirkan anak, tapi gak punya pendampingan. Itu sampai terbawa tidur. Di sini kasus, di sana kasus,” ungkapnya.

“Dulu pas saya jadi istri menteri, saya ke daerah, lihat barang-barang bagus. Makanya saya bilang ini kementerian cuci mata. Tapi kalau ini (Kemen PPPA) adalah kementerian air mata,” kata Bintang, yang merupakan istri dari Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, yaitu Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) periode 2014-2019.

Baca Juga: Bintang Puspayoga Sempat Trauma dengan WhatsApp Gegara Jadi Menteri 

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya