Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf (IDN Times/Fauzan)

Jakarta, IDN Times - Yahya Cholil Staquf atau biasa disebut Gus Yahya, memimpin
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat organisasi ini memasuki abad yang kedua. Nahdlatul Ulama (NU) genap berusia satu abad pada 2023 ini.

Untuk memperingati momen bersejarah tersebut, PBNU telah menyiapkan tema khusus yakni Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru. Tema ini dipilih berdasarkan hadis Rasulullah SAW tentang lahirnya pembaharu di setiap satu abad.

"Allah SWT setiap 100 tahun membangkitkan di kalangan umat ini pembaharu," kata Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.

Selain itu, PBNU juga membuat logo dan mars khusus NU. Dalam logo itu, ada angka satu berwarna hijau. Dilansir laman NU Online, angka tersebut menunjukkan satu abad NU berkiprah menegakkan diri sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia.

NU dibentuk pada 31 Januari 1926 oleh para kiai di daerah Jawa dan Madura. Para kiai kala itu sepakat, pembentukan NU berdasarkan penanggalan Hijriah.

Di dalam penanggalan Hijriah, tanggal 31 Januari 1926 jatuh pada tanggal 16 Rajab 1344. Karena itu, bila menyesuaikan kalender Hijriah, puncak satu abad NU jatuh pada 7 Februari 2023 atau 16 Rajab 1444 H. Pada 7 Februari 2023 ini, NU menggelar puncak peringatan satu abad NU di Sidoarjo, Jawa Timur.

Guna mengetahui bagaimana kiprah dan seperti apa NU dalam umurnya yang sudah satu abad, Pemimpin Redaksi IDN Times Uni Lubis melakukan wawancara khusus dengan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam program "Ngobrol Seru by IDN Times", Rabu, 1 Februari 2023.

Gus Yahya pernah menjadi salah satu juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus
Dur. “Saya menjadi seperti ini karena Gus Dur,” kata dia, dalam sebuah acara di awal pekan
lalu. Dia merujuk kepada pemahaman Islam, Kemanusiaan, Pancasila, Kebinekaan, hal-hal yang menjadi trademark Islam Modern yang dikembangkan Gus Dur, yang juga pernah
menjadi Ketua PBNU. Berikut wawancara dengan Gus Yahya yang lahir di Rembang, 16 Februari 1966.

Selamat dari IDN Times atas satu abad NU. Bisa diceritakan kenapa memilih tema "digdaya", memangnya selama ini kurang digdaya?

Yang kita maksudkan sebagai kedigdayaan itu kemampuan utuh secara decisive dan delivered, secara menentukan dan terencana, tertata menyumbangkan sesuatu yang lebih bermakna bagi masyarakat. Maka saya katakan ke depan NU ini perlu untuk digdaya. Karena  selama ini sebetulnya NU ini baru berdaya. Berdaya itu artinya kita bisalah hidup di tengah keadaan yang ada ini.

Survive lah ya?

Survive. Tapi kalau kita ingin sungguh-sungguh menyumbangkan sesuatu, memberi makna yang mulia, yang bisa kita sumbangkan kepada masyarakat, kepada peradaban, kita butuh kemampuan lebih. Nah itu yang kita maksud sebagai kedigdayaan. Karena ini momentum yang tidak boleh kita sia-siakan. Kita akan memasuki gerbang abad kedua dari sejarah Nahdlatul Ulama, maka ini harus kita lakukan.

Jadi kalau, dan kita sebut kebangkitan baru karena sebetulnya keberadaan Nahdlatul Ulama itu sendiri adalah kebangkitan dari ulama. Karena ini unpredictable dan sampai sekarang tidak ada organisasi ulama seperti Nahdlatul Ulama ini di manapun, di  belahan dunia yang lain. Dan belum pernah sebelumnya ada organisasi ulama yang mengorganisir diri itu. Sebelumnya belum pernah ada sama sekali.

Nah, itu berarti bahwa keberadaan Nahdlatul Ulama itu sendiri adalah fenomena kebangkitan. Nah, sekarang memasuki abad kedua ini kita perlu kebangkitan baru untuk mengembangkan kemampuan berkontribusi secara lebih strategis di dalam masyarakat dan peradaban.

Berapa jumlah anggota NU sekarang?

Editorial Team

Tonton lebih seru di