Okky Madasari Ungkap Mitos Jokowi Orang Baik hingga Netral

Okky juga soroti gimik gemoy

Jakarta, IDN Times - Penulis dan Novelis, Okky Madasari mengungkap mitos mengenai kepemimpinan di era Presiden Joko "Jokowi" Widodo. Menurutnya, ada upaya untuk membangun narasi dan citra positif pemerintahan Jokowi, tetapi belakangan hal tersebut justru terbantahkan.

Okky menyampaikan, citra tersebut dibangun untuk melanggengkan kekuasaan Jokowi yang kini akan diteruskan oleh putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka.

"Ada lima mitos yang difabrikasi di era pemerintahan Pak Jokowi ini. Lima mitos ini berhasil membuat Pak Jokowi melaksanakan kekuasaannya bahkan hendak diteruskan melalui anaknya nanti," kata Okky dalam acara Real Talk with Uni Lubis, Kamis (7/12/2023).

Baca Juga: Dua Adik Jokowi Salam Dua Jari, Masuk Anggota P-Perisai 

1. Mitos Jokowi orang baik

Okky Madasari Ungkap Mitos Jokowi Orang Baik hingga NetralPenulis dan Novelis Okky Madasari (YouTube/IDN Times)

Pertama, kata dia, soal mitos mengenai orang baik. Citra baik tersebut sengaja dibangun oleh Jokowi jauh sebelum menjabat sebagai presiden.

Jokowi membangun citra sebagai pemimpin yang sederhana sehingga tampak lebih mulia dibandingkan capres lainnya. Hal itu juga diperkuat oleh gimik anak-anaknya yang hidup mandiri dan sederhana sebagai wirausahawan.

"Padahal ada pertanyaan besar juga apakah memang benar-benar sederhana? Padahal kita memilih pemimpin gak perlu indikator harus sederhana, penting dia mematuhi hukum dan aturan. Lagi pula apakah benar Pak Jokowi sederhana itu yang kemudian jadi konsisten kalau kita melihat bagaimana keluarganya, apa yang dikenakan, itu kan berbeda dengan kesederhanaan," ucap Okky.

Okky menilai, seharusnya apabila Jokowi merupakan orang baik, mantan Gubernur DKI Jakarta itu tidak melanggar aturan dan etika sebagai pemimpin. Oleh sebab itu, Jokowi sebagai orang baik hanyalah mitos.

"Lebih-lebih, kalau kita bicara orang baik ukuran kebaikan seorang pemimpin itu menurut saya, patuhi UU dan hukum. Kan ada etika-etika pemimpin Tapi ini semua sudah dilanggar oleh Pak Jokowi, jadi ada satu mitos yang sudah gugur yaitu mitos orang baik," kata dia.

Baca Juga: Respons Jokowi Soal Isu Ada Walk Out Saat Dirinya Pidato di COP28

2. Mitos semua orang punya kesempatan sama di Indonesia

Okky Madasari Ungkap Mitos Jokowi Orang Baik hingga NetralPenulis dan Novelis Okky Madasari (YouTube/IDN Times)

Kedua, Okky menyoroti mitos soal setiap orang punya kesempatan yang sama. Dia mengungkapkan, hal itu jadi mitos terbesar di era demokrasi. Sebab kenyataannya, tak semua orang punya keistimewaan untuk menjadi figur penting seperti pejabat maupun pemimpin.

"Kalau ada yang mengatakan bahwa maju saja jadi capres, tapi apakah bisa? Kan mekanismenya tidak seperti itu atau misalnya saya nyalon saja jadi wali kota, apakah bisa?" tuturnya.

Belakangan ini, alasan setiap orang punya kesempatan yang sama sering jadi alat untuk membenarkan majunya keluarga Presiden Jokowi dalam kontestasi politik.

Okky menyampaikan, faktanya kontestasi kepemimpinan tersebut sudah didesain sedemikian rupa.

"Jadi itu yang sengaja dipakai untuk meng-counter gugatan atau pertanyaan kita soal anaknya yang dicalonkan jadi Wali Kota Solo, menantunya jadi Wali Kota Medan. Ya ini kan demokrasi silakan untuk memilih atau mencalonkan diri," ucap dia.

"Faktanya kita tahu semuanya didesain, belum lagi kalau kita lebih detail melihat proses pilwalkot di Solo itu kan penuh pertanyaan. Di mitos semua orang punya kesempatan yang sama itu juga jelas sudah gugur, karena ada previlage dari orang-orang tertentu yang akhirnya kesempatan itu hanya dimiliki oleh mereka yang punya jalan itu," lanjut Okky.

Baca Juga: Jokowi Naikkan Honor Ketua Harian dan Anggota DEN Dua Kali Lipat

3. Mitos mengenai kepemimpinan muda

Okky Madasari Ungkap Mitos Jokowi Orang Baik hingga Netralilustrasi gen Z (IDN Times/Indonesia Gen Z Report 2022)

Mitos ketiga, kepemimpinan anak muda. Okky menyampaikan, narasi itu dibangun justru untuk memuluskan kepentingan politik tertentu pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Dia juga mengkritisi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang batas usia capres dan cawapres yang dianggap cacat hukum. Padahal, terpilihnya anak muda pada 2024 belum tentu akan mengakomodir isu-isu mengenai anak muda.

"Fakta kalau pemimpin mudanya ternyata mendapat kesempatan yang tidak fair atau adil dengan memanipulasi hukum dan undang-undang ya jangan kasih kesempatan hanya karena semata dia muda. Dan jangan juga berpikir hanya karena orang muda lalu dia relate dengan persoalan gen z dan milenial. Bisa jadi dia tidak paham soal isu anak muda," tutur dia.

4. Muncul isu gimik pemimpin gemoy

Okky Madasari Ungkap Mitos Jokowi Orang Baik hingga NetralPrabowo-Gibran diarak jelang pendaftaran ke KPU pada Rabu (25/10/2023). (IDN Times/Lia Hutasoit)

Okky melanjutkan, mitos keempat tentang gimik pemimpin gemoy yang sekarang sedang dijadikan strategi utama bagi pasangan calon nomor urut dua, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Dia menyebut, gimik politik tersebut seakan mengesampingkan gagasan kepemimpinan yang sebenarnya lebih dibutuhkan anak muda sebagai mayoritas pemilih tahun 2024.

"Jadi Gen Z dan milenial dianggap memang juga agak tidak peduli dengan gagasan bahwa yang penting joget, dibuat seneng dan gemoy. Saya itu memang pembodohan ketika kita dianggap tidak peduli atau tidak tertarik berbicara gagasan berarti kita akan dianggap bodoh, dan itu pembodohan," kata dia.

Gimik politik itu juga dimaknai sebagai upaya untuk menutupkan berbagai isu lainnya, seperti rekam jejak pelanggaran HAM.

"Jadi yang dimunculkan adalah yang lucu, gemoy, senang bercanda, lupa kan dulu ada peristiwa pelanggaran HAM, lupa dulu bisa jadi ini adalah sosok yang tidak ada gemoynya, jadi kita sengaja diputar faktanya, lalu diciptakan realita baru. Ya karena pemilih muda tidak punya ingatan apa yang terjadi di 98," ucap Okky.

5. Mitos Presiden Jokowi netral

Okky Madasari Ungkap Mitos Jokowi Orang Baik hingga NetralPresiden Joko "Jokowi" Widodo (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Terakhir, mitos mengenai Presiden Jokowi netral jelang Pemilu 2024. Padahal nyatanya, konflik kepentingan jelas terlihat di depan mata.

Misalnya, kata dia, antara mantan Ketua MK Anwar Usman yang punya hubungan kekerabatan dengan Jokowi saat memutuskan gugatan batas usia capres-cawapres. Putusan itu dianggap kental politis karena memberikan karpet merah bagi keponakan Anwar Usman yakni Gibran.

Dia lantas mempertanyakan partai di parlemen yang selama ini membiarkan praktik hukum yang ugal-ugalan tersebut.

"Yang terakhir ada mitos presiden netral bahwa sekarang tanpa kita jelaskan lebih jauh, tak ada konflik kepentingan antara MK dan presiden bahwa ketua MK adalah iparnya presiden itu saja kan sudah jelas, konflik kepentingan yang seharusnya tidak bisa diterima," ungkap Okky.

 


Baca berita terbaru terkait Pemilu 2024, Pilpres 2024, Pilkada 2024, Pileg 2024 di Gen Z Memilih IDN Times. Jangan lupa sampaikan pertanyaanmu di kanal Tanya Jawab, ada hadiah uang tunai tiap bulan untuk 10 pemenang.

Baca Juga: Jokowi Terima Pengunduran Diri Wamenkumham Eddy Hiariej

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya