11 Warga Sipil Tewas akibat Serangan RSF di Sudan

- RSF salahkan militer Sudan atas serangan udara di sebuah kota di Kordofan Barat.
- Empat warga sipil tewas dalam serangan di ibu kota Kordofan Utara.
- Kordofan jadi medan pertempuran utama.
Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 11 warga sipil, termasuk tiga anak-anak, dilaporkan tewas akibat serangan pasukan paramiliter Rapid Support Force (RSF) di negara bagian Kordofan Utara, Sudan barat.
Dalam pernyataan pada Minggu (13/7/2025), Jaringan Dokter Sudan mengungkapkan bahwa serangan itu terjadi di daerah Shaq Al-Noum dan mengakibatkan 31 orang lainnya terluka, termasuk sembilan perempuan. Beberapa di antaranya dalam kondisi hamil.
"Serangan ini merupakan salah satu serangan brutal terburuk yang secara terang-terangan melanggar semua norma kemanusiaan dan konvensi internasional," kata jaringan tersebut, dikutip dari Anadolu.
Pihaknya mendesak komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Afrika, untuk mengambil tindakan segera guna menghentikan pelanggaran sistematis dan menyeret para pelaku ke pengadilan.
1. RSF salahkan militer Sudan atas serangan udara di sebuah kota di Kordofan Barat
Kekerasan telah meningkat tajam di Kordofan Utara seiring berlanjutnya konflik antara SAF dan RSF yang dipicu oleh perebutan kekuasaan. Sejak perang pecah pada 15 April 2023, puluhan ribu orang telah tewas, sementara lebih dari 14 juta lainnya terpaksa mengungsi di seluruh negeri.
Sementara itu, RSF menyalahkan Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) atas serangan udara mematikan dengan bom barel di kawasan permukiman di kota Al-Fulah, Kordofan Barat.
Kelompok yang dipimpin oleh komandan Mohamed Hamdan Dagalo ini mengklaim serangan tersebut merupakan bagian dari kampanye pembersihan etnis dan genosida yang dilakukan oleh militer. Hingga kini, SAF belum memberikan komentar apa pun terkait tuduhan RSF.
2. Empat warga sipil tewas dalam serangan di ibu kota Kordofan Utara
Sebelumnya, pada Kamis (10/7/2025), Jaringan Dokter Sudan melaporkan bahwa serangan artileri RSF menghantam sejumlah permukiman di kota Obeid, ibu kota Kordofan Utara. Sedikitnya empat warga sipil tewas dan beberapa lainnya terluka, termasuk perempuan dan lansia.
Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), pertempuran terbaru ini telah menyebabkan sekitar 700 keluarga mengungsi dari Kordofan Utara pada 4-9 Juli.
Lonjakan kekerasan di wilayah Kordofan dan Darfur telah memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sangat mengkhawatirkan. Masyarakat semakin kesulitan mengakses jalur evakuasi yang aman, pasokan makanan, dan layanan kesehatan.
3. Kordofan jadi medan pertempuran utama
Mercy Corps, sebuah organisasi kemanusiaan global, memperingatkan bahwa wilayah Kordofan telah menjadi medan pertempuran utama dalam konflik antara RSF dan SAF. Pertempuran di Kordofan Utara, Selatan, dan Barat telah sangat membatasi akses terhadap sumber daya penting.
"Di Kadugli, ibu kota Kordofan Selatan, tim kami menggambarkan situasi kota yang terkepung. Jalan-jalan terputus, jalur pasokan runtuh, dan warga harus berjalan bermil-mil hanya untuk mencari garam atau korek api," kata Kadry Furany, Direktur Mercy Corps untuk Sudan, dikutip dari The New Arab.
Bentrokan hebat sebelumnya juga dilaporkan terjadi di El-Fasher, salah satu kota kunci di Darfur, ketika pasukan RSF bergerak maju. SAF disebut berhasil merebut kembali sejumlah posisi strategis di distrik selatan dan barat kota tersebut, sehingga menimbulkan kerugian besar bagi RSF.
El-Fasher tetap menjadi satu-satunya kota besar di Darfur yang masih berada di bawah kendali pemerintah. Kota ini beberapa kali menjadi target serangan sejak RSF kehilangan kendali atas ibu kota, Khartoum, awal tahun ini.