Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kecelakaan (pexels.com/mali maeder)
ilustrasi kecelakaan (pexels.com/mali maeder)

Intinya sih...

  • Kecelakaan terjadi karena rem blong, menurut keterangan korban luka.

  • Hampir 17 ribu orang tewas akibat kecelakaan di jalan raya Iran setiap tahunnya.

  • Mobil buatan dalam negeri tidak memenuhi standar keselamatan, disebut "kereta maut".

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya 21 orang tewas dan setelah sebuah bus terguling di wilayah selatan Iran pada Sabtu (19/7/2025). Kecelakaan itu juga menyebabkan 34 lainnya terluka.

Kantor berita resmi Iran, IRNA, melaporkan bahwa bus tersebut terguling di kawasan Kavar, sekitar 40 kilometer sebelah tenggara Shiraz, ibu kota provinsi Fars, pukul 11.05 waktu setempat. Pejabat setempat mengatakan bahwa bus tersebut membawa para peziarah dari wilayah Qir-o-Karzin di selatan Fars ke kota suci Mashhad di timur laut Iran.

1. Kecelakaan diduga terjadi karena rem blong

Menurut keterangan dari beberapa korban luka, kecelakaan itu terjadi akibat rem blong. Ini didasarkan pada pernyataan sopir bus beberapa menit sebelum insiden terjadi.

“Bus melaju dengan kecepatan tinggi, kami sudah melewati dua tikungan, tapi tikungan ketiga sangat sulit dan kami menabrak pembatas jalan tol,” ujar seorang pemuda kepada IRIB News.

Laporan menyebutkan bahwa 10 orang yang terluka telah dipulangkan dari rumah sakit, sementara sisanya, termasuk tiga orang dalam kondisi kritis, masih menerima perawatan.

Wakil Presiden Iran, Mohammad Reza Aref, telah memerintahkan penyelidikan menyeluruh terkait kecelakaan tersebut.

2. Hampir 17 ribu orang tewas akibat kecelakaan di jalan raya Iran setiap tahunnya

Dilansir dari Al Jazeera, Iran merupakan salah satu negara dengan tingkat kecelakaan lalu lintas tertinggi di dunia. Menurut kementerian kesehatan negara itu, hampir 17 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan di jalan raya di seluruh negeri.

Tingginya angka kematian ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kendaraan yang sudah tua, lemahnya penegakan hukum lalu lintas, kondisi jalan yang tidak aman, dan keterbatasan akses terhadap layanan medis darurat.

3. Mobil buatan dalam negeri tidak memenuhi standar keselamatan

Dilansir dari The National, mantan presiden Hassan Rouhani melarang impor kendaraan asing rakitan penuh pada 2018, setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, secara sepihak menarik Washington dari perjanjian nuklir Iran.

Secara teori, langkah ini dapat menghemat cadangan devisa negara sekaligus mendukung industri otomotif lokal. Sayangnya, mobil-mobil buatan dalam negeri sering dianggap tidak aman dan berkualitas rendah karena tidak memenuhi standar internasional. Produk-produk tersebut bahkan mendapat julukan “kereta maut” (death wagon).

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team