Presiden Iran Ngaku Hampir Dibunuh Pasukan Israel

- Netanyahu rencanakan pembunuhan pemimpin Iran untuk menciptakan perang abadi di Timur Tengah
- Iran siap lanjutkan perundingan nuklir dengan AS asalkan kepercayaan dapat dibangun kembali antara kedua negara
- Konflik antara Israel dan Iran menimbulkan ribuan korban jiwa dan berakhir dengan gencatan senjata yang disponsori AS
Jakarta, IDN Times – Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengaku bahwa dirinya sempat menjadi target pembunuhan oleh pasukan Israel selama konflik bulan lalu. Pengakuan itu disampaikan oleh Pezeshkian pada Senin (7/7/2025) saat diwawancarai oleh jurnalis Tucker Carlson.
"Ya, mereka memang mencoba. Mereka bertindak sesuai dengan itu, tetapi mereka gagal,” kata Pezeshkian, dilansir dari Channel News Asia.
Pezeshkian menambahkan bahwa Israel murni berada di balik rencana tersebut. Ia menampik Amerika Serikat (AS) yang menjadi dalang utamanya.
”Saya sedang berada di sebuah pertemuan mereka mencoba membombardir daerah tempat kami mengadakan pertemuan itu," tambahnya.
1. Netanyahu sempat rencanakan pembunuhan pemimpin Iran

Dalam sebuah pernyataan pada 16 Juni, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sempat menyerukan pembunuhan terhadap pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Netanyahu menilai, aksi pembunuhan semacam itu akan mengakhiri konflik Iran dan Israel. Namun, langkah itu mendapat penentangan keras dari Presiden AS, Donald Trump.
Sementara itu, dalam wawancaranya dengan Carlson, Pezeshkian menuduh Netanyahu sengaja melakukan agenda semacam itu untuk menciptakan perang abadi di Timur Tengah. Ia kemudian mendesak AS untuk tidak terseret di dalamnya.
"Pemerintah AS seharusnya menahan diri untuk tidak terlibat dalam perang yang bukan perang Amerika, melainkan perang Netanyahu," katanya.
2. Iran siap lanjutkan perundingan nuklir dengan AS

Pezeshkian juga mengatakan bahwa pihaknya siap melanjutkan perundingan nuklir dengan Iran. Ia mengaku tidak memiliki masalah untuk memulai kembali perundingan nuklir, asalkan kepercayaan dapat dibangun kembali antara kedua negara.
"Kami tidak melihat masalah dalam memasuki kembali perundingan. Ada syaratnya untuk memulai kembali perundingan. Bagaimana kita bisa percaya lagi pada Amerika Serikat?" katanya, dilansir dari Anadolu Agency.
Namun Teheran ingin memastikan bahwa perundingan tersebut tak akan membuat Israel untuk menyerang Iran lagi di kemudian hari.
3. Konflik menimbulkan ribuan korban jiwa

Konflik antara Israel dan Iran meletus pada 13 Juni, ketika Israel melancarkan serangan udara terhadap fasilitas militer, nuklir, dan sipil Iran, yang menewaskan sedikitnya 935 orang. Kementerian Kesehatan Iran mengatakan 5.332 orang terluka.
Teheran melancarkan serangan rudal dan pesawat tak berawak balasan, menewaskan sedikitnya 29 orang dan melukai lebih dari 3.400 orang.
Selama konfrontasi, AS juga mengebom tiga lokasi nuklir Iran di Fordo, Natanz dan Isfahan. Konflik tersebut berakhir dengan gencatan senjata yang disponsori AS yang mulai berlaku pada tanggal 24 Juni.