Imbas UU Baru, Kedubes AS di Moskow Kurangi Jumlah Stafnya

Hubungan AS dan Rusia belakangan sedang memanas

Moskow, IDN Times - Kedutaan Besar Amerika Serikat di Moskow pada Jumat kemarin (30/4/2021) mengumumkan pengurangan jumlah pegawai konsuler hingga 75 persen. Ini merupakan dampak dari kebijakan pembatasan yang diteken pemerintah Rusia pekan lalu.

"(Kebijakan ini berlaku) efektif mulai 12 Mei, Kedutaan Besar AS di Moskow akan mengurangi layanan konsuler yang hanya mencakup layanan darurat bagi warga AS dan sejumlah layanan visa imigran darurat. Pemrosesan visa non imigran untuk perjalanan non diplomatik akan dihentikan," demikian pernyataan resmi mereka di situs resminya.

Kedubes AS di Moskow juga mendesak warga AS yang sedang berada di Rusia untuk senantiasa mengingat tanggal 15 Juni sebagai tenggat waktu berakhirnya perpanjangan sementara visa, izin tinggal dan dokumen imigrasi.

1. Pemerintah Rusia sedang menyusun daftar negara yang dianggap "tidak bersahabat"

Imbas UU Baru, Kedubes AS di Moskow Kurangi Jumlah StafnyaPresiden Rusia Vladimir Putin saat menyampaikan ucapan belasungkawa atas bencana alam kepada pemerintah Israel, Jumat 30 April 2021. (Facebook.com/Russian Foreign Ministry - МИД России)

Pada 23 April, Presiden Rusia Vladimir Putin resmi membubuhkan tanda tangan pada berkas undang-undang pembatasan jumlah staf lokal di kantor diplomatik asing. Negara-negara yang terkena dampak kebijakan tersebut adalah yang dianggap "tidak bersahabat" oleh Kremlin. Daftarnya pun sedang disusun oleh Kementerian Luar Negeri Rusia.

"Saya pikir (daftar itu akan diumumkan) segera. Pemerintah punya instruksi khusus, kriteria sebagai panduan dalam pekerjaan ini pun sudah jelas. Jadi, saya kira, kami tidak perlu menunggu lama," kata Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov pada Jumat kemarin (28/4/2021) seperti dilansir Sputnik News.

Newsweek pada Kamis lalu (27/4/2021) melaporkan bahwa Amerika Serikat menempati posisi pertama daftar tersebut. Beberapa bocoran yang beredar di media sosial menyelipkan sejumlah sekutu Negeri Paman Sam seperti Kanada dan Inggris.

2. Hubungan Moskow dan Washington sedang memanas sejak Joe Biden menjabat Presiden AS

Imbas UU Baru, Kedubes AS di Moskow Kurangi Jumlah StafnyaPresiden Amerika Serikat Joe Biden dalam sebuah konferensi pers di Gedung Pentagon pada Kamis 11 Februari 2021. (Facebook.com/President Joe Biden)

Hubungan Moskow dan Washington sedang berada di titik terendah sejak berakhirnya Perang Dingin. Ini tak lepas dari pernyataan kontroversial Presiden AS Joe Biden di bulan  Maret. Dalam sesi wawancara khusus dengan stasiun televisi ABC, Biden secara eksplisit mengatakan ia yakin Putin adalah seorang "pembunuh."

Dilansir Reuters, AS pada 15 April silam menjatuhkan sanksi kepada pemerintah Rusia. Ini berhubungan dengan campur tangan di Pilpres AS tahun lalu, sejumlah kasus peretasan di dunia maya serta "aksi penindasan" terhadap Ukraina.

Washington pada 18 April juga menyatakan akan ada "konsekuensi berat" jika Alexei Navalny, tokoh oposisi, meninggal dunia karena mogok makan. Moskow balas memberi sanksi ke AS, dengan alasan ini adalah "campur tangan asing" untuk urusan dalam negeri. Berjalan selama 23 hari, Navalny mengakhiri aksi protes tersebut pada 23 April.

Baca Juga: Rusia Ingin India Produksi Lebih Banyak Alutsista Rusia

3. Pihak Kremlin baru-baru ini meminta sejumlah diplomat negara Eropa timur segera pergi

Imbas UU Baru, Kedubes AS di Moskow Kurangi Jumlah StafnyaGedung Kremlin yang menjadi pusat pemerintahan Rusia dan tempat Presiden Vladimir Putin berkantor. (unsplash.com/manunalys)

Selain itu, hubungan diplomatik Rusia dengan sejumlah negara Eropa timur --eks anggota Pakta Warsawa dan pecahan Uni Soviet-- juga memburuk selama beberapa pekan terakhir. Deutsche Welle pada Rabu lalu (28/4/2021) melaporkan bahwa tujuh diplomat asal Slovakia, Lithuana, Estonia dan Latvia diminta minggat dalam waktu satu pekan.

Ini adalah imbas dari pengusiran 18 staf Kedubes Rusia di Praha --ibu kota Republik Ceko-- pekan lalu. Pemerintah Ceko menuding ada keterlibatan intelijen Rusia dalam ledakan depot amunisi militer di tahun 2014. Slovakia, Lithuania, Estonia dan Latvia kemudian melakukan hal serupa sebagai bentuk solidaritas.

Baca Juga: UE Tuduh China-Rusia Sebar Disinformasi Vaksin COVID-19

Achmad Hidayat Alsair Photo Verified Writer Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya