Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Palestina (unsplash.com/Ömer Yıldız)
ilustrasi bendera Palestina (unsplash.com/Ömer Yıldız)

Jakarta, IDN Times - Konvoi 20 truk yang membawa bantuan kemanusian mulai memasuki Jalur Gaza yang terkepung, melalui persimpangan Rafah dengan Mesir pada Sabtu (21/10/2023). Ini merupakan bantuan yang pertama memasuki Gaza sejak pertempuran antara Hamas dan Israel dimulai pada 7 Oktober.

Bantuan tersebut akan dikirim ke gudang PBB untuk didistribusikan ke seluruh Jalur Gaza. Ini mencakup persediaan makanan dan obat-obatan namun tidak ada bahan bakar, yang sangat penting bagi 2,3 juta penduduk Gaza, dilansir Al Jazeera.

Di sisi lain, Israel telah melakukan blokade total terhadap wilayah kantong Palestina setelah serangan Hamas. Pihaknya juga memutus pipa airnya ke Gaza, bersama dengan pasokan bahan bakar dan listrik untuk pembangkit listrik tenaga air dan limbah.

Sementara itu, serangan udara Israel yang mematikan terus berlanjut di seluruh Jalur Gaza, termasuk di selatan, tempat Israel sebelumnya memerintahkan warga setempat untuk pindah.

1. Terbatasnya akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi

Organisasi nirlaba global, Oxfam, dan badan-badan PBB telah memperingatkan bahwa runtuhnya layanan air dan sanitasi akan memicu serangan penyakit, jika bantuan kemanuasiaan yang mendesak tidak diberikan.

Kekhawatiran semakin meningkat bahwa dehidrasi, kolera, hingga penyakit yang ditularkan melalui air akan menyebabkan bencana kemanusiaan. Mereka menghadapi ancaman tersebut di tengah serangan udara Israel yang telah menewaskan lebih dari 4.200 warga Palestina, di mana 70 persen di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 13 ribu orang terluka.

"Kolera hanyalah salah satu dari banyak penyakit yang ditularkan air yang dapat menyebar. Jika kita bisa mendapatkan bantuan, banyak penyakit yang bisa dicegah," kata Mathew Truscott, Kepala Kebijakan Kemanusian di Oxfam.

PBB mengatakan bahwa saat ini di Gaza hanya tersedia tiga liter air per orang guna memenuhi semua kebutuhan mereka, termasuk minum, mencuci, memasak, dan menyiram toilet. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah yang disarankan bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dasar mereka adalah 50-100 liter air setiap hari.

Dikutip dari laman resmi WHO, Kolera adalah infeksi diare akut yang disebabkan oleh makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae. Ini adalah penyakit yang sangat serius yang dapat menyebabkan diare cair akut yang disertai dehidrasi parah. Kolera masih menjadi ancaman global terhadap kesehatan masyarakat dan merupakan indikator kesenjangan dan kurangnya pembangunan sosial.

"Pada 2022, kolera menyebar ke seluruh Suriah dan Lebanon, yang menewaskan 97 orang," kata Richard Brennan, direktur darurat regional di WHO, seraya menambahkan bahwa meskipun epidemi ini belum tercatat di wilayah Palestina selama beberapa dekade, namun dapat dibayangkan bahwa bakteri tersebut telah masuk dan kondisinya sekarang sudah siap untuk menyebar.

2. Warga Gaza mengandalkan air keran asin hingga air laut

Dilaporkan, bahwa sebagian besar dari 65 stasiun pompa limbah di Gaza dan kelima fasilitas pengolahan air limbahnya terpaksa menghentikan operasinya. Pabrik desalinasi telah berhenti berfungsi dan pemerintah kota tidak dapat memompa air ke daerah pemukiman karena kekurangan listrik. 

Beberapa warga Gaza mengandalkan air keran asin dari satu-satunya akuifer di wilayah kantong tersebut, yang terkontaminasi dengan limbah dan air laut atau terpaksa meminum air laut. Sementara yang lainnya, terpaksa mengkonsumsi air untuk diminum dari sumur pertanian.

Menurut penuturan seorang pegawai lembaga amal, Islamic Relief, yang tidak mau disebutkan namanya dan juga mencari perlindungan di Khan Younis, Gaza selatan, bahwa dirinya harus menghemat air sehari-harinya.

"Di rumah orang tua saya, ada sekitar 20 anak-anak dan 7 orang dewasa yang mengungsi. Kami memasak makanan yang menggunakan sedikit air," ungkapnya. "Tetangga kami punya sumur, tapi dia tidak punya listrik untuk memompa air. Mereka punya generator tapi tidak punya bahan bakar".

Dia juga menambahkan bahwa mereka yang tidak memiliki tempat berlindung, kondisinya sangat memprihatinkan. Ada keluarga dengan anak-anak dan bayi baru lahir yang hidup tanpa tempat tinggal. Mereka hanya duduk di jalanan tanpa perlindungan, air, makanan, atau apa pun.

3. PBB serukan gencata senjata

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres. (instagram.com/António Guterres)

Sekjen PBB Antonio Guterres pada Rabu, menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera di Gaza. Ini untuk meringankan penderitaan besar umat manusia. Pada hari yang sama, Amerika Serikat (AS) memveto resolusi Dewan Keamanan PBB, mengenai jeda kemanusiaan dalam pemboman Israel di Gaza.

Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada 18 Oktober menggelar pertemuan, yang menyepakati pengiriman bantuan dalam beberapa hari mendatang ke Gaza. Meski begitu, Israel bersikeras bahwa semua truk harus diperiksa dan tidak ada bantuan yang boleh sampai ke Hamas. 

Israel juga menyerukan warganya untuk segera meninggalkan Mesir dan Yordania, serta mencoba menghindari perjalanan ke negara-negara regional lainnya ketika ketegangan meningkat akibat perang di Gaza. Tercatat, sekitar 1.400 orang tewas di Israel dan lebih dari 4 ribu orang terluka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team