Israel: Warga di Gaza Utara Diasosiasikan sebagai Teroris

Jakarta, IDN Times - Tentara Israel telah menyatakan bahwa siapa pun yang memilih untuk tinggal di Gaza utara dan tidak pergi ke selatan berdasarkan perintah evakuasi sebelumnya akan dianggap sebagai mitra teroris. Tentara Israel juga mengatakan mereka yang memilih tinggal memiliki kemungkinan untuk dibunuh.
Pesawat Israel menjatuhkan selebaran peringatan mendesak di daerah Gaza pada Sabtu (21/10/2023). Dalam selebaran tersebut, Israel mendesak warga Palestina di Gaza utara untuk pindah ke selatan.
1. Israel telah mempersiapkan pemboman rumah sakit lagi

Selain memperingatkan warga Gaza yang tinggal di utara, Israel juga telah memerintahkan adanya evakuasi terhadap Rumah Sakit Al Quds yang menjadi target pemboman. Sebanyak 20 rumah sakit di Gaza utara juga diperintahkan untuk dievakuasi.
“Kepada penduduk Jalur Gaza, berada di bagian utara jalur Gaza membahayakan nyawa kalian,” tulis tentara Israel, dilansir TRT World.
Mereka menambahkan bahwa “siapa pun yang tidak pergi ke bagian selatan jalur Gaza dan memilih untuk tinggal di wilayah utara dapat dibunuh sebagai rekan dari organisasi teroris Gaza.” Juru bicara militer Israel Avichay Adraee membenarkan bahwa pernyataan yang tertulis di selebaran itu adalah milik tentara Israel.
2. Korban di Palestina setidaknya mencapai 4800 jiwa

Gaza telah dibombardir dan diblokade Israel sejak 7 Oktober, dimulai ketika Hamas memulai Operasi Banjir Al-Aqsa yang merupakan sebuah serangan mendadak yang mencakup serangkaian peluncuran roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara.
Dikatakan bahwa serangan tersebut merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh pemukim Israel. Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi yang menyasar Hamas dan warga sipil.
Gaza sedang mengalami krisis kemanusiaan yang parah akibat tidak adanya listrik. Sementara itu, persediaan air, makanan, bahan bakar, dan pasokan medis hampir habis. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera untuk meringankan penderitaan warga di sana.
Setidaknya 4.385 warga Palestina, termasuk 1.756 anak-anak dan 1.000 perempuan telah tewas dalam serangan Israel di Gaza. Sementara itu, angkanya mencapai lebih dari 1.400 orang di Israel.
3. Pemegang kewarganegaraan ganda di Gaza tidak bisa keluar ke perbatasan Mesir

Warga Amerika keturunan Palestina dan warga negara ganda lainnya bergegas ke perbatasan Rafah di Gaza selatan dengan Mesir dengan harapan bisa lolos dari pertempuran.
Bahkan ketika kedutaan meminta warganya di Gaza untuk bersiap di perbatasan, kerumunan warga Palestina yang memegang paspor Amerika, Kanada, Jerman dan Inggris menunggu berjam-jam dengan sia-sia setidaknya untuk kelima kalinya minggu ini.
“Tidak ada pembukaan penyeberangan dan penderitaannya sama,” kata warga AS Dina al-Khatib. “Mereka berkomunikasi dengan kami, tapi tidak ada perubahan," tambahnya, dilansir Al Jazeera.
Ketika bencana kemanusiaan terjadi di Gaza, Dina mengatakan dia dan keluarganya sangat ingin keluar. “Ini tidak seperti perang sebelumnya. Tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada internet, tidak ada apa-apa," katanya.