TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Varian Baru COVID-19 Merebak, Prancis Ogah Lockdown Lagi

Pejabat kesehatan dan ilmuwan menyebut langkah ini berisiko

Seorang pria sedang berjalan di area Menara Eiffel Paris sembari memakai masker. (Unsplash.com/Fran Boloni)

Paris, IDN Times - Sempat mengalami gelombang kedua pada Oktober-November 2020 lalu, situasi pandemi COVID-19 di Prancis saat ini cenderung stabil. Melihat fakta di lapangan, Menteri Kesehatan Olivier Véran secara terbuka mendukung keputusan Presiden Emmanuel Macron yang memilih tak memberlakukan lockdown untuk kali ketiga.

"Selama tiga minggu kita mengalami (rata-rata) 20 ribu kasus baru per hari dan 3.000 sampai 3.200 pasien di unit perawatan intensif. Itu stabil tetapi tetap tinggi. Pada tahap ini, Presiden sudah benar memutuskan tidak melakukan lockdown pada 15 hari yang lalu," ujar Véran saat berbicara di siaran radiofrance, Selasa (9/2/2021) waktu setempat.

"Kita tidak akan pernah memberlakukan karantina wilayah. Ini bukanlah tentang opsi kemudahan dan keamanan, melainkan kebutuhan," lanjutnya. 

1. Menteri Kesehatan Prancis Olivier Véran mendukung penuh pilihan Presiden Emmanuel Macron tak berlakukan lockdown ketiga

Menteri Kesehatan Prancis Olivier Véran saat berbicara dalam pertemuan Organisasi Kesehatan Dunia WHO di Jenewa, 25 Juni 2020. (Facebook.com/Olivier Véran)

Tak seperti beberapa tetangganya, Macron tak lagi segencar bulan-bulan awal pandemi. Alih-alih, ia memilih memberlakukan jam malam --larangan beraktivitas dari pukul 8 malam hingga 6 pagi-- sejak 15 Desember silam. Sementara itu pada 2 Januari 2021, awal jam malam di belasan wilayah timur laut dan tenggara Prancis dimajukan jadi jam 6 petang.

Dilansir Reuters, upaya mengendalikan penyebaran virus kini dialihkan pada program vaksinasi. Telah dimulai sejak 18 Januari, sudah ada 2 juta penduduk yang sudah disuntik vaksin. Véran menargetkan 3,5 juta hingga 4 juta orang segera menerima dosis pertama pada akhir Februari ini.

Selain itu, Menteri Transportasi Jean-Baptiste Djebbari menyebut bahwa larangan perjalanan tak mendesak untuk rute-rute di luar Uni Eropa sejak 24 Januari 2021 turut membantu menekan angka penularan lokal.

Baca Juga: Prancis Larang Penerbangan dari Negara Luar UE

2. Sejumlah pejabat kesehatan dan ilmuwan menyebut langkah tersebut berisiko

Menteri Kesehatan Prancis Olivier Véran saat mengunjungi sebuah rumah sakit di Prancis, 27 Oktober 2020. (Facebook.com/Olivier Véran)

Meski begitu, sejumlah pejabat kesehatan dan ilmuwan menyebut langkah ini berisiko. Mereka khawatir banyak rumah sakit di Prancis bakal kewalahan seiring merebaknya varian baru virus corona yang lebih menular.

Arnaud Fontanet, ahli epidemiologi dan anggota badan penasihat pemerintah Prancis untuk COVID-19, telah memperingatkan potensi meroketnya angka kasus nasional pada beberapa pekan ke depan.

"Maret dan April akan jadi waktu yang krusial. Pekan-pekan mendatang akan menentukan apakah kita berhasil mengendalikan virus corona varian Inggris," ujar Fontanet dalam wawancara dengan surat kabar mingguan Le Journal du Dimanche, edisi Sabtu (6/2/2021) lalu.

"Ambil skenario buruk di mana varian Inggris terus menyebar. Saat itu, tindakan yang lebih tegas, seperti lockdown atau sejenisnya, akan ditempuh. Peredaran virus harus kita kendalikan lagi sebab kita akan mengurangi jumlah kasus menjadi beberapa ribu per hari," jelasnya.

Baca Juga: Prancis Larang Penerbangan dari Negara Luar UE

Verified Writer

Achmad Hidayat Alsair

Separuh penulis, separuh orang-orangan sawah.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya