TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Penari Afghanistan Berharap Keajaiban Selamat dari Taliban

Kurang dari sepekan batas waktu bagi militer AS untuk cabut

Anggota Pasukan Khusus Afghanistan pergi setelah misi tempur melawan Taliban, di provinsi Kandahar, Afghanistan, Selasa (13/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui.

Jakarta, IDN Times - Resah membayangi hari-hari seorang penari aliran hip-hop dari Afghanistan sejak Taliban Berkuasa. Ketakutan utamanya, dibunuh oleh Taliban. Dia belum berhasil mencari jalan untuk pergi dari negeri itu dan kini dia melihat hanya tersisa sedikit adanya kesempatan untuk melarikan diri. 

“Hip-hop adalah budaya barat... Ini (budaya) Amerika. Mereka membenci itu,” kata pengajar dan koreografer berusia 27 tahun kepada Reuters, seperti dilansir kantor berita ANTARA, Rabu (25/8/2021). Dia meminta identitasnya disembunyikan karena takut akan adanya pembalasan dari Taliban.

Seluruh anggota kelompok tarinya telah meninggalkan Afghanistan namun dia belum berhasil untuk menemukan jalur yang aman. Kurang dari satu pekan lagi, pasukan militer Amerika Serikat harus sudah angkat kaki seluruhnya dari Kabul. Harapannya untuk dapat turut dievakuasi pun semakin pudar.

"Saya memiliki firasat yang sangat buruk bahwa saya tidak akan berhasil keluar dari sini," ucapnya.

Apalagi, Taliban sempat mereka telah melarang warga untuk pergi ke bandara Kabul dan meninggalkan negara itu sejak Selasa, menurut BBC. Taliban menyebut alaran larangan itu karena kondisi bandara yang kacau. Puluhan ribu warga Afghanistan yang takut akan penganiayaan telah memadati bandara Kabul berharap bisa diangkut dalam penerbangan.

Baca Juga: Taliban Larang Warga Afganistan Mengungsi!

1. Dia berasal dari etnis Hazara

Warga tiba dari Afghanistan di pos perlintasan Friendship Gate di kota perbatasan Pakistan-Afghanistan, Chaman, Pakistan, Minggu (15/8/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Saeed Ali Achakzai/WSJ/

Penari tersebut berasal dari golongan minoritas, etnis Hazara, yang telah lama ditargetkan oleh para militan termasuk Taliban dan ISIS, atas kepercayaan beragama dan etnis mereka. Dia berharap dapat pergi ke Spanyol untuk tinggal bersama saudaranya.

“Saya akan berusaha semampu saya untuk pergi ke bandara dan terbang menggunakan pesawat. Itu akan menjadi keajaiban, akan menyelamatkan hidup saya,” kata penari itu.

Baca Juga: Menegangkan! Cerita di Balik Evakuasi WNI dari Afghanistan oleh TNI AU

2. Taliban dulu larang musik apalagi, tarian musik Barat

Ilustrasi para pejabat Taliban yang terdiri dari anggota kantor politik Taliban Abdul Latif Mansoor (kiri), Shahabuddin Delawar (tengah) dan Suhail Shaheen menghadiri konferensi pers di Moskow, Rusia, Jumat (9/7/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Tatyana Makeyeva.

Penari tersebut menuturkan dia selama ini mengajar tarian street dance. Bersama kelompoknya, dia telah tampil di berbagai acara di Afghanistan dan India. Dalam kelompok tarinya, terdapat dua perempuan.

Namun di bawah kekuasaan Taliban, yang melarang pemutaran musik pada masa kekuasaan pertamanya, dia yakin tarian semacam itu akan dilarang.

“Dua puluh tahun yang lalu, jika seseorang kedapatan aktif di situasi seperti ini mereka akan dipenggal atau ditembak mati,” katanya pada Reuters melalu panggilan video, merujuk pada pertama kalinya Taliban berkuasa di Afghanistan pada 1996 hingga 2001.

Dalam konferensi persnya pekan lalu, Taliban mengatakan akan menghormati hak-hak perempuan dan kelompok minoritas. Namun, banyak warga Afghanistan yang meragukan hal tersebut. Mereka masih dibayangi berbagai hal buruk dalam pemerintahan Taliban terdahulu.

Baca Juga: Taliban: Kami Tidak Ingin Melecehkan Perempuan, Itu Dilarang Allah!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya