TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Skenario Damai di Ukraina, Menanti Solusi untuk Akhiri Perang Rusia

Akankah ada pembicaraan damai menuju titik terang

Seseorang bereaksi saat demo pro Ukraina dekat Downing Street, di London, Inggris, Kamis (24/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Peter Cziborra.

Jakarta, IDN Times - Saat invasi Rusia ke Ukraina memasuki minggu keempat, wacana tentang akhir dari konflik semakin bergema. Kedua belah pihak menyatakan sedang mencari solusi untuk perdamaian. Namun belum ada langkah nyata yang terlihat hingga kini.

Jumlah korban tewas yang terus meningkat telah mendorong Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk mempertimbangkan konsesi ke Rusia demi mengakhiri konflik yang menghancurkan. Pada Sabtu (19/2/2022), Zelenskyy menyerukan pembicaraan damai yang komprehensif dengan Moskow. 

"Saya ingin semua orang mendengar saya sekarang, terutama di Moskow. Waktunya telah tiba untuk pertemuan, saatnya untuk berbicara," katanya dalam pidato video yang dirilis pada Sabtu dini hari, dilansir Reuters.

Baca Juga: Ajak Rusia Damai, Presiden Ukraina: Sudah Saatnya Bertemu dan Bicara

Baca Juga: Saat Perang di Ukraina Berkecamuk, Putin Peringati Pencaplokan Krimea

1. Keresahan Barat menanti "akhir permainan"

Volodymyr Zelenskyy, Presiden Ukraina (Twitter.com/ Володимир Зеленський)

Pembicaraan bilateral antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut, meskipun Moskow terus menerus membombardir kota-kota Ukraina. Namun, langkah spesifik apa yang akan ditempuh pemerintah Zelenskyy tetap menjadi misteri bagi para pemimpin Barat, menurut pejabat AS dan Eropa, tulis The Washington Post. Pemerintahan Ukraina masih memilah-milah apa yang mungkin dapat diterima dari meja perundingan.

Putaran pertemuan rahasia antara negosiator Rusia dan Ukraina itu dapat menjadi kunci untuk mengakhiri konflik, tetapi juga membawa implikasi yang lebih luas bagi keamanan Eropa. Ini akan tergantung pada bagaimana pihak yang bertikai menyelesaikan perbedaan mereka.

Pejabat AS dan Eropa punya kekhawatiran, jika Putin bisa menggunakan kekuatan militer untuk memaksa perubahan politik di Ukraina, ia dapat menggunakan taktik yang sama di tempat lain, tulis Washington Post.

Para diplomat mengatakan prospek kesepakatan jangka pendek terlihat suram. Zelensky dinilai memberikan sinyal yang beragam tentang seberapa dekat dia untuk mencapai kesepakatan. Hal ini meningkatkan kecemasan bagi Barat.

Baca Juga: Negosiasi Rusia-Ukraina Babak 3, Putin: Banyak Opsi Bisa Dirundingkan

2. Sikap AS merusak proses negosiasi

(ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque)

Para diplomat sempat memiliki optimisme kemungkinan timbulnya pemahaman antara kedua belah pihak mengenai kontur solusi diplomatik, dimulai dengan Kiev meninggalkan keanggotaan NATO di masa depan, dilansir BBC.

Namun, Amerika Serikat kemudian muncul memadamkan harapan solusi diplomatik melalui pernyataanya. AS kemudian menginstruksikan pemerintahannya untuk menyelidiki "kejahatan perang" Rusia. Sebuah langkah yang jelas merusak proses negosiasi. Presiden AS Joe Biden melabeli Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai "penjahat perang".

Di sisi lain, Putin menyatakan Moskow siap mencari solusi bagi konflik Rusia-Ukraina dalam perundingan dengan pihak Ukraina. Putin mengatakan solusi yang dicari pihak Rusia harus sejalan dengan "pendekatan berprinsip" negaranya. Sikap itu ia sampaikan saat berbicara via telepon dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Jumat (18/3/2022), seperti dilansir Xinhua.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya