TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Prancis Marah Karena Bisnis Alutsistanya dengan Australia Diusik AS

Australia batal pesan kapal selam Prancis senilai Rp570 T

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian. (Twitter.com/@JY_LeDrian)

Jakarta, IDN Times – Prancis geram karena Amerika Serikat (AS) mengganggu bisnis alutsistanya dengan Australia. Pernyataan itu merujuk pada Pakta Aukus yang memungkinkan Washington untuk mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia.

Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, merasa negaranya ditikam dari belakang oleh Presiden AS Joe Biden. Dia juga menyebut Biden tidak lebih baik dari pendahulunya Donald Trump, sebagaimana diberitakan Reuters.

"Keputusan brutal, sepihak, dan tak terduga ini mengingatkan saya pada apa yang dulu dilakukan Trump. Ini merusak kepercayaan dan saya sangat marah,” kata Le Drian di radio franceinfo.

Baca Juga: AS-Inggris-Australia Bersatu Bentuk Pakta Aukus Untuk Hadapai China

1. Pakta Aukus memungkinkan Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir

Ilustrasi kapal selam (PIXABAY/Skeeze)

Sebagai informasi, Pakta Aukus merupakan perjanjian antara AS-Inggris-Australia dengan tujuan menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik, di tengah kampanye militer China yang semakin agresif dan provokatif.

Salah satu klausul dalam pakta tersebut adalah Australia akan memperoleh kapal selam bertenaga nuklir AS dan membatalkan pemesanan kapal selam dari Prancis senilai 40 miliar dolar AS (sekitar Rp570 triliun). Nilai kesepakatan itu tercatat sebagai kontrak pertahanan terbesar sepanjang sejarah Negeri Kanguru.

Adapun kontrak pemesanan dengan Prancis Naval Group dibuat untuk menggantikan kapal selam Collins yang berusia lebih dari dua dekade.

Untuk mengantisipasi reaksi Paris, Biden pada Rabu (15/9/2021) mengatakan bahwa Prancis akan tetap menjadi mitra kunci di zona Indo-Pasifik.

Baca Juga: Prancis Kecam Tindakan Mali Pekerjakan Tentara Bayaran Wagner

2. Inggris sebut hubungannya dengan Prancis baik-baik saja

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, saat berbicara dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen melalui sambungan telepon pada 8 Desember 2020. (Facebook.com/Boris Johnson)

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan bahwa hubungan negaranya dengan Prancis sangat solid, sekalipun Inggris memiliki andil besar dalam keputusan Australia membatalkan pemesanan kapal selam.  

"Parlemen seharusnya tidak ragu bahwa komitmen pemerintah untuk NATO benar-benar tak tergoyahkan dan memang telah diperkuat oleh komitmen besar yang telah kami buat, peningkatan terbesar dalam pengeluaran pertahanan sejak Perang Dingin. Hubungan militer kami dengan Prancis sangat solid," kata Johnson, dilansir dari LBC.

"Dan kami berdiri bahu-membahu dengan Prancis, baik di Sahel tempat kami menjalankan operasi gabungan melawan teroris di Mali, atau di Estonia tempat kami saat ini memiliki operasi NATO terbesar,” tambahnya.

Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace, juga mengungkapkan pernyataan yang senada dengan Johnson. Menurut dia, bukan Inggris atau AS yang menghasut Australia agar tidak memesan alutsista dari Prancis.

"Pada dasarnya orang Australia membuat keputusan bahwa mereka menginginkan kemampuan yang berbeda. Kami tidak berniat melakukan apa pun untuk memusuhi Prancis. Prancis adalah sekutu militer terdekat kami di Eropa, kami adalah kekuatan yang cukup besar dan sebanding,” ujar Wallace.  

Baca Juga: Diadang Antidumping, Tiongkok Laporkan Balik Australia ke WTO

Verified Writer

Andi IR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya