Prancis Kecam Tindakan Mali Pekerjakan Tentara Bayaran Wagner
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly, mengecam tindakan Mali terhadap kesepakatan yang dijalin dengan tantara bayaran Wagner Rusia. Pemerintah militer Mali sendiri sudah mempekerjakan hampir 1000 tentara bayaran tersebut di wilayahnya.
1. Mali berencana mengadakan kesepakatan
Melansir Aljazeera, dua narasumber Prancis mengatakan kepada AFP News pada Selasa (14/09/2021) bahwa pemerintah Mali sedang mendekati sebuah kesepakatan dengan militer swasta Rusia yang kontroversial itu untuk melatih militer Mali dan memberikan perlindungan bagi pejabat senior. Tentara bayaran ini menurut Prancis akan membuat pengaruh Moskow berkembang di wilayah tersebut.
"Jika pihak berwenang Mali menandatangani kontrak dengan Wagner, itu akan sangat mengkhawatirkan dan kontradiktif, tidak koheren dengan semua yang telah kami lakukan selama bertahun-tahun dan kami bermaksud untuk mendukung negara-negara di kawasan Sahel," kata Parly kepada komisi parlemen.
2. Mali tidak menyangkal isu tersebut
Baca Juga: Prancis Tolak Akui Kekuasaan Taliban: Mereka Banyak Berbohong!
Pada hari Selasa, juru bicara kementerian pertahanan Mali tidak menyangkal isu tersebut yang dilaporkan pertama kali oleh kantor berita Reuters pada hari Senin (13/09/2021).
Editor’s picks
"Mali bermaksud untuk mendiversifikasi hubungannya dalam jangka menengah untuk memastikan keamanan negara. Kami belum menandatangani apa pun dengan Wagner, tetapi kami akan mendiskusikannya dengan semua pihak.” kata juru bicara itu kepada AFP.
Reuters melaporkan bahwa Grup Wagner akan dibayar sekitar enam miliar franc CFA ($ 10,8 juta) per bulan untuk layanannya itu.
3. Prancis prihatin dengan kesepakatan itu
Florence Parly mengatakan pada sidang terpisah bahwa dia sangat prihatin dengan kesepakatan semacam itu.
Menurut laporan Reuters bahwa Prancis telah memulai upaya diplomatik untuk mencegah militer Mali yang berkuasa untuk memberlakukan kesepakatan itu. Prancis akan mempertimbangkan untuk menarik diri dari Mali jika kesepakatan berlanjut, kata mereka.
Prancis khawatir kedatangan tentara bayaran Rusia akan merusak operasi kontra-terorisme selama satu dekade melawan Al Qaeda dan gerilyawan terkait ISIS di wilayah Sahel, Afrika Barat. Prancis sendiri sudah mulai mengurangi 5.000 pasukannya di sana, dengan lebih banyak sekutu Eropa.
Presiden Emmanuel Macron mengumumkan rencana itu pada bulan Juli lalu. Keberhasilan Prancis dalam melawan pasukan gerilyawan membuat Prancis melakukan tindakan itu. Namun hal tersebut dirasa berbahaya, hal ini diperparah dengan kekacauan setelah kudeta di Mali pada 2020 lalu.
Baca Juga: Google Ajukan Banding Putusan Denda dari Regulator Prancis
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.