TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Iran-Arab Saudi Akur: Perdamaian di Timur Tengah Bisa Terwujud 

China mediasi pemulihan hubungan Iran-Saudi

bendera Arab Saudi (pixabay.com/Chickenonline)

Jakarta, IDN Times - Iran dan Arab Saudi sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaannya setelah 7 tahun berselisih. Kesepakatan tersebut disetujui pada Jumat (10/3/2023), setelah melalui negosiasi yang ditengahi China.

Dalam rilis komunike bersama, kedua negara sepakat untuk memulihkan hubungannya dalam jangka waktu maksimal dua bulan, menghormati kedaulatan negara, dan tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing.

"Menghapus kesalahpahaman dan pandangan berorientasi masa depan dalam hubungan antara Teheran dan Riyadh pasti akan mengarah pada peningkatan stabilitas dan keamanan regional," ungkap sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani.

"(Hal tersebut) meningkatkan kerja sama antara negara-negara Teluk Persia dan dunia Islam untuk mengelola tantangan saat ini," sambungnya, dikutip Associated Press. 

Baca Juga: Ratusan Siswi Iran Diracun, Khamenei: Hukum Berat Pelaku

1. Arab Saudi akhiri hubungannya dengan Iran pada 2016

bendera Iran (unsplash.com/mostafa meraji)

Ketegangan Iran-Arab Saudi telah bergulir sejak lama. Pada 2016, Riyadh memutuskan hubungannya dengan Teheran, setelah pengunjuk rasa di negara itu menyerbu kantor kedutaannya. Demonstrasi muncul setelah Kerajaan mengeksekusi seorang ulama Muslim Syiah terkemuka. 

Ihwal rivalitas kedua negara penghasil minyak itu, perbedaan aliran dalam agama memainkan peran kunci. Perbedaan antara Iran yang mayoritas menganut Syiah dan Arab Saudi yang mayoritas Sunni telah melancarkan ketegangan yang memanas di beberapa zona konflik di Timur Tengah. 

Tak berhenti disitu, Iran juga telah menjadi kambing hitam atas serangkaian serangan, termasuk serangan yang menargetkan jantung industri minyak Saudi pada 2019, yang telah mengurangi separuh produksi minyak mentah negara itu. 

2. Perdamaian dapat berdampak luas pada perpolitikan Timur Tengah

Perdamaian Saudi-Iran dinilai memiliki pengaruh yang luas pada perpolitikan dan penurunan kemungkinan konflik bersenjata di Timur Tengah. Sebelumnya, rivalitas kedua negara telah berdampak pada situasi keamanan yang memburuk di kawasan.

Perbedaan antara Syiah dan Sunni telah menyebabkan proksi yang mengakar di beberapa negara di kawasan, seperti Yaman, Lebanon, dan Suriah. Kesepakatan damai kedua negara ini diharapkan mampu menciptakan situasi keamanan yang lebih baik dan kompromi di antara negara-negara yang berkonflik. 

Namun, perdamaian tersebut dapat menghambat upaya AS untuk mengisolasi dan menekan Teheran melalui serangkaian sanksinya. Hal ini karena terdapat kemungkinan Saudi untuk melakukan investasi ke Iran. 

"Kebijakan bertetangga, sebagai poros kunci dari kebijakan luar negeri pemerintah, sangat bergerak ke arah yang benar, dan aparat diplomatik secara aktif berada di belakang persiapan langkah-langkah yang lebih regional," kata Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, dikutip The Guardian.

Baca Juga: Arab Saudi Batasi Pengeras Suara Masjid saat Ramadan

Verified Writer

Angga Kurnia Saputra

Self-proclaimed foreign policy enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya