TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Coret Ikon Stalin, Aktivis Georgia Dihukum 5 Hari Penjara

Gambar Stalin picu kontroversi di Georgia

ilustrasi bendera Georgia (unsplash.com/@zurabi)

Jakarta, IDN Times - Pengadilan Tbilisi, pada Jumat (2/2/2024), menjatuhkan hukuman kepada aktivis Natalia Peradze yang melakukan vandalisme terhadap ikon eks pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin di Gereja Ortodoks Trinity Sabor. Aksinya disebut sebagai bentuk pengrusakan. 

Vandalisme gambar St. Matrona of Moscow dan Stalin telah membuat marah sejumlah warga di Georgia. Bahkan, kelompok pro-Rusia, Alt-Info, sudah menggerakkan demonstrasi besar usai insiden vandalisme dan mengancam akan menyerang Peradze. 

1. Peradze sebut pengadilan dukung kelompok radikal

Peradze mengatakan, penahanannya ini adalah bentuk dukungan pengadilan kepada kelompok radikal di Georgia. Ia bahkan menyebut pemerintah tidak menghiraukan laporan ancaman pembunuhan kepadanya. 

"Saya tidak akan terintimidasi dan akan terus berjuang. Mereka akan menyesal karena sudah menjebloskan saya ke dalam penjara. Ini adalah bentuk dukungan pemerintah terhadap keinginan kelompok radikal," terangnya, dikutip Jam News.

"Sampai saat ini, pengadilan menerapkan densa, tetapi mereka masih mengobservasi agar ini tidak berdampak pada kami. Kami akan mengajukan banding atas putusan pengadilan kali ini," sambungnya.

Ia mengaku sudah mendapatkan tawaran dari Amerika Serikat (AS) di tengah ancaman pembunuhan padanya. Namun, ia menekankan bahwa partai penguasa, Georgian Dream sama sekali tidak mempedulikannya. 

Baca Juga: Rusia Geram Ekuador Kirim Senjata ke Amerika Serikat

2. Patriark Georgia minta ikon Stalin diubah

Usai insiden ini, Patriark Gereja Ortodoks Georgia meminta agar gambar St. Matrona of Moscow dan Joseph Stalin tersebut diubah. Ia menyebut ikon tersebut memicu konfrontasi yang tidak ada hentinya di Georgia. 

"Gambar tersebut telah menimbulkan kontroversi, konfrontasi yang tidak ada habisnya. Ini akan menyulut perbedaan pandangan politik dan berujung menjadi target aksi ofensif yang tidak dapat dijustifikasi," ungkapnya, dikutip Agenda.

"Pertemuan antara Stalin dan St. Matrona of Moscow tidak disertai dengan bukti yang kuat. Bahkan, tidak diakui oleh Gereja Ortodoks Rusia yang mendeklarasikannya sebagai seorang pilihan," tambahnya. 

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya