TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Desak Pemerintah Turun, 200 Demonstran di Armenia Ditahan Polisi

Menolak penyerahan Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan

Suasana demonstrasi anti-pemerintah di Yerevan, Armenia pada Senin (2/5/2022) (twitter.com/AnnaATurcotte)

Jakarta, IDN Times - Kepolisian Armenia telah menangkap ratusan pendemo antipemerintah yang menuntut mundurnya Perdana Menteri Nikol Pashinyan. Hal ini berkaitan dengan rencana pemerintah untuk menyerahkan sepenuhnya teritori Nagorno-Karabakh kepada Azerbaijan. 

Pada September 2020, Armenia dan Azerbaijan kembali terlibat peperangan terkait konflik di Nagorno-Karabakh yang tak kunjung usai. Perang berakhir setelah disetujuinya perundingan perdamaian yang diprakarsai Rusia, sekaligus pengiriman 2 ribu pasukan Rusia ke teritori tersebut. 

Sengketa wilayah ini terjadi setelah pecahnya Uni Soviet dan teritori yang didiami etnis Armenia itu berniat memerdekakan diri dari Azerbaijan. Namun, pasukan Armenia yang membantu Nagorno-Karabakh berhasil menang dan menduduki area tersebut selama tiga dekade. 

Baca Juga: Eks Presiden Armenia Tersandung Skandal Gratifikasi

1. Lebih dari 200 pendemo ditahan oleh aparat kepolisian

Penahanan lebih dari 200 pendemo ini berlangsung di ibu kota Yerevan di tengah aksi demonstrasi besar-besaran, yang menolak kebijakan pemerintah terkait teritori Nagorno-Karabakh. Bahkan, para pendemo menuntut agar PM Nikol untuk mundur dari jabatannya. 

Peristiwa ini dimulai sejak Minggu (1/5/2022), usai ribuan pendukung oposisi berkumpul di pusat kota Yerevan untuk melakukan protes dengan membawa bendera Armenia dan Nagorno-Karabakh. Namun, aksi protes yang tak kunjung usai itu berujung ricuh setelah aparat kepolisian berupaya membubarkan massa. 

Menurut keterangan dari juru bicara kepolisian, setidaknya sudah ada 244 warga yang ditahan lantaran tidak mengikuti aturan hukum. Bahkan, pada Senin, terdapat kampanye untuk memblokir sejumlah jalan utama di Yerevan dan membuat polisi terpaksa melakukan pemaksaan, dikutip RT

Pada Selasa, demonstrasi antipemerintah masih terus berlanjut dan disertai dengan pemblokiran jalan utama. Aksi protes ini disebut menjadi yang terbesar di Azerbaijan sejak demonstrasi terkait pemilu pada September tahun lalu. 

2. Oposisi menyebut Pashinyan berniat memberikan Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan

Demonstrasi ini terjadi berdasarkan tuduhan dari partai oposisi, bahwa pemerintah Armenia berniat menyerahkan Nagorno-Karabakh kepada Azerbaijan. Atas hal itu, pemimpin oposisi Ishkhan Saghatelyan menyebut Pashinyan sebagai seorang pengkhianat negara. 

"Pashinyan merupakan seorang pengkhianat negara dan para pendemo yang terus berdatangan ke jalan akan memaksanya untuk mundur dari jabatannya," tutur Saghatelyan, dilansir dari The National

Selain itu, mayoritas warga Aremenia menganggap perjanjian perdamaian Armenia-Azerbaijan di Moskow pada November 2020 itu sebagai hal yang memalukan. Pasalnya, Armenia harus menyerahkan sebagian teritori yang dikontrolnya selama tiga dekade lamanya. 

Di sisi lain, sekutu PM Nikol Pashinyan menuding oposisi berusaha menggulingkan pemerintahan dengan menggunakan isu Nagorno-Karabakh. Pemerintah juga memberikan klarifikasi bahwa Pashinyan tidak bermaksud untuk memberikan wilayah sengketa itu kepada Azerbaijan, dikutip RFE/RL

Baca Juga: Kabar Baik, Azerbaijan-Armenia Setujui Perundingan Damai!

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya