TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PM Hungaria Kritik Uni Eropa dalam Perayaan Revolusi 1956

Tolak pemblokiran dana bantuan Uni Eropa

Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban saat menghadiri perayaan Revolusi 1956 di Zalaegerszeg, Minggu (23/10/2022). (twitter.com/PM_ViktorOrban)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban, pada Minggu (23/10/2022), menghadiri perayaan Revolusi Anti-Komunis 1959 di Zalaegerszeg, Hungaria bagian barat. Namun, lewat pidatonya kali ini, pemimpin berusia 59 tahun itu kembali melontarkan kritik kepada Uni Eropa.  

Setiap tanggal 23 Oktober dikenal sebagai hari libur di Hungaria untuk menghormati para pahlawan yang tewas dalam pemberontakan melawan rezim komunis. Kala itu, para pemberontak sukses menggulingkan pemerintahan dan mengusir tentara Uni Soviet dari Budapest. 

Peristiwa ini setidaknya menyebabkan 3 ribu warga sipil tewas dan sebagian besar ibu kota Hungaria itu rusak. 

Baca Juga: Ribuan Guru di Hungaria Demo: Kami Gak Bisa Nabung dengan Gaji Kecil! 

1. Orban samakan Uni Eropa dengan Uni Soviet

Pada perayaan Revolusi Anti-Komunis ke-66, PM Orban juga menyamakan tentara Soviet dengan Uni Eropa saat ini. Tak lupa, ia juga menyangkal kritik dari oposisi atas keputusannya merayakan peristiwa itu di Zalaegerszeg. 

"Revolusi 1956 tidak hanya terjadi di sebuah kota, tapi di seluruh negara kita. Menurut opini dari kiri, yang memandang warga kami yang tinggal di pedesaan. Ini tidaklah benar bahwa merayakan revolusi hanya di Zalaegerszeg. Mereka tidak paham bahwa Budapest tidak sama dengan negara," paparnya, dikutip dari Euronews.

"Mari kita tidak mengganggu siapapun yang menembak ke arah Hungaria dari belakang atau dari ketinggian seperti yang dilakukan Brussels. Mereka akan berakhir seperti halnya pendahulunya yang runtuh tiga dekade lalu," ungkap Orban. 

Lewat ucapannya itu, Orban menyebut bahwa Uni Eropa berusaha untuk melawan upaya iliberal yang dicanangkan Pemerintah Hungaria. Hal ini setelah UE berupaya memblokir dana bantuan ke Hungaria sebesar 7,5 miliar euro (Rp114,9 triliun). 

2. Sekitar 80 ribu warga ikut demonstrasi di Budapest

Perayaan itu diwarnai demonstrasi besar yang dipusatkan di tepian sungai yang tak jauh dari kampus Budapest University of Technology and Economics. Warga yang ikut aksi unjuk rasa merupakan murid dan orang tua yang mendukung kesejahteraan para guru. 

Para demonstran melakukan aksi long-march melintasi jembatan Sungai Danube dengan membawa spanduk bertuliskan "Orban mundur" dan "Tidak ada guru, tidak ada masa depan". 

"Saya di sini untuk anak saya. Sudah seharusnya ada perubahan. Ini juga berkaitan dengan inflasi. Kami tidak memiliki simpanan apapun saat ini. Nantinya kami khawatir tidak dapat memenuhi kebutuhan seiring terus naiknya harga kebutuhan pokok," kata Gyongyi Bereczky salah demonstran, dilansir Reuters.

Menurut keterangan dari pengorganisir demonstrasi ini, terdapat sekitar 80 ribu orang yang ikut demonstrasi kali ini. Bahkan, demonstrasi ini disebut lebih besar dibandingkan unjuk rasa pada 14 Oktober lalu, ketika lima guru dipecat lantaran dianggap tidak patuh. 

Baca Juga: Hungaria Sebut Sanksi Uni Eropa ke Rusia Seperti Bom Bunuh Diri 

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya