TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rusia Peringatkan Armenia soal Sengketa Perbatasan Azerbaijan

Rusia-Armenia terus berseberangan

ilustrasi bendera Rusia (unsplash.com/sampowl)

Jakarta, IDN Times - Rusia menyebut Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan menggunakan cara unilateral dalam menyelesaikan sengketa dengan Azerbaijan. Ia juga menyebut Pashinyan mengintimidasi rakyatnya sendiri. 

Pada Senin, Pashinyan sudah berkunjung ke Tavush untuk bertemu dengan warga di area sengketa. Ia mengatakan ingin mendirikan garis demarkasi dan delineasi menetapkan perbatasan resmi antara Armenia-Azerbaijan dan menyerahkan wilayah untuk menghindari pecahnya perang. 

1. Rusia desak Armenia selesaikan masalah lewat mediasi

Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia, Maria Zakharova, menekankan agar Pashinyan tidak memutuskan sendiri masalah sengketa perbatasan Armenia-Azerbaijan. Ia meminta Armenia menyelesaikan ini lewat mediasi dengan Rusia. 

"Mengintimidasi rakyat sendiri yang bertujuan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan Armenia tentu bukan cara terbaik. Ini penting untuk menyelesaikan masalah ini secara tenang dan konstruktif. Terdapat beberapa mekanisme untuk menyelesaikan masalah ini, termasuk mediasi yang diinisiasi Rusia," ungkapnya pada Rabu (20/3/2024). 

"Kami siap membantu menyelesaikan masalah ini dengan pengalaman kami. Dalam kerangka ini, pekerjaan harus diselesaikan dalam basis prinsip-prinsip yang sudah disebutkan sebelumnya," sambungnya. 

Baca Juga: NATO Akan Dukung Terus Kedaulatan Armenia

2. Parlemen Armenia setujui imunitas kepada misi UE

Pada saat yang sama, Parlemen Armenia sudah menyetujui imunitas diplomatik kepada anggota Misi Uni Eropa (UE) di Armenia. Keputusan ini akan menjamin petugas tidak dipersekusi dan bebas masuk ke dalam wilayah Armenia. 

"Armenia menyadari betapa pentingnya ini dan semua inisiatif yang ditujukan untuk mempererat kerja sama keamanan dengan Uni Eropa," ujar Wakil Kemlu Armenia Mnatsakan Safarian, dikutip RFE/RL.

Misi UE sudah diresmikan pada Februari 2023 atas permintaan Armenia untuk mengurangi kontak senjata antara tentara Armenia dan Azerbaijan. Pada tahun lalu, UE juga sudah menambah misi sipil di Armenia dari 138 menjadi 209 personel. 

Pengiriman misi sipil di Armenia membuat Rusia dan Azerbaijan geram. Moskow menganggap misi UE tersebut berniat mengusirnya dari Armenia, sedangkan Baku merasa UE membela Armenia dan mengancam kedaulatan negaranya. 

Verified Writer

Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya