TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Baru Dilantik, Presiden Peru Boluarte Dituduh Lakukan Genosida

Sebanyak 40 orang tewas akibat gerakan demonstrasi di Peru

Presiden Peru, Dina Boluarte. (Sumber: Instagram.com/dinaboluartezerraga)

Jakarta, IDN Times - Pihak Kejaksaan Tinggi Peru mengumumkan akan melakukan penyelidikan terhadap Presiden Peru yang baru dilantik, Dina Boluarte, bersama para jajaran menterinya. Hal itu disampaikan kejaksaan pada Selasa (10/1/2023) waktu setempat.

Penyelidikan ini dilakukan setelah terjadi gerakan demonstrasi yang menyebabkan puluhan demonstran tewas. Boluarte sendiri menggantikan posisi Pedro Castillo, Presiden Peru sebelumnya yang dimakzulkan pada awal Desember 2022 lalu.

Baca Juga: Aksi Protes Tuntut Presiden Peru Mundur Berujung Rusuh, 17 Orang Tewas

Baca Juga: Protes di Peru Berlanjut, Ribuan Turis di Machu Picchu Dievakuasi

1. Para pendukung Castillo menuntut Boluarte mundur dari jabatannya

Dilansir dari BBC, adapun para pejabat tinggi selain Boluarte yang akan diperiksa adalah Perdana Menteri Peru, Alberto Otarola, bersama Menteri Pertahanan Peru, Jorge Chavez, dan Menteri Dalam Negeri Peru, Victor Rojas. Baik presiden maupun para menterinya masih belum memberikan komentar terkait hal ini.

Namun, para pendukung Castillo terus menyuarakan tuntutan terhadap Boluarte agar mundur dari jabatannya, kembali menggelar pemilu, dan membebaskan Castillo dari segala tuduhan. Meski sedang berada di dalam sel penjara, Castillo tak lupa memberikan pernyataan bahwa mereka yang membela Peru dari kediktatoran kudeta, tidak akan pernah dilupakan.

Secara terpisah di hari yang sama, pemerintahan Otarola dengan nyaman memenangkan mosi percaya di Kongres pada Selasa malam waktu setempat.

Baca Juga: Darurat Nasional di Peru, Presiden: Pemilu Bisa Digelar Desember 2023

2. Setidaknya 17 orang tewas dalam pertumpahan darah terbaru belum lama ini

Peristiwa pertumpahan darah di Peru kembali terjadi pada Senin (9/1/2023) lalu. Sebanyak 17 orang tewas saat bentrokan antara para demonstran dengan pasukan keamanan. Saat ini, jumlah korban tewas sejak gerakan demonstrasi pertama kali terjadi pada awal Desember 2022 lalu mencapai 40 orang.

Peristiwa yang terjadi di dekat bandara di Juliaca, ketika para demonstran bertempur melawan polisi. Peristiwa ini juga menyebabkan seorang anak laki-laki meninggal di dalam mobil ambulans ketika akses ke rumah sakit ditutup oleh para demonstran dan polisi.

Pada Senin malam lalu, Otarola mendukung respons aparat keamanan dengan mengatakan pihaknya tidak akan berhenti membela supremasi hukum. Dia juga mengklaim aksi kekerasan yang terjadi, dibiayai oleh kepentingan asing dan uang gelap perdagangan narkoba untuk menghancurkan negara.

Otarola menambahkan polisi telah diserang dengan senjata rakitan. Meskipun menyesali kematian tersebut, dia menyalahkan upaya kudeta Castillo untuk mengobarkan kerusuhan.

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya