Bertemu NATO, Biden Konsultasi untuk Hadapi Tiongkok dan Rusia
Sekretaris Jenderal NATO menilai ini adalah momen penting
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Brussels, IDN Times - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, bertemu dengan NATO untuk mendiskusikan cara menghadapi tindakan provokatif Tiongkok dan Rusia di Brussels, Belgia, pada hari Senin, 14 Juni 2021, waktu setempat. Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menggambarkan pertemuan puncak itu merupakan momen penting. Bagaimana awal ceritanya?
1. Biden akan menggunakan waktunya di KTT untuk menggarisbawahi komitmen AS terhadap Pasal 5 Piagam Aliansi
Dilansir dari Apnews.com, Biden masuk pada pertemuan puncak NATO yang bertujuan untuk berkonsultasi dengan sekutu Eropa mengenai upaya untuk melawan tindakan provokatif oleh Tiongkok dan Rusia sambil menyoroti komitmen Amerika Serikat terhadap aliansi 30 negara yang sering difitnah oleh Presiden Amerika Serikat sebelumnya, Donald Trump. KTT pada hari Senin, 14 Juni 2021, waktu setempat datang ketika Biden mencoba menggalang sekutu untuk koordinasi yang lebih besar dalam memeriksa Tiongkok dan Rusia, dua musuh yang tindakannya di bidang ekonomi dan keamanan nasional telah menjadi perhatian utama kebijakan luar negeri pada awal masa kepresidenan Biden.
Biden akan menggunakan waktunya di KTT untuk menggarisbawahi komitmen Amerika
Serikat terhadap Pasal 5 Piagam Aliansi, yang menjelaskan bahwa serangan terhadap satu anggota adalah serangan terhadap semua dan harus ditanggapi dengan tanggapan kolektif. Gedung Putih mengatakan komunike yang akan ditandatangani oleh anggota aliansi pada akhir KTT NATO diharapkan mencakup bahasa mengenai memperbarui Pasal 5 untuk memasukkan serangan dunia maya besar, masalah yang semakin mengkhawatirkan di tengah serangkaian peretasan yang menargetkan pemerintah dan bisnis Amerika Serikat di seluruh dunia oleh peretas yang berbasis di Rusia.
Menurut Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, pembaruan akan menjelaskan bahwa jika anggota aliansi membutuhkan dukungan teknis atau intelijen dalam menanggapi serangan cyber, itu akan dapat meminta ketentuan pertahanan bersama untuk menerima bantuan.
Baca Juga: Sekjen NATO: Belum Saatnya Pasukan NATO Tinggalkan Afghanistan
Baca Juga: Rusia Keluar Dari Perjanjian Open Skies karena AS-NATO
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.