TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Demi Sampel Batuan dari Bulan, Tiongkok Luncurkan Misi Luar Angkasa

Mereka akan menjadi negara ketiga di dunia yang melakukannya

Ilustrasi peluncuran roket ke luar angkasa. (Pixabay.com/NASA-Imagery)

Beijing, IDN Times - Tiongkok akhirnya telah meluncurkan misi ke luar angkasa demi mengambil sampel bebatuan dari Bulan pada hari Selasa, 24 November 2020, pagi waktu setempat. Dengan demikian, Tiongkok akan menjadi negara ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang berhasil melakukannya. Bagaimana awal ceritanya?

1. Tiongkok menggunakan pesawat ruang angkasa robotik Chang'e-5

Pesawat robotik Chang'e-5 yang merupakan pesawat robotik luar angkasa yang akan digunakan Tiongkok dalam melancarkan misinya. (Twitter.com/XHscitech)

Dilansir dari BBC, Tiongkok telah menggunakan pesawat robotik Chang'e-5 untuk melancarkan misi luar angkasanya kali ini. Pesawat robotik tersebut telah meninggalkan kompleks peluncuran Wenchang dengan roket Long March 5 dan jika berhasil harus kembali ke Bumi pada pertengahan Desember 2020 ini. Sudah 40 tahun lamanya sejak Amerika Serikat dan Uni Soviet yang sebelumnya berhasil membawa pulang bebatuan dari Bulan dan tanah untuk dianalisis.

Setelah memisahkan diri dari roket, Chang'e-5 akan menggunakan pendorongnya sendiri untuk melakukan perkiraan perjalanan sekitar 4 hari ke Bulan. Pesawat ruang angkasa itu kemudian akan melepaskan pendarat yang akan mendarat di dekat gundukan vulkanik bernama Mons Rumker di wilayah barat laut sisi dekat Bulan. Di sana, itu akan dilakukan pengeboran dan mengambil sampel dari permukaan Bulan dan menyimpannya dalam kapsul pelindung.

Baca Juga: Angkasa dalam Lensa: Cincin Api hingga "Kelelawar" dari Luar Angkasa

2. Menurut ilmuwan, sampel bebatuan dari Bulan ini benar-benar menambah ilmu pengetahuan baru mengenai sejarah Bulan

Bagian-bagian dari pesawat robotik Chang'e-5 sebelum diluncurkan ke luar angkasa. (Twitter.com/AJ_FI)

Menurut seorang ilmuwan planet dari China University of Geosciences, Long Xiao, sampel bebatuan dari Bulan menurutnya benar-benar akan menambah ilmu pengetahuan mengenai sejarah Bulan. Satu hal yang menarik adalah aktivitas vulkanik bulan, yang sebelumnya pernah diperkirakan oleh ilmuwan berlangsung selama lebih dari 1 miliar tahun setelah pembentukan bulan sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu.

Kini, para ilmuwan yang telah mempelajari kawah di Bulan percaya bahwa magma terus mengeluarkan letusan dan mengalir di beberapa daerah hingga baru-baru ini, menghapus tanda-tanda beberapa kawah kuno dan meninggalkan bebatuan vulkanik yang lebih muda. Long menambahkan bebatuan yang dibawa oleh Chang'e-5 akan meminta kita untuk memikirkan kembali mengenai mengapa dan bagaimana sejarah vulkanik Bulan bisa bertahan selama ini.

Seperti yang diketahui, Chang'e-5 pertama kali disetujui pada tahun 2004 serta merupakan bagian yang sudah lama dinantikan dalam rencana eksplorasi Bulan di Tiongkok. Roket Long March 5, yang dirancang dengan misi ini, membutuhkan banyak terobosan dalam tekonologi roket, yang dengan mesin buatan Tiongkok paling kuat serta desain struktural yang baru. Pada bulan Juli 2017 lalu, pesawat robotik ini sempat gagal saat peluncuran karena adanya masalah dengan salah satu mesin turbopump sehingga menunda peluncuran Chang'e-5 dalam 3 tahun ke depan.

Baca Juga: Belum Terpecahkan, 5 Peristiwa Misterius yang Terjadi di Luar Angkasa

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya