TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Greenpeace Prediksi Tiongkok Hadapi Musim Panas Ekstrim

Shanghai dan Beijing menjadi kota-kota besar yang terdampak

Suasana di sekitar wilayah Shanghai, Tiongkok. (Pixabay.com/jac8023)

Beijing, IDN Times - Pihak Greenpeace Asia Timur memprediksi Tiongkok akan menghadapi musim panas yang ekstrim dalam waktu yang lebih lama. Kedua kota besar di Tiongkok seperti Beijing dan Shanghai akan mengalami dampak tersebut. Bagaimana awal ceritanya?

1. Hal itu berarti lebih banyak paparan gelombang panas berbahaya bagi para orangtua dan yang bekerja di luar ruangan 

Ilustrasi gelombang panas. (Pixabay.com/ybernardi)

Dilansir dari Aljazeera.com, pihak Greenpeace Asia Timur memprediksi pusat kota utama Tiongkok, termasuk Beijing dan Shanghai, diperkirakan akan menghadapi musim panas yang lebih panas dari sebelumnya serta lebih lama, serta hujan yang lebih deras selama beberapa bulan. Mereka memetakan kondisi cuaca ekstrim akibat perubahan iklim pada hari Rabu, 14 Juli 2021, waktu setempat. Pihak Greenpeace Asia Timur mengatakan risiko panas ekstrim dan curah hujan yang tinggi di pusat kota berpenduduk padat tetapi tumbuh cepat di komunitas yang menjadi lebih urban di pinggiran kota-kota besar Tiongkok.

Hal itu berarti lebih banyak paparan gelombang panas berbahaya bagi orangtua dan mereka yang bekerja di luar ruangan serta banjir yang lebih besar di kota-kota seperti Shanghai. Menurut pemimpin proyek iklim dan energi untuk Greenpeace di Beijing, Liu Junyan, mengatakan area perkotaan masih belum sepenuhnya memahami berbagai perubahan dan mana yang akan berdampak pada area mana serta bagaimana cukup untuk siap menghadapinya. Studi ini menemukan bahwa Beijing mengalami peningkatan terbesar dalam suhu rata-rata, naik pada tingkat 0,32 derajat Celcius setiap 10 tahun, dengan frekuensi gelombang panas meningkat cukup sejak tahun 2000 lalu.

Baca Juga: Tips Nyaman Naik Motor Saat Cuaca Panas, Biar Kemarau Gak Bikin Galau

Pada bulan Februari 2021 lalu, suhu sempat melonjak dengan menyentuh angka 25,5
derajat Celcius di beberapa daerah, tertinggi yang tercatat selama musim dingin. Pihak Greenpeace mengatakan musim panas juga akan diperpanjang antara 24 dan 28 hari di Shanghai serta lebih dari 40 hari di Provinsi Guangdong Selatan. Beberapa bagian dari Provinsi Shanghai dan Guangdong juga akan mengalami kenaikan lebih dari 25 persen dalam curah hujan yang ekstrim, sementara wilayah barat laut akan mengalami lebih banyak kekeringan.

Peringatan yang disampaikan Greenpeace mengikuti penelitian serupa yang menunjukkan peningkatan risiko di Tiongkok dari panas ekstrim yang terkait dengan perubahan iklim. Sebuah studi pada bulan Juli 2018 lalu yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications mencatat bahwa frekuensi dan intensitas gelombang panas yang diamati di Tiongkok telah meningkat secara signifikan selama 50 tahun terakhir. Ia juga memperingatkan bahwa sebanyak 400 juta orang di Tiongkok bagian utara, termasuk Beijing, dapat dipengaruhi oleh gelombang panas yang mematikan pada tahun 2100 ini.

Sebuah laporan Desember 2020 lalu yang diterbitkan oleh The Lancet, sebuah jurnal medis terkemuka, mengatakan bahwa kematian terkait gelombang panas di Tiongkok telah meningkat dengan faktor empat dari 1990 hingga 2019 lalu, yang mencapai 26.800 kematian pada tahun 2019 lalu.

2. Pada bulan Februari 2021 lalu, suhu sempat melonjak hingga 25,5 derajat Celcius selama musim dingin 

Ilustrasi temperatur udara. (Pixabay.com/geralt)

Baca Juga: Greenpeace Minta Maaf Atas Insiden di Laga Prancis vs Jerman, Ada Apa?

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya