TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Janjikan Penghijauan, G7 Kucurkan Dana Bahan Bakar

Mereka melakukannya sejak awal pandemi COVID-19 lalu

Kelompok G7 diketahui telah mengeluarkan dana sebesar miliaran dolar Amerika Serikat untuk mendukung bahan bakar fosil. (Instagram.com/g7)

London, IDN Times - Kelompok negara-negara G7 diketahui telah mengeluarkan dana miliaran dolar Amerika Serikat untuk mendukung bahan bakar fosil. Hal ini dilakukan oleh mereka sejak awal pandemi COVID-19 lalu. Bagaimana awal ceritanya?

1. Dukungan tersebut termasuk langkah-langkah menghapus atau menurunkan peraturan lingkungan

Ilustrasi pengisian bahan bakar minyak. (Pixabay.com/IADE-Michoko)

Dilansir dari The Guardian, negara-negara yang membentuk G7 telah mengeluarkan dana miliaran dolar Amerika Serikat untuk mendukung bahan bakar fosil dibandingkan energi bersih sejak awal pandemi COVID-19, meskipun mereka menjanjikan pemulihan penghijauan. Saat Inggris bersiap untuk menjadi tuan rumah KTT G7, analisis baru mengungkapkan bahwa negara-negara yang hadir berkomitmen dengan dana sebesar 189 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp2.702,5 triliun untuk mendukung minyak, batu bara, dan gas antara Januari 2020 hingga Maret 2021 lalu. Sebagai perbandingan, negara-negara yang sama (Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Italia, Prancis, Jerman, dan Jepang), telah menghabiskan sebesar 147 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp2.101,9 triliun untuk energi bersih.

Dukungan untuk bahan bakar fosil dari 7 negara terkaya di dunia ini termasuk langkah-langkah untuk menghapus atau menurunkan peraturan lingkungan serta pendanaan langsung minyak, gas, dan batu bara. Analisis dari badan amal pembangunan Tearfund, International Institute for Sustainable Development, dan Overseas Development Institute, menunjukkan bahwa negara-negara tersebut kehilangan peluang untuk membuat respons
mereka terhadap pandemi lebih ramah lingkungan. Dalam kebanyakan kasus, uang yang disediakan untuk industri bahan bakar fosil diberikan tanpa pamrih, bukan dengan kondisi yang membutuhkan pengurangan emisi atau polusi.

Analisis menemukan bahwa 8 dari setiap 10 dolar yang dihabiskan untuk energi tak terbarukan datang tanpa syarat. Ini termasuk garis hidup yang dilemparkan ke industri penerbangan dan mobil, yang menerima sebesar 115 miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp1.644,4 triliun dari negara-negara G7. Dari uang itu, 80 persen diberikan tanpa upaya untuk memaksa sektor-sektor tersebut demi mengurangi emisi mereka sebagai imbalan atas dukungan tersebut. Hanya 1 dari setiap 10 dolar yang diberikan untuk respons COVID-19 yang bermanfaat bagi energi terbersih seperti energi terbarukan dan langkah-langkah efisiensi energi.

Baca Juga: Tanpa Dukungan Internasional, KTT ASEAN untuk Myanmar Akan Sia-sia

2. Negara-negara G7 termasuk yang paling berpolusi di dunia

Para Menteri Luar Negeri G7 saat melakukan pertemuan menjelang KTT Pemimpin #G7Cornwall pada bulan Juni 2021 (4 Mei 2021) (Instagram.com/g7)

Negara-negara kelompok G7 termasuk yang paling berpolusi di dunia, di mana mereka mewakili sepersepuluh dari populasi dunia tetapi bertanggung jawab atas hampir seperempat emisi karbondioksida. Selama pandemi COVID-19, jumlah uang publik yang belum pernah terjadi sebelumnya dihabiskan oleh negara-negara, diperkirakan bahwa 50 ekonomi terbesar dunia berkomitmen setidaknya sebesar 14,6 triliun dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp208.764,7 triliun untuk langkah-langkah stimulus fiskal pada tahun 2020 lalu. Para pengamat mengatakan bahwa rangsangan yang dirancangan dengan baik dan ditargetkan dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk meluncurkan masyarakat rendah karbon.

Laporan tersebut menganalisis dukungan yang diberikan 7 negara, ditambah 4 lainnya yang diundang untuk menghadiri pertemuan puncak di Cornwall, Inggris, kepada 5 bidang energi yang terdiri dari energi terbersih (seperti angin dan matahari), energi bersih yang mungkin mengandalkan energi bahan bakar fosil (seperti kendaraan listrik), energi bahan bakar fosil dengan syarat, energi bahan bakar fosil tanpa syarat apapun, dan sektor energi lainnya termasuk biofuel dan nuklir. Dukungan terbesar yang diberikan oleh negara-negara G7 adalah untuk transportasi. Dana talangan diberikan kepada perusahaan-perusahaan termasuk Air France, British Airways, Ryanair, easyJet, Lufthansa, Japan Airlines, Alitalia, Renault, dan Honda.

Dukungan keuangan pada akhirnya akan menopang industri yang sangat berpolusi selama beberapa dekade mendatang, dengan sedikit tekanan untuk "go green". Penguatan sektor minyak dan gas terutama terlihat di Kanada dan Amerika Serikat, yang keduanya merupakan produsen minyan dan gas utama. Selain dukungan langsung, kedua negara membatalkan peraturan lingkungan tentang perusahaan bahan bakar fosil.

Baca Juga: Xi Jinping Akan Hadiri KTT Pertemuan Virtual Perubahan Iklim

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya