TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemerintah Chad Tak Akan Negosiasi dengan Pemberontak

Kelompok pemberontak diduga ikut membunuh Presiden Chad

Pemerintah transisi militer Chad tidak akan bernegosiasi dengan kelompok pemberontak sejak meninggalnya Presiden Chad, Idriss Deby. (Twitter.com/AbBaminu32)

N'Djamena, IDN Times - Pemerintah transisi militer Chad mengatakan bahwa tidak akan melakukan negosiasi dengan kelompok pemberontak dalam pernyataannya yang disampaikan hari Minggu, 25 April 2021, waktu setempat. Kelompok pemberontak tersebut diduga telah membunuh Presiden Chad, Idriss Deby. Bagaimana awal ceritanya?

1. Juru bicara militer mengatakan pemberontak berusaha 

Pemerintah transisi militer Chad tidak akan bernegosiasi dengan kelompok pemberontak sejak meninggalnya Presiden Chad, Idriss Deby. (Twitter.com/africanqiraat)

Dilansir dari The Guardian, pemerintah transisi militer Chad mengatakan tidak akan bernegosiasi dengan kelompok pemberontak yang disalahkan karena telah membunuh Presiden Chad, Idriss Deby, yang meningkatkan kemungkinan bahwa para pejuang bersenjata akan terus maju dengan ancaman mereka untuk menyerang ibukota Chad, N'Djamena. Seorang juru bicara kelompok pemberontak yang dikenal sebagai Front for Change and Concord in Chad (Fact) mengatakan di hari yang sama bahwa mereka sekarang bergabung dengan kelompok bersenjata lain menentang putra dari Idriss Deby, Mahmat Idriss Deby, mengambil kendali negara itu setelah kematian ayahnya.

Dalam pernyataan yang disiarkan televisi setempat, juru bicara militer Chad, Jend. Azem Bermandoa Agouna, mengatakan kelompok pemberontak berusaha untuk berkolaborasi dengan beberapa kelompok jihadis dan pedagang yang bertugas sebagai tentara bayaran di Libya. Ia juga menambahkan menghadapi situasi yang membahayakan Chad dan stabilitas seluruh sub-wilayah, ini bukan saatnya untuk mediasi atau negosiasi dengan para penjahat. Pihak juru bicara militer Chad mengatakan bahwa beberapa pemberontak telah melarikan diri ke perbatasan Chad-Niger serta meminta pemerintah Niger untuk membantu menangkap mereka.

Baca Juga: Macron Hadiri Upacara Pemakaman Mantan Presiden Chad

2. Pihak Uni Afrika menyerukan keprihatinan besar tentang pengambilalihan kepemimpinan Chad dipegang oleh anak dari Idriss Deby

Mahamat Idriss Deby, putra dari Presiden Chad, Idriss Deby. (Twitter.com/AfricaStoryLive)

Pihak Uni Afrika telah menyerukan diakhirinya kekuasaan militer di Chad, setelah Presiden Chad tewas dibunuh oleh kelompok pemberontak. Tentara segera mengumumkan bahwa putra dari Idriss Deby, Jend. Mahamat Idriss Deby, akan memimpin dewan militer selama 18 bulan sebelum Pemilu Presiden Chad diadakan. Partai-partai oposisi juga mengutuk apa yang mereka sebut sebagai kudeta dinasti.

Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika menyuarakan keprihatinan besar tentang pengambilalihan militer yang menempatkan Jend. Mahamat Idriss Deby, yang masih berusia 37 tahun, untuk memimpin Chad. Badan Keamanan Uni Afrika yang beranggotakan 15 orang sebelumnya membahas situasi di Chad dan dikatakan oleh mereka bahwa kekuasaan harus dikembalikan ke otoritas sipil secepatnya. Menurut konstitusi yang berlaku di Chad, Ketua Parlemen Chad harus mengambil alih jika Presiden meninggal dunia serta menyelenggarakan Pemilu Presiden Chad.

Baca Juga: Chad: Pemberontak Ancam Akan Gulingkan Putra Presiden

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya