TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tembus 1 Juta Kasus, Afrika Selatan Buat Aturan Jam Malam

Presiden Afrika Selatan merasa ini berada di titik berbahaya

Suasana di sekitar Cape Town, Afrika Selatan. (Pixabay.com/cocoparisienne)

Cape Town, IDN Times - Afrika Selatan dilanda masalah besar dalam kasus COVID-19 yang sudah tembus 1 juta kasus lebih saat ini. Hal ini membuat Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, memutuskan untuk melakukan pembatasan ketat dengan memberlakukan aturan jam malam serta pembatasan penjualan alkohol. Situasi seperti ini yang membuat Afrika Selatan berada dalam titik berbahaya.

Bagaimana awal ceritanya?

1. Pemerintah Afrika Selatan merasa lengah terhadap COVID-19

Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa. (Instagram.com/cyrilramaphosa)

Dilansir dari BBC, orang nomor satu di Afrika Selatan ini mengumumkan adanya pembatasan ketat demi mencegah perluasan penyebaran varian baru COVID-19, sehari setelah kasus COVID-19 di Afrika Selatan yang sudah menembus 1 juta kasus lebih. Pertemuan di dalam dan luar ruangan akan dilarang, jam malam diberlakukan dari pukul 21:00 hingga 06:00 waktu setempat , serta melarang penjualan alkohol. Baru-baru ini pihak berwenang mengonfirmasi varian baru yang menyebar lebih cepat telah terdeteksi di beberapa wilayah Afrika Selatan.

Beberapa rumah sakit dan pusat medis telah melaporkan peningkatan besar dalam jumlah kasus sehingga membebani sumber daya. Dalam pidatonya yang disiarkan langsung di televisi setempat, Ramaphosa mengatakan varian baru 501.V2 dan peningkatan kasus baru-baru ini menjadi penyebab alarm besar. Ramaphosa mengakui pemerintahannya begitu lengah dalam penanganan varian baru COVID-19 sehingga menyebar secara luas di beberapa wilayah Afrika Selatan.

Baca Juga: Kasus COVID-19 di Afrika Selatan Tembus Satu Juta

2. Ramaphosa mengakui sebanyak 4.630 petugas kesehatan terinfeksi COVID-19 hanya di bulan Desember 2020

Ilustrasi penderita COVID-19. (pixabay.com/geralt)

Gelombang COVID-19 kedua di Afrika Selatan kemungkinan akan berkembang pesat dalam beberapa hari ke depan. Di beberapa titik panas seperti Cape Town, tingkat positif pengujian telah mendekati 50 persen dan pihak peneliti sendiri mengatakan varian baru mendorong terjadinya lonjakan drastis. Direktur KwaZulu-Natal Research Innovation and Sequencing Platform, Tulio de Oliveira, mengatakan pihaknya memiliki alasan yang sangat kuat bahwa varian baru ini jauh lebih mudah ditularkan.

Ramaphosa juga mengatakan sebanyak 4.630 petugas kesehatan telah terinfeksi COVID-19 hanya dalam bulan Desember 2020 ini, sebagian karena menempatkan para pekerja kesehatan menempatkan pada garis terdepan dalam resiko sangat tinggi. Belum diketahui sampai saat ini kapan vaksin COVID-19 tiba di Afrika Selatan, padahal Afrika Selatan sendiri sangat bergantung pada fasilitas Covax yang dipimpin oleh organisasi kesehatan dunia, WHO. Akan tetapi, Ramaphosa pada hari Senin, 28 Desember 2020, mengatakan bahwa pemerintahannya terlibat dalam diskusi dengan pihak produsen, meskipun tidak mengatakan dengan apa atau untuk skala pembelian vaksin.

Baca Juga: Varian Baru COVID-19 di Inggris dan Afrika Selatan Berbeda

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya