TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerai, Pengadilan Perintahkan Suami Beri Kompensasi ke Istri

Kasus perceraian ini menimbulkan perdebatan di dunia maya

Ilustrasi perceraian. (Unsplash.com/zorianast)

Beijing, IDN Times - Usai resmi bercerai, pengadilan setempat memerintahkan suami untuk membayar kompensasi ke istri atas pekerjaan rumah yang dia lakukan selama 5 tahun terakhir selama menjadi pasangan suami istri. Kasus perceraian tersebut menjadi perdebatan di dunia maya Tiongkok akhir-akhir ini. Bagaimana awal ceritanya?

1. Wanita tersebut akan menerima bayaran sebesar 50 ribu yuan atau setara dengan Rp109,1 juta

Mata uang Yuan. (Unsplash.com/eprouzet)

Dilansir dari BBC, pengadilan perceraian di Beijing telah membuat sebuah keputusan dengan memerintahkan pria tersebut memberi kompensasi kepada mantan istrinya sebesar 50 ribu yuan atau setara dengan Rp109,1 juta usai dinyatakan resmi bercerai pada hari Selasa, 23 Februari 2021, waktu setempat. Kasus perceraian ini sendiri menimbulkan perdebatan bagi kalangan netizen Tiongkok, dengan beberapa netizen mengatakan nilai kompensasi tersebut dianggap terlalu sedikit. Keputusan itu muncul setelah Tiongkok memperkenalkan kode sipil baru.

Menurut catatan pengadilan, pria yang diidentifikasi dengan nama belakang Chen ini telah mengajukan gugatan cerai tahun 2020 lalu terhadap istrinya dengan nama belakang Wang setelah menikah pada tahun 2015 lalu. Sebelumnya, Wang enggan untuk bercerai pada awalnya, namun kemudian meminta kompensasi secara finansial, dengan alasan bahwa Chen tidak memikul tanggung jawab sebagai seorang suami dalam pekerjaan rumah atau mengasuh anak mereka sendiri. Pada akhirnya, pengadilan setempat telah mengabulkan permintaan Wang yang memerintahkan dia membayar tunjangan bulanan sebesar 2.000 yuan atau setara dengan Rp4,4 juta serta pembayaran kompensasi satu kali sebesar 50 ribu yuan atau setara dengan Rp109,1 juta.

Baca Juga: 5 Film Bertema Kehidupan Setelah Perceraian, Sangat Menginspirasi

2. Undang-undang baru yang mengatur perceraian di Tiongkok telah diberlakukan sejak awal tahun 2021 lalu

Ilustrasi buku dan palu pengadilan. (Pixabay.com/succo)

Keputusan tersebut dilakukan sesuai dengan kode sipil baru di Tiongkok yang mulai diberlakukan sejak awal tahun 2021 lalu. Di bawah undang-undang baru, pasangan berhak menuntut kompensasi dalam perceraian jika dia lebih bertanggung jawab dalam membesarkan anak, merawat kerabat lansia, serta membantu pasangan dalam pekerjaan mereka. Sebelumnya, pasangan yang bercerai hanya dapat meminta kompensasi semacam itu jika perjanjian pranikah telah ditandatangani, sebuah praktik yang tidak umum di Tiongkok.

Mengambil petik dari pelajaran perceraian ini, beberapa netizen meminta kepada para wanita untuk terus mengejar karier mereka setelah menikah, namun ada juga yang mengatakan bahwa pria harus memikul lebih banyak tugas rumah tangga sejak awal pernikahan. Menurut Organisastion for Economic Co-operation and Development (OECD), sebagian besar wanita Tiongkok telah menghabiskan hampir 4 jam dalam sehari untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak dibayar, di mana itu merupakan 2,5 kali lipat dari waktu pria.

Ini justru lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata di negara-negara OECD, di mana perempuan menghabiskan waktu 2 kali lebih banyak dibandingkan pria untuk pekerjaan tanpa dibayar.

Baca Juga: Mengenal Paralel-Parenting, Pola Asuh pada Perceraian Konflik Tinggi 

Verified Writer

Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya