TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

2 Pekerja Bantuan di Ethiopia Tewas di Tengah Protes Antipemerintah

Pemerintah diprotes karena bubarkan pasukan regional

Bendera Ethiopia. (Pexels.com/Kelly)

Jakarta, IDN Times - Organisasi kemanusiaan Layanan Bantuan Katolik (CRS), pada Senin (10/4/2023), mengatakan bahwa dua pekerja bantuannya tewas di wilayah Amhara, Ethiopia. Keduanya tewas ditembak sehari sebelumnya.

Kejadian itu terjadi di tengah protes antipemerintah yang dipicu oleh keputusan pemerintah federal untuk membubarkan unit pasukan khusus regional. Pemerintah ingin mengintegrasikan pasukan regional ke dalam pasukan federal.

Baca Juga: Taliban Larang Perempuan Bekerja, PBB Rumahkan Stafnya di Afghanistan

1. Di kota pekerja bantuan tewas sedang terjadi tembakan artileri

Ilustrasi artileri. (Unsplash.com/Vony Razom)

Direktur komunikasi CRS, Kim Pozniak, mengatakan bahwa insiden itu terjadi di kota Kobo, di mana penduduk melaporkan tembakan artileri berat pada 9 April. Pozniak tidak menjelaskan apakah penembakan itu terkait dengan kerusuhan.

"Rincian pembunuhan itu masih belum diketahui," kata CRS, dilansir Reuters

Kedua pekerja CRS yang tewas adalah Chuol Tongyik, manajer keamanan CRS, dan Amare Kindeya, seorang sopir. Mereka terbunuh saat dalam perjalanan kembali dari Amhara ke ibu kota Addis Ababa.

"Kedalaman keterkejutan dan kesedihan kami sulit diukur dan kami sedih atas kekerasan yang tidak masuk akal ini," kata Zemede Zewdie, perwakilan CRS di Ethiopia.

2. Pasukan regional akan digabung ke dalam pasukan pemerintah

Ilustrasi tentara. (Unsplash.com/Diego González)

Protes dan baku tembak telah melanda beberapa kota di Amhara selama akhir pekan hingga Senin. Penduduk di kota Dessie melaporkan protes besar dengan pemuda memblokir jalan dan membakar ban.

Kerusuhan yang terjadi di Amhara membuat kedutaan Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan keamanan. Kedutaan mengatakan ada baku tembak serius, yang melibatkan senjata berat antara pasukan regional Amhara dan militer federal di Kobo, Woldiya, dan Sekota. Peringatan itu menambahkan bahwa pertempuran di sekitar Kobo telah merenggut nyawa.

Menanggapi kerusuhan yang terjadi di Amhara pemerintah, memberlakukan jam malam dan memadamkan layanan internet di beberapa daerah.

Kerusuhan di Amhara terjadi setelah pemerintah mengumumkan rencana untuk membubarkan pasukan keamanan dari 11 negara bagian, untuk diintegrasikan ke dalam polisi atau tentara federal.

Dalam konstitusi, negara pemerintah federal diberikan hak menjalankan kepolisian demi menjaga hukum dan ketertiban. Namun, beberapa negara bagian telah membangun pasukan keamanan regional yang kuat.

Perdana Menteri, Abiy Ahmed, mengatakan bakal tetap mendorong kebijakan tersebut meskipun ditentang Amhara. Abiy menganggap pasukan keamanan regional menjadi ancaman bagi persatuan Ethiopia.

“Langkah-langkah penegakan hukum yang tepat akan diambil terhadap mereka yang dengan sengaja memainkan peran destruktif,” kata Abiy, dilansir Associated Press.

Baca Juga: UEA Tolak Ekstradisi Pengusaha Korup Afrika Selatan

Verified Writer

Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya