TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Amerika Serikat dan Rusia Lakukan Pertukaran Tahanan di Turki

AS menganggap penahanan warganya tidak adil

Ilustrasi tahanan (IDN Times/Mardya Shakti)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Rusia pekan ini melakukan pertukaran tahanan di Turki. Pertukaran ini melibatkan Trevor Reed, seorang warga AS yang dihukum pada 2020, dan Konstantin Yaroshenko, seorang pilot Rusia yang dihukum pada 2011 karena terlibat dalam penyelundupan narkoba.

Pejabat AS menyampaikan pembebasan ini tidak akan berdampak pada pandangan Washington terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

Baca Juga: Rusia-Ukraina Tak Kunjung Damai, Lavrov: NATO dan AS Maunya Perang

1. Reed dihukum sembilan tahun penjara, sementara Yaroshenko dihukum 20 tahun penjara

Ilustrasi penjara. (Pexels.com/RODNAE Productions)

Melansir Associated Press, Reed ditahan pada 2019. Otoritas Rusia menyampaikan penahanan itu dilakukan setelah dia menyerang aparat, saat sedang dibawa ke kantor polisi. Dia diamankan setelah menghadiri pesta. Tuduhan penyerangan terhadap polisi ini membuat Reed dihukum sembilan tahun penjara.

Terkait tuduhan tersebut, Reed mengaku tidak ingat dan tidak bersalah. Pihak AS telah menyampaikan bahwa Reed tidak melakukan kejahatan dan penahanannya dianggap sebagai suatu kesalahan, dukutip BBC.

Warga Rusia yang dibebaskan adalah Yaroshenko, yang ditangkap di Liberia pada 2010 dan diekstradisi ke AS atas tuduhan perdagangan narkoba. Pihak AS menyebutnya sebagai pengedar yang berpengalaman dan telah mengedarkan ribuan kilogram kokain ke seluruh dunia. Tuduhan itu dibantah oleh Yaroshenko. Dia diputuskan bersalah pada 2011 dengan hukuman 20 tahun penjara.

Yaroshenko pada 2020 berusaha mengajukan pembebasan dengan alasan adanya virus corona, tapi permintaan itu ditolak. Menurut pejabat AS, kesepakatan pertukaran ini dianggap masuk akal karena Yaroshenko telah menjalani sebagian masa hukumannya.

2. Keluarga khawatir dengan kesehatan Reed

Melansir CNN, Usaha membebaskan Reed telah dipercepat karena khawatir dengan kesehatannya. Ayah Reed, Joey mengatakan bahwa putrayanya telah diperlakukan dengan buruk di penjara dan mengatakan Reed tampaknya telah mengidap TBC.

Joey memberitahu bahwa Reed mengalami batuk darah dan patah tulang rusuk, dan rumah sakit penjara tidak menerima perawatan. Dia kemudian ditahan kembali di sel isolasi. 

Penahanan yang dianggap tidak adil ini membuat Reed melakukan mogok makan. Saat protes mogok makannya yang kedua, orang tua Reed telah melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Putih agar dapat bertemu Presiden Joe Biden. Tindakan itu membuahkan hasil, Biden memenuhi permintaan bertemu.

Orang tua Reed menyampaikan, mereka telah berbicara dengan putra mereka melalui telepon. Ibu Reed, Paula mengatakan dalam pembicaraan pertama anaknya terdengar seperti sedang dalam kondisi tidak baik, baru pada panggilan kedua terdengar jauh lebih baik.

Keluarga Reed telah dihubungi oleh presiden dan mereka menyampaikan rasa terima kasih kepada Biden. Dalam suatu pernyataan, Biden mengatakan senang bisa membagikan kabar baik kepada keluarga Reed.

Dalam sebuah tayangan di televisi, Reed tampak berjalan dengan goyah dan terlihat kurus. Ketika tiba di AS, Reed diperkirakan akan menghabiskan beberapa hari di rumah sakit sebelum pulang ke rumahnya.

Baca Juga: Sanksi Barat Gak Mempan, Rusia Tetap Cuan dari Ekspor Migas

Verified Writer

Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya