TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kolombia: Polisi akan 'Dimodernisasi' Setelah Kritik Kekerasan

Kekerasan dalam unjuk rasa sebabkan 60 orang tewas

Presiden Kolumbia, Ivan Duque dalam perayaan promosi polisi pada 6 Juni 2021. (Twitter.com/Iván Duque)

Bogota, IDN Times - Polisi Kolumbia telah dikecam karena menggunakan kekerasan dalam menangani protes anti-pemerintah yang berlangsung berminggu-minggu di Kolumbia, yang dimulai sejak 28 April. Dalam unjuk rasa itu puluhan orang tewas. Kekerasan polisi telah memicu kecaman internasional dan menyerukan penyelidikan independen atas kematian tersebut.

Karena banyaknya ktitikan terhadap kepolisian Presiden Kolumbia, Ivan Daque dalam acara upacara untuk merayakan promosi polisi pada hari Minggu (6/6/2021), waktu setempat, mengumumkan akan "memodernisasi" kepolisian.

1. Kolumbia akan membentuk direktorat hak asasi manusia di kepolisian

Upacara promosi polisi di Kolumbia pada 6 Juni 2021. (Twitter.com/Iván Duque)

Dilansir France 24, Presiden Duque dalam pengumumannya menyampaikan bahwa dia memerintahkan pembuatan "dekrit yang akan memodernisasi struktur kepolisian nasional, terutama untuk memperkuat kebijakan ... tentang hak asasi manusia." Tanpa secara khusus memenuhi tuntutan pengunjuk rasa untuk "reformasi" polisi, dia menjanjikan "transformasi" polisi Kolumbia yang selama beberapa dekade telah berjuang melawan konflik bersenjata dan perjuangan keras melawan kartel narkoba.

Dalam pengumuman itu, Duque mengatakan akan membuat direktorat hak asasi manusia di kepilisian yang akan dipimpin oleh seorang ahli dari luar.

Dilansir Al Jazeera, Dalam mewujudkan janjinya, Duque akan membentuk undang-undang yang akan diusulkan pada hari pertama sesi legislatif berikutnya di bulan Juli, juga akan menciptakan sistem pengaduan baru dan memperluas standar disiplin untuk petugas, yang diawasi oleh pusat independen.

Selain itu pemerintah juga sedang menyusun undang-undang untuk menetapkan kriteria penggunaan kekuatan yang sah dan lainnya untuk mengatur penggunaan dan penjualan senjata yang tidak terlalu mematikan.

Baca Juga: Tutup 14 Bulan, Kolombia Akhirnya Buka Perbatasan Venezuela

Dilansir BBC, unjuk rasa anti-pemerintah di Kolumbia dimulai pada 28 April yang dilakukan untuk menentang serangkaian reformasi pajak yang sekarang ditarik. Namun, protes itu telah meningkat menjadi gerakan anti-pemerintah yang luas, dengan ratusan ribu orang turun ke jalan, yang menuntut tindakan reformasi kesehatan dan pendidikan, di antara isu-isu lainnya.

Potes tersebut telah ditentang karena berlawanan dengan perintah pengadilan, yang memutuskan bahwa demonstrasi harus ditunda karena tingginya kasus virus corona di Kolombia. Akibatnya, kehadiran polisi dalam jumlah besar selama demonstrasi, dan pasukan keamanan terlibat bentrokan mematikan dengan pengunjuk rasa, yang sebagian besar kekerasan terjadi di kota Cali.

Dalam unjuk rasa yang berlangsung selama berminggu-minggu itu, pihak berwenang menyampaikan setidaknya ada 61 orang tewas dalam demonstrasi, yang kebanyakan warga sipil. Namun, LSM Human Rights Watch telah mengutip "laporan yang dapat dipercaya" yang menyebutkan ada 67 orang tewas.

Terkait kekerasan polisi selama protes para pengunjuk rasa ingin Duque mengecam penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi, tapi presiden sebelumnya telah meminta lawan politiknya untuk mengutuk lusinan penghalang jalan yang didirikan oleh pengunjuk rasa di seluruh negeri, yang ia tuduh telah menghambat ekonomi dan menyebabkan kematian dua bayi yang terperangkap dalam ambulans.

2. Protes anti-pemerintah

Ilustrasi unjuk rasa. (Unsplash.com/Alex Radelich)

Baca Juga: Tentara Venezuela yang Ditahan Pemberontak Kolombia Dibebaskan

Verified Writer

Ifan Wijaya

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya