TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Negara Baltik Tolak Upaya Putin Menulis Ulang Sejarah Aneksasi 1940

Ketiga negara menolak dengan tegas

Peringatan 80 Tahun Deklarasi Welles 1940 di Lituania atas aneksasi Negara Baltik oleh Uni Soviet, pada 23 Juli 2020. twitter.com/RaMurmoka

Vilnius, IDN Times - Pemerintah dari negara-negara Baltik, Lithuania, Estonia, dan Latvia, pada hari Kamis (23/07), menolak upaya Rusia yang dianggap berusaha menulis ulang sejarah aneksasi 1940 ketika Negara Baltik dicaplok Uni Soviet. 

Pemerintah Amerika Serikat melalui menteri luar negerinya, Mike Pompeo, juga mendukung penolakan Negara Baltik sebagaimana menurutnya Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang memprotes keras integrasi secara paksa negara-negara Baltik oleh Uni Soviet, seperti yang dilansir dari Reuters.  

1. Putin sebut Negara Baltik bergabung secara kontrak ke Uni Soviet 

Presiden Federasi Rusia Vladimir Vladimirovich Putin. twitter.com/EmbassyofRussia

Pada tahun 1940, Pemerintah Uni Soviet menurut pandangan Negara Barat memaksa negara-negara Baltik untuk menjadi bagian dari Republik Soviet setelah sebelumnya merdeka secara penuh dari kekuasaan Kekaisaran Rusia yang runtuh pada tahun 1917. Dikutip dari Reuters, Presiden Vladimir Putin melalui tulisannya pada bulan lalu, menyebut bahwa Negara Baltik secara konsensus menyetujui penggabungan mereka ke Republik Soviet secara kontrak melalui pemungutan suara yang disetujui oleh otoritas terpilih saat itu. 

Pernyataan ini membuat negara-negara Baltik murka karena menganggap Putin sedang menulis ulang sejarah yang sudah terjadi. Menurut Menteri Luar Negeri Estonia, Urmas Reinsalu, ia menyatakan, "Rusia berusaha memberi kesan bahwa legitimasi dapat lahir dengan ancaman senjata, penindasan melalui kesepakatan bersama - ini sangat lah sinis". Reinsalu juga menambahkan jika pernyataan Vladimir Putin adalah salah satu upaya agar okupasi dan aneksasi Estonia oleh Uni Soviet merupakan hal yang sah. 

2. Protes Negara Baltik didukung penuh Amerika Serikat

Latihan Perang NATO di Negara Baltik. twitter.com/ACIRAtlanta

Sebagaimana melalui Deklarasi Welles tahun 1940 menolak aneksasi Uni Soviet terhadap Negara Baltik yang dilayangkan Menteri Luar Negeri AS pada saat itu, Sumner Welles, hal ini ternyata beresonansi hingga hari ini. Sama halnya seperti tahun 1940, dalam peringatan Deklarasi 1940 pada 23 Juli 2020, Mike Pompeo selaku Menteri Luar Negeri AS, memberikan dukungan atas aksi protes Negara Baltik terhadap aneksasi Uni Soviet dan tulisan Vladimir Putin, dilansir dari Euronews

Amerika Serikat selalu dianggap menjadi pelindung utama negara-negara Baltik dari agresi Rusia yang sudah lama menghantui. Menjadi anggota NATO, Negara Baltik mendapatkan jaminan perlindungan militer secara penuh dari AS dan sekutunya apabila ada negara yang berani menyerang, secara khusus diarahkan kepada ancaman serangan Rusia. Meskipun begitu, keberadaan Pasukan Barat Rusia yang selalu aktif, Wilayah Kaliningrad yang sangat dipersenjatai Rusia, dan Aneksasi Krimea 2014, membuat Negara Baltik khawatir jika Rusia suatu saat nanti akan benar-benar menginvasi mereka. 

Baca Juga: Rusia Kirim Lebih Banyak Peralatan Militer ke Libya, AS Meradang

Verified Writer

Karl Gading S.

History Lovers and International Conflict Observer....

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya